PROLOG

8.8K 1K 53
                                    

Cerita berdasarkan khayalan penulis. Mohon maaf jika terdapat kesalahan nama, tempat, dll bukanlah suatu kesengajaan.

Referensi utama cerita ini adalah Buku Sokola Rimba karya Butet Manurung

***

Pengantin pria yang hilang saat malam pertama dengan alasan tugas. Keadaan darurat. Tidak bisa ditinggal. Alhasil Quinsha sudah dongkol di kamar pengantin. Cemberut minta ampun. Kesempatannya hanya beberapa jam bersama pria yang sudah sah menjadi suaminya itu saat acara akad dan resepsi pernikahan mereka. Setelahnya pria bertubuh tegap itu hilang bak ditelan bumi.

Tak terasa setetes hujan mulai menggenangi pipinya lalu semakin deras. Tangannya naik dengan kasar menghapus saja dengan asal sampai merusak seluruh dandanannya.

"Gue tunda studi S3 dan impian gue cuma buat nikah sama cowok yang bahkan ninggalin gue di malam pertama. Tanpa pamit, tanpa bilang dulu, tanpa nyapa dulu. Nothing!"

***

1 Pekan Kemudian

"Assalamu'alaikum."

Bunyi ketukan pintu disertai suara salam yang diulang itu kembali terdengar. Dua mahasiswi berhijab yang tengah memeluk draft skripsi itu tengah menunggu dengan ekspresi khawatir.

Tak lama pintu berderit dan mulai terbuka perlahan. Tapi anehnya, dua gadis itu malah terpaku di tempatnya. Sesaat terpana pada seseorang yang muncul di hadapan mereka.

Seorang pria bertubuh tinggi dan berseragam loreng khas tentara bername tag, "ADRIAN" yang sedang tak mengenakan baretnya. Menampilkan ramput pendek potongan ala anggota TNI. Wajahnya tirus dan berkulit cukup terang. Hidungnya mancung dengan bibir merah muda yang tampak tersenyum tipis.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh," balasnya dengan suara ramah. "Mohon maaf, Mbak berdua ini mencari siapa, ya?" tanya Adrian masih dengan nada ramah khas aparat pelindung masyarakat.

Kedua gadis itu mendadak salah tingkah. Isi pikiran mereka sama. Ajudan yang sedang mampir ke rumah anaknya Panglima TNI.

Jelas saja, bukan rahasia lagi bahwa dosen muda bernama Quinsha Herlambang Aulian yang terkenal sangat cerdas di kampus sekaligus pelit nilai itu adalah anak dari orang nomor satu di TNI.

"Anu ... anu, Pak. Mau ketemu Ibu Quinsha," jawab gadis berhijab abu-abu.

Adrian mengerutkan dahi. "Oh, mahasiswanya Ibu Quinsha, ya?"

"Betul, Pak," jawab mereka serempak.

Anehnya, mata mereka tak lepas dari wajah itu. Wajah yang membuat banyak kaum hawa terpesona sekaligus patah hati belakangan ini semenjak dikabarkan menikah.

"Kalau gue tahu ada ajudan ganteng macam begini di rumahnya Ibu Quinsha, udah dari dulu gue rajin konsul langsung di rumahnya Ibu Quinsha. Rela skripsi gue dicoret mulu biar konsulnya lebih sering. Siapa tahu malah semakin dekat dengan jodoh. Ye, kan?" batin gadis berhijab ungu sambil cekikian dalam hati.

"Konsul skripsi?" tebak Adrian.

"Betul, Pak." Lagi-lagi mereka kompak. Seolah tak ingin ketinggalan momen berbincang dengan wajah super teduh dengan senyum khas plus suara dalam itu.

Adrian mengangguk seolah paham. "Maaf, ya. Istri saya sedang tidak di rumah.  Saya juga baru pulang. Jadi belum ketemu."

Tiba-tiba dua mahasiswi itu malah saling pandang seolah-olah ingin serempak berkata, "Suaminya, Cyin." sekaligus syok karena mereka tak tahu berita seheboh ini. Dosen super gila kerja sekelas Quinsha bisa menikah juga. AKHIRNYA, pikir mereka.

Hello Bu Dosen (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang