"Jihan, masuk duluan gih."
Jihan menggeleng dan tetap memegang lengan Minho dengan erat, "Bareng Kakak, ayo!"
"Duluan, sana."
"Nggak!"
Minho menghela nafas sejenak lalu menatap Jihan lamat-lamat, "Denger kata Kakak 'kan? Masuk gih, Kakak ada urusan."
Jihan mengerucutkan bibirnya lalu mengangguk paksa dan masuk ke dalam rumah dengan ekspresi kesal. Minho menunduk lalu berniat menyusul Jihan, namun suara disampingnya menginstruksinya.
"Diam disana, Ardelino."
Minho meneguk ludahnya kasar, lalu kembali menunduk. Membiarkan sang Ayah menghampiri dengan emosi yang kembali menguasainya.
"Berani bikin Jihan nangis? Kalo gak becus mending gak usah ngajak-ngajak Adek kamu segala, ujung-ujungnya Ayah yang repot!" sentak Chan dalam suara kecil, takut terdengar tetangga.
"M-maaf, Reno cuma nganterin Jihan ketemu temennya," cicit Minho.
"Gak usah banyak alesan, emang dasarnya kamu tuh anak sial!" hina Chan.
"Lino anak gak tau diuntung, Lino anak sialan, Lino beban keluarga, Lino pengganggu, Lino minta dibunuh, Lino pengacau suasana." Nyanyian itu, suara nyanyian itu kembali terngiang ditelinga Chan.
Chan ketakutan, namun ia berusaha menutupinya dan kembali menatap Minho dengan tajam.
"Mending pergi, atau Ayah bikin Adik-adik benci sama kamu, hm?" ancam Chan. Minho semakin menundukkan kepalanya dan meremas baju yang ia pakai.
"K-kasih R-reno waktu lagi, Yah.."
Chan memutar bola matanya malas lalu mendorong tubuh Minho hingga membentur dinding garasi mobil dan jatuh meringkuk ditanah.
Uhuk!
...
"Ayah! Bunda! Tolongin Rey!"
Sana dan Chan sontak berjalan sumber suara dengan langkah panik. Namun tatapan keduanya berubah menjadi datar melihat keadaan di depannya.
"Ayah, Bunda! Kok diem? Bantuin Rey bawa Kak Reno ke kamarnya!" sentak Felix yang terus membopong badan Minho, dibantu saudara yang lainnya.
"Eh? Iya-iya."
Sana dan Chan berpura-pura panik melihat kondisi Minho yang pingsan. Chan mengangkat tubuh Minho dan dibawa ke kamarnya. Lalu menghela nafas kasar setelah membaringkan tubuh anaknya dikasur milik Minho.
"Ayah, Kak Reno kenapa?"
Chan menatap Jihan gelagapan, "Kalo itu, A-ayah juga gak tau," jawab Chan gugup.
"Tadi Ayah bukannya abis dari luar ya? Berarti liat dong ada Kak Reno? Kok Ayah diem aja?" tanya Hyunjin kesal.
"Ayah gak tau, Ade... Kok maksa?"
Hyunjin menghela nafas kasar lalu memutar bola matanya dan menatap Minho yang masih dalam kondisi tak sadar. Chan diam-diam menghela nafas lega karena ucapan Sana barusan.
Disela-sela lamunannya, Hyunjin tiba-tiba teringat dengan pesan seseorang yang dikirimkan untuknya kemarin.
"Eh iya, Lathif kemarin nyuruh kita nyari channel Korea dan nonton dia! Ayo buruan, kita udah telat 5 menit!" seru Hyunjin yang bergegas pergi ke ruang tengah. Disusul Chan, Sana dan saudara-saudaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unreasonable Brotherhood
Fanfiction☞ft. Stray Kids & Jihan [SLOW UPDATE/HIATUS] Keluarga Keenan memang terkenal akan keluarga yang tentram, tapi semuanya perlahan berubah ketika Chan, sang kepala keluarga mengadopsi dua orang anak yang terlantar dijalanan. Sebuah masalah datang d...