Chapt 4: Call It Magic

11 3 0
                                    

Tidak sepeti biasanya, studio milik Chanyeol sudah terisi para anggota lengkap dengan tepat waktu. Mereka duduk melingkar dengan Chanyeol yang duduk di atas sofa, tatapan para personil tersirat sangat mengkhawatirkan Chanyeol atas insiden semalam.

Chanyeol mengabari insiden penusukan tersebut di grup chat bandnya dan berkata untuk tidak khawatir karena seorang gadis menyelamatkannya dengan segera menelepon polisi. Hyun di sebelahnya menggelengkan kepalanya dan mengusap wajahnya gusar.

"Aku yakin seratus persen ini efek dari perlombaan bulan depan. Bajingan itu berniat menghancurkan tanganmu agar tidak bermain lagi." Hyun berpendapat dengan nada yang terdengar kompetitif.

Baekhyun yang biasanya selalu ceria dan jenaka kini terlihat diam dengan pandangan serius ke depan seolah memikirkan sesuatu.

"Pasti rival kita dari dari fakultas lain," Baekhyun menggigiti jarinya, "bagaimana dengan gadis yang menyelamatkanmu?"

"Dia juga ditusuk, syukurnya tidak parah. Dan polisi cepat datang sehingga kami selamat, tapi kehilangan jejak pelaku." Chanyeol tiba-tiba berdiri dari sofa dan semua personil bandnya menatap tangan kiri Chanyeol yang biasa menekan senar gitar. "Jangan khawatir. Kalian fokus latihan saja tanpaku seminggu ini sampai tangan ini bisa bermain dengan benar lagi," kata Chanyeol sambil melengang ke luar studio hendak ke toilet.

Yixing kemudian berdiri dan mengintruksi untuk segera melakukan latihan dengan membagikan partitur lagu ciptaan mereka. Baekhyun merasa malas-malasan akibat kejadian yang menimpa sahabatnya dari bangku sekolah semalam. Ternyata ponsel sahabatnya tersebut tertinggal di sampingnya, ponsel tersebut bergetar menandakan pesan masuk. Baekhyun penasaran dan membuka ponsel sahabatnya tersebut dengan pola sandi yang mudah ia ketahui.

Tiba-tiba Chanyeol datang dan merebut ponselnya membuat Baekhyun terkekeh mengejek.

"Sampai kapan kau akan membeli obat-obatan terlarang itu?" Tanya Baekhyun kepada Chanyeol, dibalas dengan tatapan datar nan dingin Chanyeol.

"Jangan ikut campur."

"Kau sahabatku, rekan bandku, apa tidak boleh kalau khawatir?"

"Itu bukan obat terlarang yang seperti kau pikirkan," jawab Chanyeol penuh penekanan. "Hanya obat tidur agar aku bisa tidur, Baek."

Baekhyun memutar bola matanya, kemudian mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Kartu mahasiswa milik Chanyeol, kemudian melemparkannya kepada Chanyeol. "Besok masuk kelas pengulangan manajemen data, aku tidak mau ketahuan menitip absenmu dan dapat nilai E lagi."

Chanyeol mengedikkan bahunya kemudian memasukkan kartu mahasiswanya ke dalam tasnya. Ada setitik perasaan kesal menyerang hatinya membuat Chanyeol memutuskan untuk pergi dari ruangan latihan mereka mengingat jarinya yang masih memar untuk mengikuti latihan band.

Sesampai di kamarnya di lantai 2 studio miliknya, Chanyeol segera mandi. Ia berjalan menuju walk in closet-nya sembari melepas pakaiannya. Ia menghadap cermin dan memeriksa bahu kirinya yang telah dijahit akibat penusukan semalam. Seharusnya, ia mengoleskan obat di sana namun Chanyeol tidak peduli dan menutup menggunakan perban dengan seadanya.

Dan membuang obat oles tersebut ke tempat sampah.

***


Cicit burung dara hinggap di jendela kamar membuat Lya terbangun dari tidurnya pagi ini. Ia menabur beras merah di sana sehingga burung dara di musim semi ini berkunjung ke kamarnya menumpang sarapan, sama seperti yang biasa adiknya lakukan di rumah. Lya sedikit rindu dengan adiknya yang nakal namun sangat ia sayang itu.

Untung kemarin Lya tidak ada kelas sehingga ia bisa istirahat dan mempercepat masa pemulihannya. Tapi untuk hari ini, dia ada kelas pagi mata kuliah manajemen data. Ia memeriksa luka pada perutnya, setelah mengoleskan obat, ia menutupnya menggunakan perban dengan rapih.

The Band's MistressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang