" semua berawal dari .."
Brakkkk ...
Kesal, ia membanting sebuah berkas yang ia genggam.
Deru nafas memburu. Ia mengusap wajahnya dengan kasar.
Berkas yang tergeletak di lantai kembali ia lihat, ia bertolak pinggang.
Helaan nafas berat ia hembuskan.
Mulutnya terbuka, ia pun mulai berbicara.
" lihat saja nanti .. saya tidak akan semudah itu memberikan proyek besar ini kepada kamu .."
...
" selamat pak .. anda berhasil mengalahkan dia ... cuma anda yang bisa mengalahkan seseorang bernama tuan kim .."
Mendengar kalimat itu, ia tersenyum tipis. Wajah penuh kepuasan terpatri jelas.
Di ulurkan tangannnya yang menggenggam gelas berisi minuman beralkohol. Ia memberi kode kepada rekannya.
Semua mengerti, sama seperti dia, semua rekannya mengulurkan tangan.
Beberapa gelas saling bersentuhan, tak lama terdengar dentingan gelas yang saling beradu.
Seketika tawa pecah. Pesta kemenangan atas proyek besar berlangsung meriah.
..
Rutinitas pagi jisoo.
Seperti biasa ia harus pergi ke kampusnya untuk belajar.
Dengan pakaian santai dan tas slempang kecilnya, jisoo melangkah menuruni anak tangga.
Tiba tiba langkah jisoo terhenti kala ia melihat sang kakak tengah duduk dengan santainya di soffa yang tersedia di ruang keluarga.
Jisoo mendecakkan lidahnya tak suka,
Masih terlalu pagi untuk duduk bersantai.
Semakin muak, ketika jisoo melihat kaki lukas yang berada di atas meja.
Jisoo menghembuskan nafas kasarnya. Mengabaikan adalah yang terbaik baginya.
Sekali lagi, ini masih pagi dan jisoo tak ingin membuang tenaganya karena berdebat dengan lucas, akan lebih baik tenaga ia simpan untuk mendengarkan pengarahan dari dosennya nanti.
Menapaki kakinya di lantai dasar, untuk sesaat jisoo terdiam. Ia melirik ke arah lucas. Di lihatnya lucas yang tengah tertawa dengan ponsel yang ia genggam.
Jisoo menggelengkan kepala.
Satu pertanyaan muncul. Dari mana sifat malas yang lucas miliki ?, setahu jisoo keluarganya memiliki sifat rajin. Apalagi menyangkut pekerjaan.
Lagi, jisoo memilih mengabaikan. Ia melangkah pergi keluar dari rumahnya.
Saat jisoo melangkah keluar, lucas melirik ke arah jisoo. Ia menatap jisoo cukup lama. Ia sadar jika jisoo sedari tadi memperhatikannya. Detik berikutnya lucas mengedikkan bahunya tak perduli.
..
Berjalan seorang diri, itu yang jisoo lakukan saat ini.
Terkadang ada mahasiswa lain yang menyapa, dan dengan ramah jisoo membalas sapaan yang di tujukan untuknya.
Asik berjalan sendiri, jisoo di buat terkejut ketika seseorang menyentuh bahu jisoo. Ia terperanjat, matanya di pejamkan. Bahkan kini jantungnya berdegub dengan kecang.
Kekehan terdengar dari balik punggung jisoo.
Jisoo tahu suara siapa itu. Jisoo sangat mengenali suara itu.Jisoo berbalik dan ia melihat dejun yang masih setia dengan tawanya.
Seketika jisoo memberengut. Ia pun memukul pelan bahu dejun.
" ciee ngambek .." goda dejun, dan mendapat dengusan dari jisoo.
Dejun kembali terkekeh. Ia pun merangkul bahu jisoo dan membawa jisoo melangkah bersamanya.
Dalam langkahnya bersama jisoo, dejun berbicara.
" gimana semalam .. pasti papa kamu ngasih pertanyaan dari A sampai Z .."
Jisoo tersenyum tipis mendengar kalimat yang dejun lontarkan.
" pasti semalam juga kamu di tolongin sama oma kamu .." kata dejun kembali bersuara. Jisoo menganggukkan kepala.
" oma kamu itu emang penyelamat .. terbaik deh .." kata dejun ibu jarinya di angkat dan di tunjukan kepada jisoo.
Jisoo tersenyum di buatnya. Yang dejun katakan memang benar adanya. Nenek kim adalah yang terbaik, ia selalu menyelamatkan jisoo dalam situasi yang terdesak
Keduanya masih melangkah beriringan dengan dejun yang setia merangkul bahu jisoo.
...
Braaakk ..
Setelah bunyi sebuah berkas yang di lemparkan terdengar, kini berganti dengan helaan nafas.
" kita harus bisa memenangkan proyek kali .. jangan sampai pihak mereka merebutnya lagi .. ini proyek besar yang keuntungannya jauh lebih besar dari proyek sebelumnya .." kata tuan kim.
Seseoang yang duduk di hadapan tuan kim mengangguk. Namun tak lama ekspresi wajahnya berubah.
" tapi bagaimana caranya kita bisa menang .. anda tahu sendiri pihak mereka terlalu kuat .. ?" Tanya nya, tuan kim kembali menghela nafas.
" itu yang harus kita pikirkan .. sudah nanti kita bahas lagi .. sekarang silahkan keluar .." sahut tuan kim yang kemudian memberi perintah agar dia segera meninggalkan ruang kerjanya.
Menuruti perintah tuan kim, ia menganggukkan kepala. Kemudian ia beranjak dari duduknya dan melangkah keluar dari ruang kerja tuan kim.
...
Bersambung ..
Baru up lagi
See you
KAMU SEDANG MEMBACA
AGAINST BLESSING ..!!
Fiksi Penggemarjika kita bahagia, maka orangtua pun turut bahagia. tapi, jika kebahagian kita merupaka duka bagi mereka. apa yang akan kita lakukan. melawan atau menyerah pada takdir ..? jisoo xiaojun