II - Belum Dapat Briefing Sudah Langsung Aksi

1K 98 7
                                    

Minho tidak ada tidur setelah belanja ke minimarket 24 jam.

Setelah membuat makan tengah malam untuknya-cuma mie goreng 2 bungkus sama telur ceplok setengah matang tanpa garam 2 butir dan Minho memutuskan untuk membereskan apartemennya. Mulai dari cuci piring—yang sebenarnya tepatnya cuma bilas sedikit lalu memasukkan ke dish washer—lalu lanjut merapikan stok makanan yang diacak-acak oleh teman-temannya saat bergadang 72 jam bersama menyelesaikan laporan AIB¹ sambil mengerjakan tugas—yang tentu tidak sah kalau tidak sambil sambat—dan dengan gagah berani mengambil resiko untuk membersihkan kulkas dua pintunya jam 2 pagi.

Jadi kalau muncul di kampus jam 9 pagi dengan muka capek, tentu saja dipertanyakan oleh semua orang. Apalagi jelas-jelas Minho tidak ada muncul di grup selama 2 harian padahal sudah dipanggil dan di tag padahal biasanya tidak dicari sudah muncul untuk membuat perkara-yang sayangnya tidak ada yang berani benar-benar berantem dengan lelaki itu karena dia ketua kelas untuk hampir semua matkul dan juga usia yang lebih tua dari semua orang di grup-jelas mengherankan.

"Bro, lo enggak mulai ngerjain AFR², 'kan?"

"Anjir Lix, apa muka ini tampak seperti anak ambis?" Minho menunjuk mukanya sendiri. "Lagian gitu amat pertanyaannya pas baru ketemu. Disapa selamat pagi atau ditanyain udah sarapan apa belum gitu bisa?"

"Yaudah, selamat pagi Mas Lino. Udah sarapan belum?"

"Telat anjir."

Felix hanya tertawa dan mereka berjalan menuju kantin karena sialnya, kelas mereka jam 9 mendadak diliburkan dengan alasan dosen mereka sedang di rumah sakit menunggu cucu pertamanya lahir. Meski bau-baunya mereka akan kuliah saat weekend atau malah kalau apes, tanggal merah-yang jatuhnya 3 hari lagi-akan digunakan sebagai jam kuliah pengganti.

Apa itu akhir pekan? Apa itu hari libur? Hanya mitos belaka.

"Jadi sarapan apa ini?" Felix yang duduk di depan Minho, sementara lelaki itu melihat kios-kios yang sudah buka di warmin. "Awas aja kalo mie goreng lagi. Bosen lihat Mas Lino makan mi instan mulu."

"Aku juga bosan, Lix." Minho menatap Felix yang menatapnya tidak percaya. "Aelah, jangan komuk shiok gitulah. Ai ngomong tadi karena dini hari udah makan dua bungkus."

"Oh pantesan. Gue pikir Mas Lino masih distorsi waktu karena mabok tidor."

"Mie goreng is my love you know." Minho kemudian berdiri dari kursinya yang membuat Felix mengernyit. "Cabs aja deh. Makan di luar aja."

"Tumben enggak makan nasi uduk kalo belum sarapan dari apart?"

"Kamu gampang bengek kena asap rokok." Minho mengecek WA, siapa tahu ada dosen selanjutnya yang memutuskan untuk meniadakan kelas hari ini dan menjajah waktu akhir pekan, lalu memandang Felix yang tersenyum lebar ke arahnya. "Aku bilang jangan kebanyakan senyum begitu sih sama orang-orang. Awas ada yang baper."

"Mas gak bakalan baper sama aku."

"Woiya, kamu bukan Chef Juna."

Felix tertawa dan mengikuti langkah Minho. Mereka membahas banyak hal, tetapi mayoritas Felix merangkum hal yang Minho lewatkan selama tidak bangun dari tidurnya dan membuatnya tidak masuk Kristalisasi Batuan yang dipindahkan jamnya secara mendadak. Namun, Felix mengernyit saat mereka hendak berjalan ke parkiran mobil, Seungmin menghampiri mereka dan mengalungkan tangannya di leher Minho.

"Sayang, kenapa enggak ngabarin kalau mau ke kampus? Padahal aku khawatir kamu kenapa-kenapa karena gabisa dihubungin dua hari belakangan."

Felix menatap Minho bingung, kemudian menatap Seungmin yang tetap mengalungkan sebelah tangannya ke leher lelaki yang lebih tua dua tahun darinya sembari tersenyum. Memang Felix seminggu yang lalu menolak perasaan Seungmin yang lebih dari teman kepadanya dan tidak mau berada dalam hubungan bernama pacaran, tetapi dengan Minho?

The Rain Before The Flower | 2MIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang