0.1 Hukuman dari Alam

51 20 31
                                        

Jangan lupa follow Instagram:
@alam_mhrdka
@qlsya.kana
@ndyaa.ptrii

~~~

"Al, Al!" teriak seorang laki-laki yang baru saja masuk ke dalam kelas XI IPS 3 dengan napas ngos-ngosan.

Alam yang sedang membaca buku sendirian di dalam kelas, mendongak. "Apa?"

"Lo gantiin gue mantau mpls hari ini, plis."

"Tugas lo cuman mantau di gerbang belakang doang, tapi jangan sampe ada yang kecolongan. Makasih." Sean melempar kartu panitia miliknya ke atas meja laki-laki itu, lalu langsung berlari keluar dari kelas.

Alam menghela napas berat, dengan terpaksa dirinya berjalan ke luar kelas. Tentunya tetap membawa buku yang sudah ia anggap sebagai teman setianya.

"Ganteng, mau ke mana?"

"Keknya kalo gue pacaran sama Alam, cocok banget, ya, ga?"

"Ngimpi! Jelas-jelas gue calon pacarnya."

"Aduh, udah deh kalian! Jelas-jelas gue jodohnya."

Begitulah suara ricuh para siswi saat cowok itu melewati lorong sekolah. Sungguh, dirinya benci mendengar suara rusuh. Terlebih lagi, yang selalu menjadi topik utama adalah dirinya.

Namun, cowok itu tidak pernah menegur atau memperdulikan suara-suara itu.

Dengan langkah yang sedikit dipercepat, akhirnya ia sampai di gerbang belakang. Cowok itu masuk ke dalam ruangan bekas pos satpam yang terlihat sangat jelas sudah lama tidak terpakai. Warna dindingnya yang sudah memudar, kaca depan yang pecah, dan terdapat pohon besar di belakang. Ditambah, akarnya yang melilit atap ruangan itu berhasil membuat pos tersebut terlihat seram.

Beberapa siswa ataupun siswi mungkin enggan jika disuruh untuk masuk ke dalamnya. Namun, berbeda dengan laki-laki satu ini. Ia malah menjadikan pos tersebut sebagai tempat ternyaman ketiga setelah kelas. Apalagi saat hujan turun, dan ada jam kosong. Pastinya dirinya akan selalu pergi ke pos ini.

Hening.
Itulah alasan kenapa dirinya menyukai tempat tersebut.

Sayangnya keheningan itu tidak bertahan lama. Setelah ...

~~~

"Pak, bukain dong." Kana memasang wajah memelas.

Berulang kali gadis itu terus membujuk Pak satpam di depannya ini. Agar beliau bersedia dengan sepenuh hati membukakan gerbang untuknya. Tapi naas, Pak satpam ini sepertinya tidak akan membiarkan dirinya masuk.

"Sekali bapak bilang tidak, ya tidak!" ucap pria botak, yang gadis itu ketahui berprofesi sebagai satpam di sekolah barunya.

Tiba-tiba sebuah ide terlintas di pikiran Kana. 'Apa lewat belakang aja kali, ya?' batin gadis bersurai hitam itu, lalu kepalanya mengangguk.

"Yaudah deh Pak, saya ngambek! Mau pulang aja." Cewek itu berbalik, lalu melangkah pergi menjauh.

Sebenarnya Kana sengaja mengatakan bahwa dirinya akan pulang saja, supaya Bapak satpam tadi tidak curiga.

Dengan langkah pelan Kana berjalan ke arah belakang. Dan, ternyata dugannya memang benar, ada gerbang di belakang sekolah. Syukurnya lagi, gerbang itu tidak terlalu tinggi. Pasalnya, gadis ini takut jika berada di ketinggian.

Sesaat ketika Kana mendekati gerbang tua itu, dirinya menemukan tiga orang lain yang sama sepertinya. Terlambat datang, dan berusaha masuk melalui gerbang belakang tersebut.

ALAKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang