; page five

2.5K 350 53
                                    

"lo gausah banyak tanya bisa gak?"

new menarik pergelangan tangan tay yang berakhir di tarik kasar oleh sang empunya. "KASIH TAU GUE, SALAH GUE DIMANA ANJING? LO DIEMIN GUE, TERUS TIBA-TIBA MUTUSIN GUE GITU AJA? BILANG KE GUE, TAY! GUE SALAH AP-"

"GUE UDAH BOSEN SAMA LO, PUAS?"

new menghapus jejak air matanya kasar, tawa miris terdengar sangat pilu di kosan tay. "gue gapapa kalo lo bosen sama gue or something, gue gapapa. tapi, kenapa gak lo pertegas aja dari kemaren-kemaren? kenapa lo malah ngilang dengan alasan kuliah lah, beasiswa lah-itu juga it's okay, tapi kenapa lo nyuekin gue seakan-akan gue ini bukan manusia hidup yang punya perasaan dan malah dianggep gaada sama lo? gue capek.. hiks.. jahat lo sumpah.. jahat.."

tay terdiam, apa yang new katakan seratus persen benar.

tentang beasiswa itu.. hanyalah alibi untuknya bisa lepas dari new, dan sudah hampir dua minggu tay mendiamkan new tanpa ada niatan untuk menjelaskan hubungan mereka, seharusnya ia bisa sedikit dewasa dengan mengatakan jika rasanya terhadap new sudah hilang.

"lo bikin semuanya susah.." bibir new bergetar hebat, menahan tangis yang sebentar lagi pecah. "sesusah itukah ketimbang bilang 'ayo putus, gue udah bosen sama lo' sesusah itu? kenapa? lo.. brengsek banget lo tau itu? dan kenapa dengan bodohnya gue masih sayang sama lo sialan!!" new menarik kerah kemeja tay dan memukul-mukul dada bidang tay sedikit keras.

tay mendorong new pelan, ia lantas mengambil tasnya-sebenarnya ia baru saja datang dari rencananya menghindari new, namun siapa sangka jika new telah menunggunya di kosannya, itu membuatnya tak bisa kemana-mana lagi dan menghindari berbagai pertanyaan beruntun yang new berikan untuknya.

sebelum benar-benar keluar ia sempat berujar,

"cari yang lebih baik dari gue, perasaan gue buat lo udah gaada," ia berhenti sejenak. "gue udah naksir sama orang lain, sorry."

lidah new rasanya kelu, terlalu mendadak dan tay dengan gampangnya mengatakan seakan-akan itu adalah hal kecil yang biasa dilakukan semua orang.

•••

"sup!! wasapp mom!!"

baifern tertawa kecil melihat bright berjalan kearahnya dengan heboh, meskipun akhirnya win mencubit pinggangnya untuk memperingati laki-laki itu agar lebih sopan lagi. "banyak gaya ya kamu," kata baifern.

win mendekat kearah baifern yang tengah menjahit beberapa pakaian di sofa ruang keluarga, ia mencium tangan mama mertuanya. "mama, apa kabar?"

baifern tersenyum lebar. "as you can see, sangat baik sayang." baifern menarik win untuk duduk di sebelahnya. "kamu gimana?"

win tersenyum menyambut pertanyaan lembut yang baifern tanyakan. "same."

setelahnya mereka asik saling mengobrol berbagai macam topik, terutama yang berbau-bau rumah tangga, apalagi bright dan win masih newbie.

bright menghela nafas panjang, "gini nih kalo mama udah ketemu sama win, aku di cuekin melulu." katanya.

kedua orang itu menoleh bersamaan, lantas kekehan kecil mengudara dari keduanya. "udah gih sana kamu sama papah tuh di kebun." kata baifern.

muka bright udah asem banget di usir-usir sama mamanya sendiri, sebenernya anaknya itu dia atau win sih? kesel.

dengan loyo, bright berjalan menuju halaman belakang-kebun yang dimiliki oleh papahnya. "PAH!"

laki-laki berumur dengan kacamata minus yang bertengger di tulang hidungnya itu menoleh dengan cepat kearah bright. "HOY ANAKKU!"

bright berlari kecil untuk lebih dekat dengan mario. "alay ih papah mah."

mario tertawa kecil. "gimana perusahaan papah? kamu bisa kerja disana? jangan bikin perusahaan papah bangkrut loh ya, tak penggal pala mu."

bright meringis. "kejam sungguh kejam."

"sini-sini duduk, kita ngobrol dulu." kata mario sembari melambaikan tangannya di udara-menyuruh bright untuk duduk di sebelahnya, tepatnya di teras halaman belakang.

mereka akhirnya saling mengobrol, mulai dari perusahaan mario yang kini resmi di pegang oleh bright, tentang bagaimana cara menjadi kepala rumah tangga yang sangat penting untuk jalannya sebuah hubungan berumah tangga dan banyak lagi.

namun, sekitar pertengahan pembicaraan-telinga bright tak sengaja menangkap percakapan win dan baifern dari dalam.

tapi hanya satu kalimat yang berhasil ia tangkap dan itu membuatnya membeku seketika.

"kalian kapan punya anak? masa iya sih udah nikah tapi belum ngasih cucu juga."

ah, shit.

•••

"mama bilang apa aja sama kamu?"

win sama sekali tak mengindahkan keberadaan bright, ia justru sibuk dengan kegiatan memasaknya. "kamu mau makan apa? biar aku bikinin."

bright tidak mengerti dengan win, ia menghela nafas panjang. "mama bilang apa aja sama kamu?" tanyanya lagi.

"kamu mau nasi goreng ka-"

bright menarik pergelangan tangan win kasar hingga membuatnya berbalik badan lurus di depan bright. "liat aku!"

win mau tak mau mengangkat kepalanya. "kenapa sih hah?"

"aku tanya sekali lagi, mama bilang apa aja sama kamu?" tanya bright.

"lepasin dulu tanganku, sakit."

bright menghela nafas berat, ia melepaskan tangannya dari pergelangan tangan win. "jawab."

"mama gak bilang apa-apa, kamu kenapa sih?" ujar win kesal.

bright mencoba menormalkan emosinya karena win yang dengan sengaja mengalihkan topik saat ia bertanya mengenai pembicaraannya dengan baifern.

bright menarik lembut pergelangan tangan win dan menyuruhnya duduk di kursi meja makan, bright lantas berjongkok di depan win. "mama ngomong soal anak kan?" tanyanya dengan intonasi yang jauh berbeda dari sebelumnya.

win diam, secara tidak langsung ia mengiyakan pertanyaan bright barusan.

bright mendongak, "aku tau banget kamu orangnya gampang overthinking, aku tau banget." ia menepuk kecil tangan mungil win. "jangan di pikirin ya, toh tujuan kita nikah juga bukan buat anak doang."

"maafin aku,"

bright mengernyit. "kenapa malah minta maaf?"

win menggeleng kecil. "i don't deserve you, mama bakal marah banget sih kalo aku gak bisa ngasih kamu anak, ngasih mereka cucu, apalagi kamu anak satu-satunya."

dahi bright berkerut tak suka. "kenapa ngomong gitu? percaya sama aku, bisa."

"kalo misal aku emang gak bisa ngasih kamu anak, it's okay you can have sex with other girls."

"KAMU BILANG APA SIH HAH?" bright mulai naik pitam karena win yang sengaja mengatakan itu seakan-akan itu bukan hal besar.

"aku gak akan nuntut kamu buat begini-begini, engga. dan aku juga gak akan having sex sama siapa pun kecuali kamu, dikasih atau engganya aku gak masalah-lagipula waktu buat kita masih banyak, don't think about it anymore. jangan bilang gitu lagi, aku gak suka."

win tersenyum tipis. "maaf, ayo ngewe."

bright menoleh cepat. "sinting ya? gas deh."

gelo kabeh.

TBC

ini mpreg ya, karena abis ini bakalan ada yang tekdung.

siapa tuch kira-kira.

ii. little space : returnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang