Part 6. Pasar Malam [2]

31 9 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

***

Aku yang merasa aman, tetap harus sadar dengan realita bahwa kamu tetaplah orang lain yang tidak selamanya bisa menjamin aku berada di situasi aman.
~Jihan Nuria~

Melepas Ikatan Menuju Ketaatan
Rani Septiani

***

Peringatan!!
Segala tindakan atau perkataan tidak baik, bukan untuk ditiru!!
Silakan ambil pelajarannya, ambil yang baiknya dan buang jauh-jauh yang buruknya.

Selamat membaca ❤

***

Aku duduk sambil mengusap perut, lalu mengambil kipas lipat bergambar karakter doraemon dari dalam sling bag.

"Ayo," ajak Fakhri sembari bangkit.

"Bentar deh. Lima menit lagi ya. Aku kekenyangan hehe."

Fakhri menggelengkan kepala lalu duduk lagi. Dia mengambil alih kipas dan mulai mengipasi aku, langsung aku bersender di bahu kanannya. Duh, kebiasaan deh aku. Kalo udah kenyang gini, kena angin bawaannya mau molor. Biasanya juga kuat begadang kalo udah scroll sosmed. Aku menguap untuk kesekian kalinya.

"Kenyang atau ngantuk? Mau pulang aja? Kasian kamu ngantuk gitu."

"Nggak ya. Aku pengen naik wahana permainan itu pokoknya, baru pulang," jawabku sembari menegakkan kepala. Enak aja mau langsung pulang, aku padahal udah nggak sabar pengen naik wahana permainan.

"Ayo sekarang," ucapku bersemangat sambil bangkit dan menarik lengan Fakhri.

"Mau naik yang mana?" tanya Fakhri saat kami memperhatikan berbagai wahana permainan yang sedang beroperasi itu.

"Kalau naik yang ombak itu aku takut pusing, baru makan juga tadi. Em yang mana ya? Bianglala aja yuk."

"Oke. Tunggu di sini, aku antri beli tiketnya. Aku titip hp di tas kamu," kata Fakhri sembari menyodorkan ponsel berwarna hitam berlogo apple itu. Aku terkekeh karena Fakhri tidak mengganti case ponselnya. Pasalnya waktu itu aku ngotot ingin case couple dan akhirnya Fakhri menuruti. Aku kira dia hanya memakai case couple pada hari itu aja, dan nanti akan dia ganti. Ternyata tidak dia ganti dengan case yang lain.

Setelah mendapatkan tiket, kami antre untuk naik bianglala ini. Saat akan masuk, Fakhri memegangi pucuk kepalaku agar tidak kejedot dan menggengam tangan kananku agar mudah masuk ke dalam wahana ini. Kami duduk berhadapan, dan saat bianglala mulai berputar aku langsung melihat ke luar. Memandangi indahnya lampu mewarnai gelapnya malam ini. Aku mengeratkan hoodie karena udara dingin yang mulai terasa menusuk kulitku. Tiba-tiba aku menoleh ke arah Fakhri saat merasakan tangan hangatnya menggenggam kedua tanganku. Ternyata dia menggosok-gosokkan kedua telapak tangannya agar hangat lalu menempelkannya pada tanganku. Aku memperhatikan rambut Fakhri yang berantakan, berinisiatif untuk merapikannya dengan menyugar rambut Fakhri dengan jari-jari tangan kananku.

Saat tangan kananku akan turun dari kepalanya, Fakhri menahan tanganku dan menaruh tanganku di pipi kirinya. Aku terkejut dan langsung menatap matanya. Perlahan dia mulai memajukan wajahnya.

"Kamu cantik," ucap Fakhri membuat aku menyipitkan mata, pikiranku memberi sinyal waspada.

"Apaan sih. Gak usah aneh-aneh deh!" ucapku sembari mendorong bahu kanannya dengan tangan kiriku, berhasil membuat wajah Fakhri menjauh.

Melepas Ikatan Menuju KetaatanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang