Chan tak mampu berkata-kata lagi saking terkejutnya. Tubuhnya terasa kaku untuk digerakkan, pandangannya seolah terpaku pada satu hal disana.
Anak sulungnya, seorang Keenan Reno Ardelino yang biasanya memasang wajah datar, mengesalkan kepada Adik-adiknya, dan raut wajah ketakutan saat dihadapkan dengannya itu berubah drastis!
Karena Minho yang dihadapannya sekarang ini bukan satu, melainkan banyak. Dan tak ada raut wajah takut lagi saat melihatnya, melainkan marah. Satu ekspresi yang jarang ia tunjukkan pada siapapun.
Demi apapun, itu sangat mengerikan!
"Halo Chandra... Sudah siap mendatangi ajalmu, ya?" ucap salah satu Minho disana, yang kini berhadapan dengannya.
Chan tak kuat, ia ingin pergi keluar sekarang juga. Namun sialnya pintu telah tertutup dan terkunci, entah oleh siapa. Pemandangan didepannya terlalu mengerikan.
"Gak punya sopan santun, hm?"
"Gimana mau punya sopan santun, Ayahnya aja sekasar ini sama anaknya," jawab Minho, tangannya menunjuk Minho yang lain.
Tubuh Chan bagai ditusuk pisau mendengar ucapan anaknya, ditambah melihat hal yang ditunjuknya. Disana ada Minho, yang mencambuk dirinya dengan keras. Namun ia tak kesakitan, melainkan tertawa.
"Chandra, apa yang kamu udah perbuat, nak.." lirih seorang Nenek-nenek diambang pintu.
Chan menoleh dan berubah menjadi gelagapan, itu Ibunya. Chan tak mampu menjawab, ia hanya mampu menundukkan kepalanya.
"Mau bagaimanapun Minho anakmu, darah dagingmu sama Salsa, kenapa kamu nyiksa dia, nak?" tanya Nyonya Achiel sembari menunjuk sesuatu.
Chan menatap apa yang ditunjuk Ibunya, dan lagi-lagi ia terkejut setengah mati. Ia tak pernah melakukan hal sefatal itu!
Karena yang ia lihat itu ialah Minho yang menyiksa dirinya menggunakan benda tajam yang ada disekitarnya. Bahkan saat ia terkena sengatan listrik pun ia diam seolah tak terjadi apapun.
"C-chandra gak pernah ngelakuin itu, Ma! Beneran!" ucap Chan panik. Ibunya menggeleng kecewa.
"Mama kecewa, padahal Mama berharap kamu bahagia sama Salsa, sama semua anak kamu," lirih Ibunya dan langsung menghilang begitu saja.
Chan menghampiri dan melihat sekeliling sembari meneriaki Ibunya. Namun nihil, Ibunya tak kunjung ada. Hingga ia lagi-lagi dikejutkan Minho.
Minho tiba-tiba muncul dari langit-langit kamar, tubuhnya digantung menggunakan kawat besi berkarat yang tajam disetiap sisinya. Dan membuat darah mengalir deras hingga mengenai tubuhnya.
"Lino, turun nak..."
Minho tersenyum lebar, yang entah kenapa terlihat sangat menyeramkan bagi Chan. Matanya juga berbinar, bak psikopat yang berhasil membuat korbannya ketakutan.
"Ayah mau Lino mati 'kan? Ini, Lino udah mati kok," balasnya dengan antusias.
"Nggak, kamu masih hidup sayang!" ucap Chan panik. Minho menggeleng pelan.
"Lino anak gak tau diuntung, Lino anak sialan, Lino beban keluarga, Lino pengganggu, Lino minta dibunuh, Lino pengacau suasana." Suara nyanyian yang terdengar mengerikan itu membuat atensi Chan teralih pada pojok ruangan.
Itu Minho saat berumur tiga tahun, tapi nyanyiannya itu seolah tau apa yang terjadi pada Minho dewasa. Chan tiba-tiba teringat sesuatu.
"Ayah, Ayah! Ino pengen jadi kayak dia! Penyanyi cilik, lucu! Ino mau nyanyi dipanggung! Biar kalian bisa liat Ino di tv!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Unreasonable Brotherhood
Fanfiction☞ft. Stray Kids & Jihan [SLOW UPDATE/HIATUS] Keluarga Keenan memang terkenal akan keluarga yang tentram, tapi semuanya perlahan berubah ketika Chan, sang kepala keluarga mengadopsi dua orang anak yang terlantar dijalanan. Sebuah masalah datang d...