α - little boy

5.5K 786 117
                                    


"Buset bang, itu kening lo berdarah." Ucap Malvin dengan tatapan sedikit ngeri ketika Ares datang ke markas Petra malam itu dengan bekas darah setengah kering di sudut pelipis sampai sudut mata.

Ares bergumam. "Ambilin obat buat gue." Titahnya kemudian dan Malvin hanya bisa menurut. Biasa, lebih baik jadi babu daripada berujung ribut karena raut wajah ketuanya terlihat kusut.

"Kenapa lo?" Tanya Yohan jutek. Laki laki itu sudah selesai ngambek karena insiden salah cium kemarin. Padahal doi gatau aja yang dicium kan bininya sendiri.

"Dilempar gelas." Jawab Ares singkat.

"Siapa yang berani ngelempar gelas ke lo? Nyari mati tuh orang." Sergah Alriz langsung tersulut emosi.

Ares terkekeh. "Kebetulan. Matiin sekalian aja bokap gue sana."

"Heh?" Alriz panik mendengar kata itu dari mulut Ares. "Ampun, mana berani kalo sama om Hades gue," lanjutnya seraya tersenyum kecut. Papa Ares adalah salah satu orang yang berpengaruh dalam kehidupan bisnis keluarga Alriz. Sebenarnya dia bisa saja melakukan keinginan Ares tetapi pada detik itu juga habis dia di tangan Papanya.

"Nih bang." Malvin memberi kotak obat dan peralatan lainnya pada Ares yang kemudian diterimanya.

"Mata mata yang kemarin di tempatin sekitaran Helios bilang kalo ketua mereka bukan lagi Haru." Ucap Kala sembari meletakkan foto foto di atas meja hadapan Ares.

Kening Ares berkerut melihatnya. "Haru diganti?"

Kala mengangguk. "Namanya Kevin Josephio, dia anak Fisip Universitas Acropolis." Ujar Kala menjelaskan.

Foto itu dilihat oleh anggota Petra, termasuk Ares sendiri. Laki laki itu terlihat tidak familiar hampir asing karena mereka tidak pernah melihatnya bahkan mendengar namanya saja tidak.

"Gue kenal dia." Sambar Alvaro. "Orangnya slengean dan ceroboh tapi dia lumayan terkenal di Acropolis. Sebutannya, hmm ... Anjing gila."

"Kenapa dia mau disebut anjing ya?" Tanya Aska heran.

"Mana gue tau, itu kan julukan orang orang ke dia." Sahut Alvaro.

"Dia nggak pernah ada." Ares berucap sembari melihat foto Kevin. "Gue nggak pernah liat dia tawuran lawan Petra."

"Betul." Alvaro menanggapi dengan senyuman tipis. "Kayaknya ini dadakan karena mustahil orang yang ga pernah turun tangan tiba tiba jadi ketua Helios."

Ares mengangguk setuju dengan ucapan Alvaro. "Siapapun namanya, bocah ini cuma kedok buat nyembunyiin sesuatu." Ucap Ares. "Apa lagi yang lo temuin, Kala?" Tanyanya lantas menuntut sesuatu yang lebih valid.

"Baru baru ini mereka emang nunjukkin gelagat akan menyambut sesuatu." Kala menunjukkan lagi sebuah rekaman dengan ponsel dimana tiga orang termasuk Kevin tengah bolak balik mengamati pintu masuk markas Helios dengan tatapan menyelidik.

"Mereka terlalu mencolok." Komentar Samudra. Dalam rekaman itu mereka berlalu lalang dan berganti anggota dengan masker menutupi wajah di depan pintu masuk Markas Helios.

"Kayak lagi nunggu orang." Arkan menimpali spontan dan langsung mendapat respon tatapan tajam Ares padanya.

"Eh—gue salah ya bang?" Tanya Arkan agak ragu. Takut salah ngomong dia, abisnya Ares langsung meliriknya setajam silet.

Arcane [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang