Chapter 6/10

2.5K 461 25
                                    

*pengennya nunggu 25 vote, tapi pengen cepat-cepat up. Yaudah up aja:)
Jangan sider ya manusia:) Vote ga bayar kok:)
P

anjang dikiiit(๑◔‿◔๑)

[Tinggalkan vote sebelum membaca untuk semangat menulis saya dan kelanjutan ceritanya ^^]
°
Happy Reading ^3^
°

Dia itu...

Levi mengambil nafas dan menghembuskan nya gusar, bukan sekali, ini yang kesekian kali. Dia merututi imun tubuhnya yang tiba-tiba merosot hingga berakhir di atas kasur dan melewatkan sekolah.

Tubuhnya diam tapi otaknya berkeliaran, mencari-cari celah apa yang membuat nya seperti ini. Tapi tak ia temukan.

Bukan tak ditentukan, Levi hanya tidak percaya bahwa imun nya bisa merosot dan tak ingin mengakuinya. Dia tak benar-benar lupa bahwa hampir dua minggu tidur hanya berkisar 2 jam sehari dengan porsi makan tak teratur sama sekali. Sisanya ia luangkan untuk mengurusi pelantikan anggota baru OSIS, mempelajari ulang semua bab dari kelas 1 hingga sekarang bahkan termasuk milik kakak kelasnya.

Sisa lainya ia pergunakan untuk mengurusi tim basket nya mengingat posisinya sebagai kapten yang akan segera pensiun, dan sedikit sisanya ia habiskan bersama (name), keluarga dan teman.

Tapi ia tak mau terima kenyataan bahwa hanya karena semua itu dia jatuh sakit. Ya ego nya tinggi bahkan pada dirinya sendiri.

Kepalanya terasa berputar-putar sedari pagi tadi, suhu badanya meningkat cukup drastis dan hidungnya yang mancung itu enggan mempersilakan oksigen untuk masuk mengisi paru-paru.
Singkatnya, dia demam karena kelelahan.

Iris birunya bergulir melirik jam, pukul sepuluh adalah waktu istirahat pertama. Pikirannya berkelana, kira-kira (name) dan teman-teman nya sedang apa?

Hingga kantuk menyerang dan dia pun tertidur lagi, membiarkan bubur buatan Kuchel dingin serta obat yang tak tersentuh.

-----

Suara ketukan pintu berkali-kali terdengar namun ia abaikan. Levi masih ingin tidur.

Hingga ketukan itu terhenti dan disusul pintu kamarnya yang terbuka lebar bersamaan suara dobrakan.

(Name) berdiri disana,tidak dengan wajah manis atau pemalu nya seperti biasa. Tangannya sibuk membawa kantong plastik cukup besar dan beberapa pastel buah segar.

Levi melihatnya dan berusaha duduk, dia siap membuka mulut untuk sedikit ngomel atas kelakuan (name) barusan.

Namun,

Belum saja ia duduk tegak, sekantong penuh obat terlempar kasar dan mendarat di perutnya. (Name) lah pelakunya.

"Bubur tak dimakan, hm? Obat pun tak kau sentuh?!" Tanyanya kasar, nadanya tinggi dan alis menukik.

Levi ingat betul, (name) selalu memanggilnya dengan nama belum pernah sekalipun menggunakan kata ganti kedua.

"Percuma kubuatkan bento setiap hari, hidup saja tidak tertata rapi!" (Name) membawa keluar bubur dingin itu kedapur, tak lama ia datang dengan semangkuk bubur baru dan air putih.

Levi masih memperhatikannya, enggan bersuara.

"Makan!" Sodornya pelan meski nadanya tak berteman.

"Apa lihat-lihat?! Makanlah lalu minum obatmu! Aku sudah membelikannya susah payah, awas saja dianggurkan," Masih bersungut.

Levi menerima, memakan bubur itu dalam dia hingga habis lalu meminum obat. Membiarkan gadis dihadapan nya mengupas apel dengan tenang.

"Masuk ke ruang orang tanpa permisi itu tak baik," Ucap Levi akhirnya.

Dan betapa kaget nya Levi mendapati pisau yang dihentakkan kasar serta tatapan sengit dari sang pacar.

"Orang sakit tidak perlu banyak bicara. Sok-sokan menasehati padahal dirinya tak bisa mengurus diri dan seenaknya sendiri,"

Menjeda sebentar.

"Sudah dibilang tidur teratur, belajar secukupnya saja, mengurusi semuanya bersama-sama. Eh tidak, malah sok kuat mengurusi semua sendiri, dasar, manusia batu,"

Jeda lagi,

"Kau enak tidur saja dari pagi. Aku, ibumu dan yang lain khawatir juga tak kau peduli!"

( Name) menelan ludah, mengambil nafas dan menghembuskan gusar. Berusaha tidak menangis agar tidak terlihat cengeng.

"Sia-sia aku bangun pagi menyiapkan bento! Sia-sia Hanji dan Erwin pulang larut agar kau tak begitu terbebani! Sudah besar, bisa-bisa nya menjaga kesehatan diri sendiri saja tidak bisa, masa seperti itu juga tidak menger-—"

Terhenti. Nafasnya tercekat sebentar kala tangan Levi bertengger di ujung kepalanya.

"Maaf," ucapnya singkat.

(Name) dengan segera melemparkan apel yang ia bawa pada Levi dan memeluknya.

"Bodoh! Pokoknya bodoh! Dasar bodoh!"

Maki nya dengan isakan kecil.

Levi tersenyum tipis, tangannya bergerak membelai rambut (h/c).

"Baiklah, aku salah, maaf. Tapi aku pintar, brat, " Candanya dengan kekehan pelan di akhir.
Tak elak menimbulkan cubitan di perutnya.

"Aku khawatir, apa Levi-kun tahu?" Oh sudah kembali melunak rupanya.

"Hm, maaf, okey?"

(Name) melepaskan pelukan. Lalu membenarkan rambutnya yang berantakan.

"Sembuhlah dulu, baru aku memaafkanmu," Putusannya.

----

"Makan apelnya lalu tidurlah, aku akan menunggu bibi Kuchel pulang di bawah," ujarnya kalem sembari menata mangkok dan gelas kosong ke nampan.

Levi mengangguk kecil. Efek obat membuatnya kembali terserang kantuk.

"Boleh aku request?"

"Apa?" (Name) mengerutkan alis heran.

"Lain kali jika aku sakit, berikan aku senyuman mu, jangan omelan mu. Aku tambah pusing mendengar itu,"

(Name) tersenyum. Bukan senyum manis ataupun indah seperti biasanya.

"Lain kali kalau Levi-kun sampai sakit karena kelelahan, bukan apel yang akan kulemparkan kan, tapi pisau,"

Dan gadis itu turun dengan membating pintu.

Levi menelan ludah dan sedikit berfikir,ternyata gadisnya terlihat pemalu dan lucu tapi bisa menjadi lebih seram dari hantu,

"Apa dia berkepribadian lebih dari satu?"

.... yah begitu. Aku baru tahu dia bisa seperti itu:)

-----

Vote comment nya ya^^

See yah♡(.◜ω◝.)♡

22. 7.21

SHY GIRLFRIEND [LEVI ACKERMAN] -COMPLETE -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang