0.5 (?)

13 4 3
                                    

Halo sobat lara! Jam berapa nih kalian baca cerita ini? Comment yaa

Kalau lupa dengan chapter sebelumnya, kalian bisa baca dulu baru lanjut chapter ini💃

Happy reading!

Author PoV

Semua murid meninggalkan lapangan sambil menatap Darpa dengan temannya. Banyak bisik-bisik yang terdengar. Mereka semua merasa terkejut dengan perlakuan Darpa yang sangat kasar kepada pasangannya untuk pertama kalinya.

Darpa pun meninggalkan lapangan dan mengejar Nada. Namun, Darpa tak melihat Nada di seluruh penjuru sekolah. Ia pun memutuskan untuk ke kelas Nada dan bertanya ke teman sekelasnya.

"Nada dimana?"Ujar Darpa

"Kenapa? Peduli? Tadi aja nyakitin. Asal lo tau ya! Kepercayaan itu seperti kaca. Saat rusak, lo bisa aja memperbaikinya. Tapi, keretakannya akan tetap membekas. Dan itu sama kayak kepercayaan Nada yang udah lo rusak,"Ujar Echa.

Ya, Darpa bertanya kepada Echa. Kebetulan Echa baru saja mengantarkan Nada  membuat surat izin untuk pulang agar bisa di beri perawatan yang layak oleh Bundanya yang seorang dokter.

"Nggak usah banyak omong. Sekarang Nada dimana?" Ujar Darpa dengan Nada tinggi.

"Nada pulang, kayaknya mau dibawa ke RS,"  Ujar Echa.

Darpa pun memutuskan untuk pergi dan menuju  ke kelasnya. Ia akan meminta maaf besok saat bertemu di sekolah. Ia pikir Nada membutuhkan waktu sejenak untuk ber-istirahat.

Setelah kejadian tersebut, Nada memutuskan untuk pulang ke rumah.

"Bun" Ujar Nada dengan pelan ketika sampai di ruang tamu.

"Eh anak bunda kok tumben udah pulang jam segini," Ujar Amelia yang merupakan bunda Nada.

"Ehm,i-iya" Ujar Nada dengan gelisah.

Amelia menatap aneh putri-nya yang terlihat gelisah. Tak sengaja, netra-nya melihat darah yang menetes dari tangan putri-nya yang di sembunyikan di balik badan-nya.

"Astga Nad, ini kenapa tangannya?" Ujar Amelia.

"Ehm, i-itu ehm tadi jatoh di lapangan iya jatoh pas olah raga," Ujar Nada dengan gugup.

Amelia pun menuntun putri-nya untuk duduk. "Kalau ada masalah, kamu bisa cerita ke bunda ya. Sini bunda obatin sebelum ayah pulang," Ujar Amelia sembari mengelus surai putri-nya.

Nada pun terkejut, Ia lupa bahwa hari ini adalah hari kepulangan ayahnya dari dinas.

Ceklek

"Bun"

Amelia pun menatap ke arah pintu. "Eh ayah udah pulang," Ujar Amelia sambil berjalan ke arah suami-nya.

"Mas, Aku ke dapur dulu ya," Ujar Amelia.

Luka Nada telah di bersihkan dan di perban dengan rapih oleh bunda-nya.

Deg

Nada mematung, Ia tak menyangka bahwa ayah-nya sampai secepat ini. Nada pun mendekati ayah-nya dengan menunduk.

"Hal- tangan kamu kenapa?" Ujar Raden dengan raut berubah datar.

Raden adalah ayah dari Nada. Ia adalah seorang Jendral TNI AD yang namanya lumayan tersohor di Jakarta. Siapa yang tak mengenal Randenius Bayangkara? Selain pangkatnya yang seorang Jendral, Raden adalah seorang pemilik rumah sakit ternama yang tersebar di hampir seluruh Indonesia.

"E-ehm, tadi jatuh yah," Ujar Nada gugup.

"Nada, tatap mata ayah," Ujar Raden dengan tegas.

"Dineshcara!"Ujar Raden dengan nada sedikit tinggi.

"Siap, maaf." Ujar Nada sambil menatap ayah-nya.

Tubuh Nada sedikit gemetar ketakutan. Namun, Ia harus bersikap siap siaga jika ayah-nya sedang marah.

"Tau apa yang harus kamu lakukan?" Ujar Raden sambil menatap netra kecoklatan putri semata wayang-nya.

"Siap, push up 100 kali dan waktu latihan tambahan," Ujar Nada dengan tegas.

"Sini peluk ayah," Ujar Raden dengan lembut.

"Hiks.. hiks.. Sakit yah," Ujar Nada sambil memeluk Ayah-nya.

"Cup..cup..Siapa yang berani ngelukain putri kecil ayah ini," Ujar Raden sambil mengelus surai putri-nya dengan lembut.

Nada hanya diam saja, Ia terus memeluk ayah-nya tanpa berniat menceritakan kejadian aslinya.

"Kamu tau,Nak. Ayah selalu ingin menjadikan kamu gadis yang kuat. Ayah mendidikmu sejak kecil layaknya seorang prajurit bukan tanpa alasan. Ayah ingin, putri satu-satunya ayah mendapatkan hidup yang baik. Ayah mau kamu bisa menjaga diri kamu jika nanti bunda atau ayah terpaksa berhenti menjagamu," Ujar Raden.

"Hiks..Iya yah," Ujar Nada pelan.

"Yaudah, sekarang kamu istirahat. Nanti malam jangan lupa latihan dan laksanakan hukumanmu," Ujar Raden.

"Iya yah," Ujar Nada sambil beranjak menuju kamar.

Sejak kecil, Nada sudah dibekali oleh ayah-nya berbagai macam bela diri. Ia di didik benar-benar menjadi seorang prajurit. Selain harus memilili fisik yang kuat, sejak kecil Nada juga sudah di latih secara insting dan dibekali pengetahuan tentang NKRI.

Sejatinya, Nada adalah predator yang sebenarnya. Dan Darpa hanyalah umpan yang siap di terkam kapan saja.

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
HEYHEYHOW💃 Halo sobat lara! Terima kasih sudah membaca cerita ini. Jangan lupa untuk terus dukung saya dengan cara memberikan vote dan komentar sebanyak-banyaknya untuk membangun cerita ini lebih baik ke depannya📍 

-AbigailAnugrah

DineshcaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang