Halo sobat lara! Jam berapa nih kalian baca cerita ini? Comment yaa
Kalau lupa dengan chapter sebelumnya, kalian bisa baca dulu baru lanjut chapter ini💃
⚠️Ada adegan kekerasan di dalam chapter ini. Kalau merasa terganggu bisa skip saja, tapi sejujurnya itu bagian paling seru di chapter ini xixi.⚠️
Happy reading!
Author POV
Sudah 1 minggu semenjak insiden di toilet sekolah, Darpa mulai membentang jarak dengan-nya. Nada yang sedang sibuk dengan persiapan olimpiade-nya dan Darpa yang selalu sibuk dengan Naya. Banyak berita simpang siur yang menyebar di sekolah tentang renggangnya hubungan mereka.Banyak yang mengira bahwa mereka berdua putus dan penyebab adalah Naya si anak baru. Di lain sisi, Baginda juga semakin gencar mendekati Nada semenjak renggangnya hubungan mereka.
Nada saat ini berjalan menuju ruang kepala sekolah dengan satu buku latihan soal di tangannya. Ruang kepala sekolah memang terletak agak jauh dari ruang kelas dan ruangan lainnya. Letaknya agak di belakang dekat gudang dan taman belakang. Saat melewati gudang terdengar ada 2 orang yang sedang beradu argumen.
"Kamu kapan mau putusin Nada?" Ujar seorang perempuan.
"Aku nggak bisa Nay, aku nggak bisa putusin Nada." Ujar seorang lelaki.
Nada pun mengintip dari jendela yang sedikit terbuka. Tampak lah Naya dan Darpa yang sedang berbicara.
"Aku kan udah kembali, aku rela pulang sendirian dari Bandung ke Jakarta buat balikan lagi sama kamu. Kamu udah nggak sayang aku lagi? Aku nggak mau tau! Kamu harus putusin Nada secepatnya." Ujar Naya dengan tegas.
"ARGH..BISA DI BILANGIN NGGAK SIH. DI BILANG GW NGGAK BISA PUTUSIN NADA!" Teriak Darpa dengan marah.
Brakk..
Darpa melemparkan bangku yang ada di dekatnya ke tembok. Naya pun terkejut dan berlari keluar dari gudang. Nada pun bersembunyi di bawah meja yang di ada di depan gudang tersebut agar tak ketahuan.
Saat keluar dari persembunyiannya, tiba-tiba
Dukk..
Nada tak sengaja menjatuhkan beberapa kardus yanh tersusun di atas meja-meja tersebut.
"Aihh sial, semoga Darpa nggak tau." Lirih Nada sambil bersembunyi kembali di bawah meja.
"SIAPA ITU? KELUAR! JANGAN SAMPAI LO GW SERET KESINI." Teriak Darpa murka.
Nada pun ketakutan setengah mati dengan peluh membanjiri pelipisnya.
"Ya Tuhan, Nada harus gimana." Ujar Nada dalam hati sambil menutup mata.
"HITUNGAN KETIGA NGGAK KELUAR JUGA GW HABISIN LO! SATU! DUA! TI-"
"D-darpa maafin aku." Ujar Nada memotong ucapan Darpa.
Nada pun berdiri di depan Darpa dengan kepala yang menunduk. Terlihat tubuh Nada mulai bergetar karena ketakutan.
"Siapa yang nyuruh lo buat nguping?" Ujar Darpa dengan raut datar.
Nada pun diam karena tak berani menjawab. Ia terus menundukkan kepalanya menatap lantai.
"JAWAB! LO NGGAK BISU KAN?" Ujar Darpa sambil menggebrak meja.
"E-enggak ada." Ujar Nada pelan.
"Apa aja yang lo denger cantik?" Tanya Darpa sambil memegang dagu Nada.
Nada pun memundurkan kepala-nya karena merasa jarak mereka terlalu dekat. Nada pun bingung harus menjawab apa, tak mungkin Ia harus menceritakan semua kejadian yang Ia lihat. Karena jujur sama saja membawa Nada ke dalam bahaya.
"Jawab! Mulut ini butuh gw ajarin buat ngomong?" Ujar Darpa mencengkram erat dagu Nada.
Tak segan Darpa menancapkan kukunya ke pipi Nada yang sudah memerah karena cengkraman yang kuat itu.
"S-sakiithh." Ujar Nada dengan air mata yang lolos dari pelupuk mata-nya.
"Makanya jawab!"Ujar Darpa.
"Sshhh A-aku baru sampe. Terus nggak sengaja nabrak kardus itu. Sshhh terus aku ngumpet takut ketauan. S-sakitthh m-maaf hikss." Ujar Nada terbata-bata.
"Benar? Tapi lo tetap harus di kasih pelajaran. Kemana aja seminggu ini ha? Udah lupa sama pacar sendiri? Apa sibuk ama si anak baru?" Ujar Darpa sarkas.
Darpa pun melepaskan cengkraman-nya di dagu Nada dengan kasar. Terlihat terdapat bekas tancapan kuku tersebut di pipi putih gadis itu.
"Hikss.. Bukan-nya kamu yang sibuk sama Naya? Hikss" Ujar Nada dengan isakan.
"BERANI LO NGOMONG KAYAK GITU? DASAR CEWEK GATEL! BERLUTUT LO!" Teriak Darpa dengan murka.
"B-buat apa?" Ujar Nada.
"NGGAK USAH BANYAK OMONG! BERLUTUT!" Sentak Darpa.
Nada pun terpaksa berlutut di depan Darpa. Kepala-nya pun menunduk takut jika sekali Ia menatap Darpa maka akan terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
"Buka kancing atas lo!" Ujar Darpa.
"Buat Apa? Kamu jangan macem-macem." Ujar Nada ketakutan.
"CEPET BUKA KANCING ATAS LO SIALAN! BANYAK OMONG BANGET." Teriak Darpa.
Nada yang ketakutan pun membuka kancing paling atasnya. Air mata kembali membanjiri pipi gadis itu. Ia takut jika Darpa akan melakukan hal-hal yang tak diinginkan nantinya.
Terlihat Darpa mengeluarkan sekotak rokok dari dalam saku celana kanannya. Ia mengambil sebatang rokok dan mulai menyalakannya dengan pematik.
"Lo emang harus di kasih sedikit pelajaran. Tahan ya cantik," Ujar Darpa sambil menyibakkan rambut serta kerah seragam Nada yang menutupi pundaknya.
"J-jangann hikss. Jangan Darpa, maaf hikss" Ujar Nada berontak.
"Shutt.. Jangan takut cantik. Kamu harus di kasih sedikit punishment biar nggak nakal lagi." Ujar Darpa.
Darpa pun menempelkan ujung puntung rokok yang sudah terbakar itu ke pundak Nada. Darpa menekan bara yang ada di ujung puntung rokok itu sambil mengukir namanya di pundak Nada.
D A R P A
Namanya di pundak perempuan milik-nya.
"Hikss..hikss..ahhh.. s-sakiitttt" Jerit Nada yang merasa panas di area pundak-nya.
"Cup.. cup.. jangan berisik cantik. Lihat deh, sayangnya Darpa makin cantik pundaknya." Ujar Darpa sambil tersenyum melihat hasil karya-nya.
"Hikss.. udahh.. ampun.." Ujar Nada dengan isak tangisnya.
Darpa pun menghentikan aksinya. Ia menatap Nada yang sudah terkulai lemas terduduk di lantai gudang yang kotor.
"Makanya,jangan nakal ya sayang." Ujar Darpa sambil mengelus surai halus Nada.
Setelah mengatakan hal tersebut, Darpa pun meninggalkan Nada sendirian di dalam gudang tersebut. Nada hanya bisa menangis sambil memeluk kakinya. Terdengar tangisan pilu terdengar dari bibir mungil gadis tersebut. Sunyi menjadi temannya siang itu yang ditemani iringan tangisan yang menyayat hati.
"Sejak saat itu hatiku mulai rusak. Di gerogoti oleh rasa sakit hati yang kian membuatku ingin berhenti. Dan hari ini, badan ku mulai rusak. Bukan di gerogoti oleh penyakit mematikan. Namun, di gerogoti oleh penyakit hati yang perlahan membuat diri-ku terus ingin mempercepat kematian."
-Dineshcara
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
HEYHEYHOW💃Halo sobat lara! Gimana nih ceritanya? Jangan lupa untuk selalu dukung saya dengan cara berikan vote dan komentar yang akan membangun cerita ini menjadi lebih baik lagi ke depannya. Terimakasih📍-AbigailAnugrah
KAMU SEDANG MEMBACA
Dineshcara
Teen FictionKu ingin jadi jantungmu dan berhenti semauku. Agar Kau tahu, rasanya hampir mati ditikam patah hati. -Dineshcara ~~~ "Darpa, bunda udah nggak ada hiks..hikss" "Terus?" "Aku lagi berduka Darpa. Apa kamu nggak mau anterin dan temani aku?" "NGGAK USAH...