In this life, I meet you. In the next life, I wish I meet you too.
Even you hurted me, I've no regret to know you.
Even we can't be together again, remember me as a good times.
Remember me as a warm and pleasant season of memories.
Semoga ini keputusan yang baik... semoga. Cuaca nampaknya mendukung untuk segera pergi, meninggalkan kota Sacheon. Gumpalan salju di pekarangan rumah nampak menipis menandakan pergantian musim dingin ke musim semi segera tiba.
Kondisi saat ini sebenarnya agak sulit untuk meninggalkan rumah, tapi ibu memaksa untuk segera pergi meninggalkan kota ini. Selama musim dingin, jarang buru dara akan hinggap di jendela kamar setiap pagi untuk menumpang sarapan karena sang adik lelaki sering kali menaburkan beras merah di sana.
"Jangan diet." Ucap adik Lya, Sehun.
Sebenarnya Sehun sengaja menabur beras merah di sana agar Lya berhenti menanak nasi dengan beras merah karena alasan diet. Kedua manik mata Lya beralih dari jendela menatap Sehun berdiri di ambang pintu sembari menjejalkan satu tangannya dalam celana jeans biru.
Lya berjalan mendekatinya, mengacak poni adiknya pelan sembari kaki berjinjit-karena tubuh adiknya tinggi dan tangannya hanya bisa mencapai disana-, "jangan nakal."
Sehun memeluk kakaknya kemudian menghela napasnya berat sembari menatap nanar dua buah koper yang berada di samping ranjang kakaknya. Kenapa kakaknya ini cepat sekali lulus dari SMA? Tapi yah... namanya juga sudah waktunya.
"Jangan pergi, siapa yang akan membuat PR-ku?" Tanya Sehun sembari melepas pelukannya, dibalas jitakan di dahi cukup keras dari Lya.
"Belajar yang benar, jangan sampai tidak naik kelas lagi."
"Baru saja tidak naik kelas satu kali." Jitakan kembali mendarat di dahi Sehun, "Nuna! Sakit!"
Sebenarnya Lya tidak ingin meninggalkan ibu dengan adiknya yang nakal ini, dan juga ayahnya yang kini bisnisnya sedang palit. Dewi fortuna memberi kesempatan yang sangat baik kepada Lya memberikan beasiswa di Universitas Yonsei jurusan manajemen. Tetapi karena berlokasi di Seoul, Lya terpaksa meninggalkan Sacheon dan keluarganya.
"Hubungi kami jika terjadi sesuatu di sana, entah kau sakit atau apa. Sempatkan pulang saat libur," perintah ibu penuh kekhawatiran karena ini pertama kalinya ibu melepas Lya dari rumah, dan tinggal di atap yang berbeda untuk waktu yang akan lama.
"Tidak, hubungi aku dulu. Aku akan langsung kesana," cicit Sehun ditanggapi gelengan kepala Lya.
"Jaga ibu dan ayah untukku, oke?" Sehun mengangguk mantap dengan bibirnya yang terlipat ke dalam dan satu tangan di pelipis seperti hormat seorang tamtama.
Lets start a new life... kemudian ia menapaki kakinya ke luar rumah dengan doa, kepalanya sama sekali tak menoleh kembali. Takut jika ia tak kuasa untuk meninggalkan rumahnya yang ia tinggali sedari kecil. Kalian pasti paham perasaan aneh ini.
***
Acara orientasi dimulai pukul 7 pagi dan tentu saja dibuka dengan pidato pembuka dari rektor. Kemudian dilanjutkan dengan pengenalan kampus oleh senior mahasiswa dan pegawai kantor administrasi. Presentasi pertama adalah penjelasan mengenai menjadi mahasiswa di Yonsei. Mahasiswa baru dijelaskan bagaimana seorang mahasiswa bisa belajar, beradaptasi dengan lingkungan, dan mendapatkan teman baru yang baik.
Presentasi kedua adalah mengenai kehidupan perkuliahan. Mereka menjelaskan mengenai cara menulis makalah di dalam dunia perkuliahan, kemudian cara memilih mata kuliah. Kemudian ditampilkan unit kemahasiswaan yang ada di Yonsei dan dijelaskan pula mengenai cara-cara mengikuti unit kemahasiswaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Band's Mistress
Dla nastolatkówHari pertama menempati kota besar Seoul yang banyak mengubah hidup Lyana, memulai berkuliah dan beradaptasi. Berawal dari kejahatan yang menimpa salah satu personil band, ia berteman dengan grup band andalan di universitas. ©2021