Tidak butuh waktu yang lama untuk Pluem mencarikan aku asisten baru. Dengan pengalaman asisten terdahulu, semoga pilihan Pluem kali ini tepat.Setelah dua hari menyebar selembaran, Pluem dan Billkin mewawancarai Sepuluh orang. Mereka sudah menemukan satu yang pas untuk menjadi asisten ku.
Pluem pulang dan mengabarkan jika ia sudah memutuskan asisten baruku di restoran miliknya.
Maka di sinilah aku sekarang, duduk di pinggir ranjang dengan piama entah berwarna dan motif apa menunggu asisten baruku diperkenalkan. Ku harap yang kali ini bekerja dengan hatinya bukan karena gaji yang dijanjikan Pluem semata.
Meski aku sering berpikir, gaji untuk seorang asisten yang bekerja hanya dua hari─Sabtu dan minggu, karena hanya hari ini lah Pluem pergi ke luar kota mengecek bisnis keluarga─ dengan dua belas jam tiap harinya. Artinya hanya akan ada delapan hari kerja dalam sebulan.
Namun mereka melakukan pekerjaan yang berat. Di hari yang seharusnya libur, mereka bekerja menjadi asisten seorang yang buta seperti ku. Menjadi kaki dan tangan serta mata selama dua belas jam. Aku berhenti berpikir jika gaji yang di patok Pluem berlebihan.
Pendengaranku terusik dengan suara percakapan rendah dan derap kaki. Pasti lah Pluem dan asisten baruku. Ku miringkan kepalaku berusaha mendengarnya lebih jelas.
"... semua yang akan kamu lakukan ada dalam daftar. Jika ada yang kurang jelas tanyakan saja pada Billkin, pemuda yang mengantarmu keruangan saya." Itu suara Pluem.
Lawan bicaranya terdengar hanya menjawab 'iya' sesekali.
"New jarang keluar rumah. Ia sangat suka membaca cerita, jika ia ingin membaca cerita kamu harus membacakannya."
"Kenapa harus?"
Bisa ku bayangkan Pluem mendelik kesal. "Karena ia tidak bisa membacanya." Katanya dengan suara yang begitu dalam. Langkah-langkahnya terhenti di depan kamarku.
"New tidak banyak pinta. Ia hanya sarapan jam delapan, sejam setelah kamu memulai tugas. Makan siang jam dua belas dan tidur siang setengah dua sampai jam empat sore."
Bisa ku dengar pintu didorong ke dalam. Suara keretekan engselnya mengganggu telinga. Pluem dan asisten baruku masuk.
"Jika ada sesuatu yang tidak kamu mengerti, silahkan Tanya pada Billkin."
"Sepertinya Billkin adalah orang yang tahu segalanya. Ada kah yang tidak ia ketahui?"
Seringai muncul di bibir ku ketika mendengar cemoohannya. Pasti Pluem sedang melotot tak suka padanya.
"Eh, maaf, saya bercanda."
Untuk sejenak, di tepi ranjang ini aku terpenguh. Suara asisten baruku begitu dalam. Sangat khas. Hal itu tidak dimiliki oleh empat asisten terdahulu. Meski aku menyukai suara Tian saat ia membacakan ceritanya untukku, ku harap aku juga akan menyukai yang ini.
"New, ini adalah Tay Tawan─"
"Apa? Tay?"potongku sambil mengernyit.
"Iya,"
"Namanya terdengar aneh tapi juga menyenangkan." gumamku sangat samar di antara rongga gigi yang ku yakin tak siapapun medengar.
"Mungkin karena wajah ku juga tampan. Sayang sekali kamu tak bisa melihatnya."
Aku menutup mulutku rapat. Tertegun sesaat begitu menyadari gumamanku yang ku kira tak akan ada yang mendengar ternyata sampai ke telinganya.
Lalu Pluem terbatuk kecil, siap-siap menceramahi bahkan mencaci maki pegawai barunya itu. Untung saja aku masih memiliki hati nurani untuk berbelas kasih pada asisten baruku ini, anggap saja hadiah penyambutan hari pertama bekerja.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Pair Of Eyes
FanfictionAku tidak pernah menyukai warna hitam, hingga akhirnya ia datang membawa warna padaku di dunia yang gelap.