IV - Skenarionya Membuat Keributan, Tetapi Bukan Karena Ini

702 84 19
                                    

Minho sering lupa kalau teman-temannya kebanyakan orang kalangan atas. Meski saat SMK lebih banyak bergaul dengan yang ekonominya setara atau yang dibawah dengan Minho, tetapi seringnya tetap berujung dirinya tidak bisa menghindari teman-temannya dari TK hingga SMP yang kebanyakan dari kalangan atas hanya karena dirinya yang apa adanya saat bersama mereka. Saat kuliah, Minho juga sudah menyiapkan diri pertemanannya akan berisi orang-orang dari berbagai latar ekonomi, tetapi sering kali berakhir membuatnya berpikir mengapa dia selalu berakhir berteman dengan yang kalangan di atasnya?

"Lo kenapa kayak banyak beban hidup gitu?" Pertanyaan itu membuat Minho menoleh dan menatap Seungmin dengan mata disipitkan. "Gue salah apa lagi sekarang? Udah telpon loh sebelum jemput."

"Kenapa gak bilang kalau acaranya di hotel?"

"Gue udah bilang, lo aja gak percaya."

"Tapi gak bilang kalau acaranya modelan party!" Minho protes. "Kamu lihat modelan bajuku gimana? Udahlah, aku pulang aja, kamu yang kasih kadonya ke Felix, bye."

Seungmin refleks memegang pergelangan tangan kanan Minho yang hendak berbalik pergi meninggalkannya. Keduanya saling bertatapan dan Seungmin menghela napas. "Gue udah bilang tadi buat ganti baju, lo aja kaga mau dengerin."

"Kamu juga gak ngomong alasannya." Minho mendelik dan berusaha melepaskan cengkraman Seungmin dari pergelangan tangannya, tetapi gagal. "Lepasin, aku mau pulang. Gak perlu ada aku juga di sini."

"Lo kan pacar gue, masa pergi sendirian?"

"Sebelum ketemu aku, bisa aja kamu survive melakukan semuanya sendirian."

Mencoba memikirkan kalimat yang bisa membuat Minho untuk tetap tinggal, tetapi justru membuat lelaki itu bisa melepaskan diri dari genggaman Seungmin. Tentu saja Seungmin terkejut karena tidak menduga hal tersebut dan spontan mengatakan hal ini saat melihat Minho yang sudah beberapa langkah meninggalkannya, "Kalo lo balik karena mikir bajunya gak sesuai sama acara, gak usah dipikirin. Lo tetap ganteng mau bentukannya gimana juga."

Langkah Minho terhenti, tetapi saat menoleh ke arah Seungmin, delikan yang didapatkannya dan Seungmin tersenyum. Menghampiri Minho dan menariknya untuk mengikuti langkahnya ke tempat tujuan dengan menggandeng lelaki itu.

"Mukanya gak usah galak-galak, kek kucing gak dikasih jatah aja."

"Aku sebel denger kata ganteng karena tahu ada maunya, oke." Minho membela diri dan saat sadar sudah masuk ke dalam ballroom, mendelik ke arah Seungmin. "Bisa lepasin aku sekarang? Ada hal yang harus aku lakukan dan baru ingat sekarang."

"Gak akan ada yang peduli sama baju lo, percaya sama gue."

"Bukan masalah itu, anjir. Aku baru ingat ada tugas yang belum dikumpulin via email."

"Pake hape aja kirimnya, beres."

Minho ingin bilang kalau tugasnya tidak dia simpan di drive yang terkoneksi di ponselnya, tetapi kemudian dirinya ditarik Seungmin untuk mengikuti langkahnya dan membuatnya berdecak. Meski sudah dijelaskan saat menemani Seungmin membelikan kado untuk Felix kalau memang kehadirannya dibutuhkan—meski kalau mengingat Minho dibelikan dompet yang sepasang dengan lelaki yang masih diragukan status hubungannya sebagai pacarnya—dan saat melihat orang yang menjadi bintang acara malam ini, rasanya dunia tengah bercanda.

Di antara semua tempat, kenapa Minho harus melihatnya sekarang? Juga apa-apaan ekspresinya yang terkejut melihat Minho yang hanya perlu satu kedipan mata langsung berubah menjadi senyum lebar.

"Hai, Lino. Long time no see," sapaan itu membuat Seungmin dan Felix yang tadinya tengah berbicara sembari penyerahan kado, menoleh ke arah keduanya. Apalagi kemudian lelaki itu tertawa pelan melihat ekspresi Minho, "Sorry ... kayak dejavu lihat tatapanmu seperti kucing yang ngambek."

The Rain Before The Flower | 2MIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang