Prolog - The Day We Found You

9.2K 827 68
                                    


This is a new version of Arcane, hopefully you love the sequel of Ares and Harin.

Seperti hari hari sebelumnya, kali ini pun Yohan datang ke Markas dengan wajah kecewa. Laki laki itu bergabung di sofa ruang tengah dan menghela napas panjang. "Gue minta maaf, pencarian kali ini tanpa hasil. Apa ini saatnya kita untuk ikhlas?"

Sebaris kalimat itu meluncur dengan nada pelan dan hati hati dari mulut Yohan. Ares menghisap rokoknya dan mengeleng. "Omong kosong macam apa yang lo bilang sekarang, Han?"

Yohan menunduk dalam. "Ini udah hampir dua tahun."

"Gue nggak peduli." selanya cepat. "Cari sampai ketemu," asap rokok yang ditarik itu lepas di udara. "Gue baru bisa ikhlas kalau Harin ada disini."

"Gue bakal berusaha buat temuin Harin, tapi ..." di sela sela menggantungkan ucapannya Yohan melirik figura foto Harin di sudut kamar Ares dan menahan rasa perih menggerogoti dadanya. "Lo harus ikhlas kalau seandainya ada kemungkinan terburuk."

Ares hanya diam dan kembali menghisap rokoknya. Banyak hal sudah dia lakukan, melakukan pencarian menyusuri Jurang Kalima, mengutus tim ahli bahkan turun langsung ke tempat kejadian perkara namun nihil, tidak ada sedikit pun jejak yang bisa mereka selidiki lebih lanjut.

Ares tidak bisa menyerah. Hidupnya sepenuhnya digantungkan pada kehadiran Harin. Kalau istrinya itu pergi maka Ares tidak tahu lagi apa yang akan dilakukannya, bagaimana caranya dia bisa hidup mengubur dalam dalam mimpi dan harapannya bersama wanitanya itu?

"Kalau lo jadi gue Han, apa bisa lo ikhlas?" tanya Ares sembari memalingkan wajahnya menatap rintik hujan yang mulai turun membasahi bumi.

Yohan membisu. Ares menghela napas dan mengibaskan tangannya — memberikan gestur menyuruh Yohan meninggalkannya sendirian.

Iris hitam Ares menatap foto Harin lamat, ia tersenyum miris yang lebih tepatnya bertujuan mengasihani diri sendiri. "Sekarang lo bisa lihat, seberharga apa lo buat gue darl," bisiknya sembari mengecup foto Harin dengan setitik air yang menetes dari pelupuk mata.

"Bang!"

"BANG ARES!"

Ares mengernyitkan kening. "Kenapa harus teriak, Jendra?"

Jendra memucat di hadapannya. Ares menduga itu terjadi sejak sebelum dia membuka pintu Markas. Biasanya Jendra takut padanya dan enggan berhadapan langsung namun sepertinya ada yang membuatnya lebih takut kali ini.

Derap kaki menyusul di belakang Jendra — itu para member Petra lainnya. Mereka berniat menghentikan Jendra namun terlambat.

Jendra membawakan berita yang sekali lagi membuat dunia Ares seakan runtuh.

"Ada mayat yang ditemuin di bebatuan Jurang Kalima," Jendra gemetar. "Gaunnya hitam, persis sama yang terakhir kali —" Jendra menggeleng keras, matanya menyorot sendu, "Itu bukan Kak Harin kan bang?"

Seluruh member Petra terguncang mendengar ucapan bocah itu, tak terkecuali Ares. Persetan dengan ikhlas, harusnya ia tidak pernah berkata seperti itu sebelumnya.


. . .

Arcane [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang