Part 1 - Gending Alas Mayit

3.3K 139 6
                                    

Catatan : 

Cerita ini sedang proses Pre Order dengan judul "Gending Pencabut nyawa" Yang diterbitkan oleh gagas media.

Support penulis dengan membeli bukunya ya... ^^ 

bit.ly/pesangending

----------------------------------------------------------------------------------

Desa Windualit , Sebuah desa terpencil yang jauh dari sosok hiruk pikuk Perkotaan. Pemandangan indah gunung merapi selalu setia menemani pagi setiap warga di desa ini.

Sama sekali tidak ada yang istimewa di tempat ini, bahkan desa ini masih jauh dari kesan modern. Rumah-rumah disini masih dibangun dari kayu , bahkan listrikpun baru masuk beberapa tahun yang lalu itupun hanya cukup untuk lampu-lampu rumah.

Wajar saja , untuk keluar atau masuk Desa Windualit kami harus melalui jurang sejauh ratusan meter. Kendaraan bermotor hampir mustahil mencapai desa kami. Namun warga desa ini sudah terbiasa memenuhi kebutuhan hidup dari hasil bercocok tanam. Uang? Maaf saja benda itu tidak terlalu berharga di sini.

Namaku Sekar, hanya perempuan biasa yang masih menumpang hidup dari orang tua. Keseharianku layaknya wanita desa biasa. Memasak , mencuci baju di sungai, menimba air dan kadang membantu di kebun bapak.

"Bu.. Sekar nyuci klambi ning kalen disik yo" (Bu, sekar ke kali sebentar nyuci baju ya...) Pamitku pada ibu

"Yo , ojo kesuwen.." (ya, jangan lama-lama) Jawab ibu.

Aku mengangkat cucianku segera menuju sungai .

Semua hal di desa ini terlihat biasa saja , selain sebuah pantangan yang harus dipatuhi oleh warga desa ini, yaitu untuk tidak memasuki satu tempat terlarang di perbatasan desa. Warga menyebut tempat itu dengan nama "Alas Mayit" (Hutan Mayat).

" Dek sekar... mampir" ucap Bu Retno yang sedang bersih-bersih di teras rumahnya.

"Njih bu.. Tak Nyuci baju dulu " Jawabku sekedarnya.

Warga di sini memang sangat ramah, hampir setiap berpapasan kami selalu memberi salam atau sekedar perbincangan basa-basi.

..

..

"duh... mas, piye iki?" (duh.. mas, gimana ini)

Terdengar suara wanita berbisik dari balik pepohonan , tanpa sengaja sedikit perkataanya terdengar olehku.

"arrgh.. kok iso dadi koyo ngene!" ( Kok bisa jadi begini!) terdengar suara seorang pria membalas ucapan wanita itu.

Aku mencoba menghampiri , namun seperti sadar akan kehadiranku mereka segera berlari meninggalkan tempat itu.

Ya sudahlah, aku juga tidak tertarik dengan urusan orang lain.

Aku menyiapkan pakaianku dan segera mencucinya di sungai , tak jauh dari tempatku juga terlihat beberapa ibu-ibu sudah lebih dulu sampai di tempat ini.

" Sekar, keawanen to?" (sekar, kesiangan ya?) Tanya salah satu ibu disana.

"Njih bu , mau ibu dhawuhi nulungi masak disik" (Iya bu , ibu tadi nyuruh bantuin masak dulu) jawabku.

"Yowis, tak pamit duluan ya sekar.. " Lanjutnya lagi

"njih bu, ngatos-atos" (iya bu , hati –hati)

2. Gending Alas MayitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang