Keadaan di balik panggung cukup tenang tidak seperti mengisi acara sebelum-sebelumnya karena band ROVELLO hanya membawakan dua lagu, dan keduanya dari Coldplay. Cover andalan mereka di setiap permintaan untuk mengisi beberapa acara.
Yixing, salah satu personil—bassist—membasuh peluh di lehernya dengan handuk. Kemudian melemparnya ke wajah teman satu grupnya, Baekhyun—si vokalis andalan mereka berhasil menghindar dari handuk yang bau keringat tersebut.
"Bocah ini! Kulihat lagi-lagi dia menggoda seorang gadis dari atas panggung!" Lelaki asal Cina itu bercanda sembari menunjukkan telunjuknya kepada Baekhyun. Baekhyun hanya terkekeh kemudian membuka botol mineralnya, meneguknya sampai habis. Diremuknya botol plastik kosong tersebut dan melemparnya ke arah Yixing, "sialan kau!"
"Lagi pula, gadis tadi lumayan." Ucap Baekhyun tersenyum sinis. Seolah memiliki fasilitas kilas balik otomatis di otaknya, ia terbayang kejadian konyol yang ia lakukan saat di panggung tadi. Ia mengingat jelas pipi dan telinga gadis yang ia tatap bersemu merah. "Cantik, semoga kita bertemu lagi."
Chanyeol si gitaris baru datang memasuki ruangan langsung menyimpan gitar listriknya dalam tas khusus gitar listriknya. Diikuti dengan Leo—drummer yang berasal dari Afrika Barat. Leo memutar-mutar stick drum-nya sembari bersenandung pelan lagu Perancis favoritnya. Grup band ini dihiasi manusia dari berbagai negara, Hyun—keyboardist mendengus.
"Sebaiknya kau berhenti melakukannya demi reputasi band ki—" ucapan Hyun, terputus ketika Baekhyun melempar handuk bekas keringat Yixing tepat di muka Hyun ketika Hyun hendak menceramahi lagi, dengan kalimat yang sudah seratus kali Baekhyun dengar.
"Simpan omong kosong itu sampai aku punya pacar," balas Baekhyun beranjak dari kursi, Hyun menelan ludahnya kemudian menyingkirkan handuk tersebut dari wajahnya dengan mata tertutup, kesal.
Hyun mendengar balasan Baekhyun beralih kepada Chanyeol yang tengah mengetik sesuatu pada layar ponsel. Baekhyun mengambil tas keytarnya dan menyimpan keytarnya ke dalam tas tersebut. Baekhyun kemudian menjadi orang pertama yang pulang.
"Aku berbicara begini, karena lomba band kampus kita tinggal bulan depan. Kita harus meraih peringkat pertama untuk bisa mendapat dana merilis lagu pertama band kita selama hampir setahun ini." Ambisi Hyun adalah yang paling besar diantara mereka—ofcourse, Yixing the last. "Kalau kau benar tidak gay, maksudku menyukai Baekhyun. Carikan dia perempuan supaya ia berhenti bersikap genit, Yeol."
Chanyeol tak acuh, matanya masih lebih tertarik pada layar ponselnya dibanding bahasan Hyun. Kemudian beranjak dan menggunakan tas gitar listriknya hendak pergi seolah menyusul Baekhyun, tapi tidak. Chanyeol dengan kaki jenjangnya berjalan menyusuri jalan sempit di sekitar luar kampusnya dengan ponsel di genggaman tangannya. Beberapa temaram lampu beberapa kali berkedip memberikan kesan betapa seram dan minimnya pencahayaan pada kawasan ini.
Bugh! Seseorang memukul punggung Chanyeol dari belakang menggunakan balok kayu ukuran panjang. Chanyeol ambruk tersungkur ke tanah, memegangi pundak kirinya sembari berusaha melihat siapa yang berani memukulnya dari belakang.
Orang yang memukulnya mengarahkan kayu tersebut ke bagian tangan bawah Chanyeol seolah menargetkan pukulan selanjutnya adalah tangan Chanyeol untuk bermain gitar. Wajahnya tertutup, menggunakan masker dan topi hitam. Chanyeol tidak mengenali dari matanya, yang terlihat jelas hanyalah sorot mata penuh kebencian dan juga dendam.
"Sial," Chanyeol memegangi memar di punggungnya yang berdenyut-denyut, pukulan tadi cukup keras seakan meremukkan tulangnya, "siapa kau?"
***
Lya segera pulang ke apartemen kecilnya—rumah baru yang akan ia tempati selama empat tahun ke depan. Sejauh ini, masa orientasi mahasiswa di Yonsei tidak begitu buruk dan cukup menyenangkan bagi Lya. Kyungsoo seorang teman yang perhatian, ia bertanya di mana tempat tinggal Lya, dan ternyata berlokasi tak jauh dari kampus, hanya saja jalanannya sepengetahuan Kyungsoo, sempit dan minim pencahayaan sehingga jarang orang lewat sana karena sepi. Kyungsoo sedikit khawatir, Lya tidak ingin merepotkan teman pertamanya di sini.
Kenapa ia memilih tinggal di sana, Lya hanya seorang yang amatir. Memilih tempat tinggal yang berjarak langkah kaki dari kampus demi menghemat uang, dan juga mencari tempat tinggal yang murah saja. Sebelumnya Lya membeli tteokpoki untuk di makan di apartemennya, ternyata benar ucapan Kyungsoo jalanan sempit ini benar-benar sepi.
"Siapa kau?"
Bulu kuduk Lya tiba-tiba saja meremang mendengar suara baritone seorang lelaki, ia menoleh ke segala arah untuk menemukan sumber suara.
Suara erangan kesakitan menyusul membuat Lya semakin penasaran, ia belok ke sebuah jalan yg lebih sempit kemudian mendapati seseorang sedang terduduk di sebuah gang sempit yang buntu di sana, dengan seorang pria menggunakan masker dan topi hitam.
Lelaki yang sedang terduduk sambil memegangi pundak sebelah kiri nampak tidak asing di penglihatan Lya. Tangan kiri dari lelaki tersebut diinjak dengan kaki dan ditahan oleh balok kayu panjang seolah-olah ingin dihancurkan.
Ini kejahatan! Sebagai gadis yang cerdas, Lya segera merogoh saku celana jeansnya mencari ponselnya. Kemudian menelepon nomor polisi yang ia dapat saat kuliah umum orientasi siang tadi. Meskipun begitu, polisi tidak memiliki kekuatan berteleportasi sehingga membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk sampai di lokasi. Pria bermasker tersebut memukul dada, kaki, dan leher korban cukup keras.
Ponsel masih di genggaman tangannya, ia menjerit tertahan ketika pria bermasker tersebut mengeluarkan pisau dari tangannya. Gawat, ia akan menusuknya! Lya mencari ide di sekitarnya, hanya ada batu di dekatnya. Diambilnya batu yang cukup besar tersebut, bernisiatif akan memukul pelaku dengan batu. Lya berlari ke arah targetnya.
Dentuman keras antar batu dan kepala terdengar cukup keras membuat pelaku bermasker tersebut terjatuh dengan kepala yang bersimpuh darah, "sial!" erang pria bermasker tersebut.
Lya ikut terduduk tatkala sadar atas tindakan gegabah atau aksi heroiknya. Lya... merasakan goncangan cukup besar di hatinya ketika melihat batu yang ia pegang berlumur darah. Seakan melumpuhkan saraf dan ototnya untuk bekerja.
Aku harus lari, tapi aku tidak bisa. Napas Lya tercekat. Otak dan tubuhnya tidak sinkron di waktu yang tidak tepat.
Dengan napas memburu, pria bermasker tersebut berbalik, mengacungkan pisaunya kepada Lya secara asal kemudian mengenai bagian perut Lya sebagai pembalasan dendam. Lelaki yang menjadi korban melihat perut Lya yang bercucuran darah sontak mengambil balok kayu yang sempat melukai punggungnya kemudian memukulnya ke arah tangan pria bermasker dan pisau tersebut jatuh ke sembarang arah.
Lelaki tersebut mendekati Lya yang setengah sadar dan menutup perut Lya yang berdarah. Pria bermasker mengambil kembali pisau miliknya dan menancapkan pisau tersebut di punggung korban. Darah mengalir deras, di punggung korban perih, namun kedua tangannya masih menekan perut Lya, berharap bisa menghentikan pendarahan.
Kemudian suara sirine polisi datang ke lokasi. Pria bermasker panik dan melarikan diri sembari sesekali terhuyung jatuh ke depan efek dari pukulan batu di kepalanya tadi. Polisi sempat bertemu dengan pria bermasker dan mengejarnya.
"Bertahan, jangan mati. Jangan mati."
Selain sirine polisi, yang terakhir Lya dengar di pendengarannya adalah gumaman pelan dari lelaki yang tengah menekan-nekan perutnya. Seakan kehabisan oksigen di paru-parunya, kemudian mata terpejam, dan tak sadarkan diri.
Ibu... Di hari pertama ini, aku belum sempat belajar di Yonsei...
— TO BE CONTIUNUED —
Iya si genit yang di panggung yang godain Lya mulu itu Baekhyun, si vokalis ROVELLO :)
Jangan lupa vote dan komen ya thankyouu‼️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
The Band's Mistress
Подростковая литератураHari pertama menempati kota besar Seoul yang banyak mengubah hidup Lyana, memulai berkuliah dan beradaptasi. Berawal dari kejahatan yang menimpa salah satu personil band, ia berteman dengan grup band andalan di universitas. ©2021