3.

3.6K 677 158
                                    

     “Ganggu yuk”

     “O-oi”

     “Anikii”, panggil seorang anak kecil berambut pirang, (Name) dan Shin langung menoleh ke arah suara. (Name) berjalan mundur saat melihat orang berbadan tinggi dengan tato naga dikepalanya.

     “Ooh Manjiro, Draken”, Shin.

     “Kau mengenal mereka?”, tanya (Name).

     “Dia adik ku”, ucap Shin sambil tersenyum.

     “Sa-salam kenal, aku Baji (Name)”, ucap (Name) dengan sopan.

     “Baji? Aniki apa dia kakak nya Baji?”, tanya Mikey.

     “Benar”

     “Kalau begitu, kau calon kakak ipar ku ya?”, ucap Mikey dengan mata berbinar, (Name) langsung memerah karena kata kata Mikey barusan.

     “I-i-i-i-i-i-paa”, (Name) menutup wajahnya.

     “Jangan sembarangan bicara, Mikey”, Shin.

     “Kalau dia ipar ku tidak masalah, akan ku terima”, Mikey.

     “Draken, tolong bawa Mikey pergi”, ucap Shin, Draken mengangguk lalu menyeret kerah Mikey.

     “(Name), jangan dengarkan dia, dia hanya iseng”, ucap Shin sembari mencoba melepaskan tangan (Name) dari wajahnya. Shin kaget saat melihat wajah (Name) sangat merah, Shin terkekeh lalu mengusap surai (Name).

     “Apa apaan kau ini, sudah sudah”, Shin tersenyum, jujur (Name) itu orang nya rada polos, juga gabisa nyembunyiin perasaan.

   Sekitar 15 menit an (Name) sudah agak tenang, Shin membelikan soda kaleng lalu duduk bersama (Name) ditaman. Hening, hanya suara teriakan anak anak, suara berbisik dari gosip ibu ibu serta nyanyian burung.

     “(Name)”, panggil Shin.

     “Ha-haik!!”, (Name).

     “Apa kau sudah memiliki tunangan?”, tanya Shin, (Name) menggeleng, Shin hanya ber oh ria lalu menghidupkan sebatang rokok.

     “A-apa Shin juga masih belum menikah?”, tanya (Name) gugup.

     “Belum, aku belum menemukan orang yang tepat”, ucap Shin.

     “Be-begitu yaa”, (Name) menatap kaleng yang ia genggam sambil mengelus elus jarinya.

     “Bagaimana dengan mu?”, tanya Shin, Shin agak kaget saat melihat raut wajah (Name) yang langsung menunjukan ekspresi sedih, bahkan rona dipipinya pun hilang.

     “Aku, masih ingin hidup dengan Keisuke. Saat dia berumur tiga tahun, ayah ku pernah memukul Kei menggunakan tongkat besi, ibu yang tidak terima melemparkan vas keramik tepat dikepala ayah, mereka berperang. Aku dan Kei menjadi korban disaat itu, aku mengemasi semua barang dan mengambil semua uang tabungan ku, aku membawa Keisuke lari dari rumah itu, sebenarnya aku hanya lulusan SMP”, (Name) tersenyum, namun Shin bisa melihat bahwa senyuman itu menutupi semua deritanya.

     “Sudah berapa lama hal itu terjadi?”, tanya Shin.

     “Sudah 12 tahun, aku takut kalau Keisuke menyimpan trauma itu”, air mata (Name) menitik, Shin memperdekat jarak duduk nya lalu emnghapus perlahan air mata (Name).

     “Kau butuh sandaran?”, tanya Shin, (Name) enggan menatap Shin dengan wajah jeleknya saat ia menangis. Shin meletakan tangannya di belakang kepala (Name) lalu membawanya pada tubuh Shin.

     “Keluarkan, aku tau rasanya”, suara Shin membuat hati (Name) bergetar, (Name) meremas kuat baju Shin lalu menangis terisak.

     “Shiin”, lirih (Name), sudah 30 menit berlalu, (Name) sudah terdiam sekarang. Shin heran kenapa (Name) tidak bergerak sedikit pun,

     “(Name), kau tidak mati kan?”, tanya Shin memastikan, ternyata (Name) sudah tertidur pulas. Shin mendesah pelan lalu menggendong (Name) pulang, Shin sudah tau letak apartemen (Name) dari Baji.
















   TING TONG













     “Oi baka nee – san, kau nga-“, Baji tercengang saat melihat (Name) berasa digendongan Shinichiro.

     “Gomen Keisuke, bisa tunjukan kamar nya?”, tanya Shin sambil tersenyum.

     “Tubuhnya sungguh berat”, keluh Shin, Baji langsung menuntun Shinichiro menuju kamar (Name), kamar nya cukup berantakan.

     “Shin, maaf kalau kakak ku merepotkan”, Baji menyelimuti (Name) perlahan, Shin hanya tersenyu lalu meregangkan tubuhnya.

     “Tidak apa Kei, aku malah senang bisa membantu kakak mu”, Shin.

     “Ngomong – ngomong Kei, bisa bicara sebentar?”, tanya Shiniciro dengan senyuman khas nya, Baji mengangguk lalu meninggalkan (Name).

   Baji membuat teh dan membawa beberapa camilan, Baji duduk didepan Shinichiro sambil memakan sedikit camilan.

     “Keisuke, aku ingin tau lebih banyak tentang (Name)”, ucapan Shin barusan membuat Baji tersedak, Shin kaget lalu memberikan teh yang tadi Baji buat pada Baji.

     “Shinichiro, kau kerasukan apa?!”, kaget Baji.

     “Memangnya salah kalau aku bertanya seperti itu?”, tanya Shin sambil memiringkan kepalanya.

     “Ti-tidak si, hanya saja kenapa tiba tiba”, Baji.

     “Dia berhasil menarik hati ku”, ucap Shin sambil tersenyum lebar.





  ‘nee – san? Uso’











tbc

sʜɪɴɪᴄʜɪʀᴏ sᴀɴᴏ  ' ʙɪᴋᴇ 'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang