Part 7 - Pagelaran Tengah Wengi

1.6K 85 1
                                    

Suara alunan gamelan yang mendayu-dayu terdengar dengan sangat indah , tetesan air yang jatuh ke sendang membuat suara itu menjadi terlalu nyaman untuk didengar. Namun sayangnya suara ini berasal dari demit dari alas mayit.

Indahnya suara gamelan itu memancing seluruh penghuni alas mayit untuk berkumpul di tempat ini , mulai dari pocong, makhluk raksasa bertubuh besar, hingga mayat-mayat dengan tubuh yang tak berbentuk menyaksikan kami dari seluruh penjuru hutan, seolah menyaksikan suatu pertunjukan.

Aku dan cahyo sudah bersiap untuk menyerang kedua manusia penyebab semua kutukan ini , Pak Kades dan Aswangga.

Namun.. serangan kami terhenti oleh sebuah kekuatan yang berwarna hitam pekat , dan itu muncul dari Aswangga yang menghadang kami.

" Hei Aswangga, Untuk apa kamu menjual dirimu pada setan-setan laknat itu" Tanyaku yang masih berharap Aswangga masih bisa diselamatkan.

" Untuk apa? Kekayaan , kekuatan, dan hidup abadi.. tentu saja untuk itu semua" Ucapnya sambil tertawa meledeku.

"Saat ini tidak ada satupun dari kalian yang bisa mengalahkanku..." Lanjutnya.

Aku heran, mengapa aswangga menjadi percaya diri seperti itu.

"Danan.. lihat! bukanya itu anak buah aswangga" Ucap cahyo sambil menunjuk pada setumpukan mayat yang dipersembahkan di sebuah candi.

"Edan kowe... anak buahmu sendiri kamu jadiin tumbal?" Cahyo merasa emosi dengan perbuatan aswangga.

"Itu salah kalian! Kalau kalian tidak mengacau.. aku tidak perlu menumbalkan mereka untuk mendapatkan kekuatan ini" Aswangga memamerkan dirinya yang diselimuti kekuatan hitam.

"Hadapi aku.. akan kuhabisi kalian satu persatu.. "

Suara gamelan mengiringi mulainya serangan Aswangga kepada kami .

Sebuah pukulan mengarah kepada Cahyo dan membuatnya terpental . aku mencabut keris milikku dan menusukan pada aswangga, namun tak sedikitpun ujung keris itu masuk kedalam tubuhnya yang malah dibalas sebuah tendangan yang melemparkanku tak jauh dari tempat cahyo tersungkur.

"Kamu mengorbankan nyawa anak buahmu Cuma untuk kekuatan seperti ini?" tantang cahyo sambil membersikan darah yang menetes dari mulutnya.

"Udah cahyo.. kamu istirahat dulu aja, aswangga biar aku yang hadapi" Ucapku pada cahyo.

"Nggak danan, aku butuh pemanasan..." Cahyo merapalkan sebuah mantra , merubah kedua tanganya menjadi lengan kera raksasa dan segera menerjang aswangga.

"Sombong sekali kalian! " Pukulan aswangga yang diselimuti kekuatan hitam beradu dengan lengan kera milik cahyo, namun kali ini aswangga yang terpental.

Sekali lagi aswangga mencoba menyerang cahyo namun dibuatnya terpental lagi.

Untuk adu ilmu fisik Cahyo memang sangat bisa diandalkan. Hampir semua serangan Aswangga dibuat terpental Cahyo.

"Brengsek , Tidak mungkin kekuatanku kalah.. " ucapnya yang disusul dengan pukulan berikutnya dari cahyo.

" Menyerah saja! Kekuatanmu itu tak mungkin bisa untuk mengalahkan kami" Ucap Cahyo memperingkatkan Aswangga.

" Ga usah sombong kalian... Sudah berapa tumbal yang kalian berikan untuk kekuatan itu? Aku akan memberi lebih" Ucap Aswangga sambil menoleh kepada pak kades yang melihatnya dari belakang.

2. Gending Alas MayitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang