0.4 (?)

15 6 2
                                    

"Diam bukan berarti bersalah, Berkoar belum tentu mengatakan yang benar. Jangan terlalu percaya pada manusia. Sejatinya, manusia hanyalah alasan dari kekecewaan yang tertunda."

----------------------------

Deg

Darpa menghentikan langkahnya. Di dalam kepalanya berkecamuk banyak pikiran-pikiran tentang kejadian sebenarnya. Hatinya mengatakan bada Nada tidak lah bersalah. Namun, matanya melihat bahwa Naya terjatuh di depan Nada.

Dengan kebimbangannya, Darpa melanjutkan langkahnya ke UKS. Ia meyakinkan dirinya bahwa Nada memang lah pelakunya. Mana mungkin Naya yang seorang anak baru di sekolahan bisa berbohong. Nada saja tidak kenal dengan Nanya, pikirnya.

Sesampainya di UKS.

"Nay, kamu tunggu disini dulu ya," ujar Darpa sambil mengelus surai Naya.

Naya pun memegang tangan Darpa. "Hiks.. Hiks.. jangan tinggalin aku. Aku takut di serang lagi sama perempuan itu hiks. Aku nggak kenal dia tapi tiba-tiba dia dorong aku", Ujar Naya dengan raut dibuat ketakutan.

Darpa menggeram pelan sambil mengepalkan tangannya. Ia menahan emosinya ketika melihat sahabatnya di perlakukan kasar oleh pacarnya.

"Cup..cup.. udah tenang aja. Kamu istirahat disini dulu. Aku mau kasi peringatan dulu ke cewek itu." Ujar Darpa sambil menggenggam tangan Naya.

"Hiks..Tapi jangan kasar ya. Kasian hiks" ujar Naya.

Darpa pun meninggalkan UKS dengan sedikit berlari. Naya yang melihat hal tersebut pun tersenyum dan merasa puas. Ia yakin, Darpa akan kembali menjadi miliknya.

Di lain sisi, Nada pun pergi meninggalkan lapangan. Belum jauh ia beranjak tiba-tiba dari kejauhan

"Nada, Sini lo!" Ujar Darpa berteriak.

Dengan kasar Darpa mendorong Nada hingga Nada terjatuh ke tanah.

Ahhkk..

Dengan tega Darpa menginjak tangan Nada dengan kakinya yang berlapis dengan sepatu itu.

"Lo apain Naya hah? Dia itu sahabat gw asal lo tau. Gw selalu jaga dan nggak pernah kasar sedikit pun sama dia. DAN LO DENGAN SEENAKNYA BIKIN DIA TERLUKA." Ujar Darpa dengan berteriak.

Semua murid yang berada di lapangan menatap iba Nada. Mereka semua hanya bisa menonton dan tidak berani menolong. Siapa yang tak tau Darpa? Seorang pemimpin dari sebuah geng motor terbesar di Jakarta. Pemimpin sebuah Geng bernama "Aaric" yang terkenal akan keberingasannya melawan musuh.

"Sshhh.. sakit. Jangan injak tanganku. Aku nggak apa-apain Dia. Sshh..sakit Darpa," Ujar Nada sambil merintih.

"Jangan boong. Jangan mentang-mentang lo pacar gw dan gw nggak bisa kasi pelajaran ke lo ya!" Ujar Darpa sambil menekan kakinya kembali di atas tangan Nada tersebut.

"LEPASIN KAKI LO!" Teriak Ela yang merupakan sahabat dari Nada.

"Diem lo! Gw harus kasih pelajaran ke dia, biar jangan sok keras nyelakain anak orang." Ujar Darpa.

"LAKSAMANA DARPA WIBOWO, KETUA AARIC YANG KATANYA BERINGAS DI JALANAN. KETUA GENG YANG MENAUNGI PARA PENINDAS PADA MEREKA YANG LEMAH. ATAU ORANG TOLOL PENDIRI GENG BANCI?" ujar Echa atau Tami Faleesha yang merupakan salah satu sahabat Nada dengan lantang.

Dari arah belakang muncul teman-teman dari Darpa. Mereka adalah Adnan Dwi Nugroho atau disapa Adnan, Ragil Aditya Sunandar atau disapa Ragil, dan yang terakhir ialah Putra Bagaskara Purnomo atau disapa Putra.

"Maksud lo apa ngomong kayak gitu?"Ujar Ragil dengan Sarkas.

Mereka adalah inti geng Aaric. Mereka merasa di rendahkan oleh perkataan Echa tadi. Geng yang selama ini di takuti di Jakarta malah di anggap geng banci oleh perempuan yang menurut mereka hanya makhluk lemah.

"Kenapa? Kesindir? Fakta. Dan gw minta lo angkat kaki busuk lo itu dari tangan sahabat gw." Ujar Echa sambil menunjuk kaki Darpa.

"Sshh. Darpa..jangan injak.. sakit." Ujar Nada lirih.

Perlahan turun lah air mata yang sudah Nada tahan sejak tadi. Ia tak tahan dengan rasa sakit di tangannya itu.

Darpa terenyuh dengan lirihan tersebut. Dengan spontan ia mengangkat injakan kakinya dari tangan Nada.

Terlihat memar di atas permukaan tangan Nada. Nada membalikkan tangannya.

Deg..

Darpa tertegun melihat telapak tangan Nada yang berlumur darah. Terlihat banyak serpihan kaca yang menusuk telapak tangan gadis tersebut. Dengan cepat Nada pun menyembunyikan tangannya ke dalam kantong celana olah raganya.

Ia mengusap air matanya yang sedikit keluar kemudian mendongak kan mukanya menatap Darpa. Nada pun bangkit sambil tersenyum menghadap Darpa.

Bukan senyum bahagia yang terukir dari bibir mungil gadis itu. Yang tercipta hanyalah senyum kecil dengan sedikit terlihat raut kekecewaan di dalamnya.

"N-nad ma-"

"Nggak papa." Ujar Nada memotong pembicaraan Darpa.

Nada menatap manik mata Darpa dengan tatapan kosong.

"Bohong kalau aku nggak kecewa. Nggak perlu minta maaf. Kelak, jika hal ini terulang lagi kata maaf hanya permulaan untuk kekecewaan yang berlebih. Aku percaya kamu,Darpa." Ujar Nada sambil meninggalkan lapangan dengan darah yang terus mengalir dari tangannya.

"Dan Aku percaya lagi"Ujar Nada dalam hati sambil tersenyum masam.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
HEYHEYHOW💃 Hallo Sobat Lara! Gimana nih ceritanya? Terimakasih untuk semua yang sudah mau membaca cerita ini. Jangan lupa untuk tinggalkan jejak vote dan komentar untuk membangun cerita ini lebih baik kedepannya📍

-AbigailAnugrah

DineshcaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang