Sekumpulan orang datang menghampiri Cahyo dan Paklek. Sepertinya , mereka dari kota yang cukup jauh.
" Paklek , Cahyo... sudah lama sekali ya , dulu kamu masih sekecil ini lho cahyo" Ucap seorang pria yang datang menghampiri rumah Paklek.
Mereka berbincang panjang lebar seolah sedang bernostalgia akan sesuatu.
Aku?
Aku hanya duduk termenung di ujung ruangan. Cerita sekar mengenai Laksmi sungguh membuatku sangat terpuruk.
Tidak mungkin seorang laksmi yang baik dan ramah bisa mati di tangan anak buah seseorang bernama Aswangga itu.
"Danan... sini lho , tak kenalin sama mas-masku " Panggil Cahyo dari ruang tamu.
Aku menghampiri mereka sambil berusaha menyembunyikan wajah murungku.
" Saya Danan mas... majikanya Cahyo" ucapku sambil menjabat tangan teman-teman cahyo.
Cahyo segera menoleh dan melemparkan sarungnya ke arahku.
"Enak aja... majikan mbahmu , emangnya aku mbok gaji piro?" Jawab cahyo yang mengerti maksud candaanku
" wah.. mas danan bisa aja .. saya Ardian , ini Nizar dan Ramto... " Ucap mereka memperkenalkan diri.
Paklek mendekat sambil membawakan minuman yang telah disiapkan Bulek dari dapur.
"Ini.. Diminum dulu, terima kasih lho sudah jauh-jauh mau mampir ke sini" Ucap Paklek menyambut mas ardian dan teman-temanya.
Perbincangan-perbincarang ringan terbentuk diantara kami , hampir sebagian besar merupakan cerita tentang bagaimana paklek dan cahyo waktu masih kecil sempat menyelamatkan mereka dari bahaya di pabrik gula.
"Cahyo , Paklek... kami sudah mencoba mencarikan informasi semampu kami, dan berujung kepada seseorang bernama Mbah Rusman" Ucap mas ardian.
"Katanya dulu dia warga desa windualit yang bertahan dari kutukan yang sedang kalian hadapi itu"
Sebagian besar, kami sudah mengetahui cerita mas ardian lewat telepon , namun dengan bertemu langsung , cerita mereka tentang mbah rusman terasa lebih menyedihkan.
"Sebentar mas ardian , sebelum dilanjutin ceritanya biar saya panggil sekar dulu "Ucap cahyo memotong cerita mas ardian.
Sambil Mas Ardian melanjutkan ceritanya, Mas Nizar masuk kedalam mobil dan mengambil sebuah benda yang terlihat cukup besar.
"Nah... ini barangnya " ucap mas adrian membukakan sebua bungkusan yang berisi sebuah gong kecil dan pemukulnya.
" Menurut cerita mbah rusman , pemukul ini yang disebut dengan tabuh waturingin.. namun ini tidak cukup untuk satu warga desa, kalian harus membuatnya dari kayu pohon beringin tua di sebuah sendang di hutan" Cerita mas Ardian.
Paklek terlihat terfokus pada benda itu dan memperhatikan energi yang keluar darinya.
"Sendang banyu ireng... saya pernah ke sana paklek" Ucapku pada paklek.
Aku mengingat sebuah tempat yang digenangi air berwarna hitam di dalam Alas Mayit.
" ya sudah mas ardian, benda ini kami terima ya.. terima kasih banyak" Ucap paklek kepada mas ardian.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Gending Alas Mayit
HororSuara gamelan terdengar tanpa henti sepanjang malam , Warga mencoba mencari sumber dari suara musik gamelan tersebut. Namun suara itu berasal dari hutan desa... Saat malam sudah mencapai puncaknya , terdengar suara teriakan dari rumah Aswangga, seor...