VII - Spektrum Emosi yang Tidak Pernah Diduga akan Muncul Saat Bersamanya

650 85 16
                                    

Sebenarnya, Seungmin tidak ada niatan untuk menghampiri Felix, apalagi melihatnya bersama dengan Chan. Namun, saat bertanya keberadaan Minho setelah selesai kelas, Seungmin dikirimkan lokasi lelaki itu. Mana dia tahu kalau ada kedua orang itu di sana dan Seungmin pikir, Minho akan terlihat marah atau sedih, tetapi ekspresinya seolah tidak terganggu dan memilih untuk membaca sesuatu di tablet android.

"Hai Seungmin, kelasnya udah selesai?" Sapaan itu membuat Minho berhenti menggeser layar tablet dengan jarinya dan menoleh. Melihat Seungmin yang tampaknya berusaha mengatur ekspresinya untuk terlihat tenang—karena Minho sudah terbiasa dengan lelaki itu yang menunjukkan sikap aslinya sehingga sudah tahu sekarang sedang mencoba menjadi gambaran semua orang—dan mengambil barang-barang yang ada di sofa panjang yang didudukinya.

"Duduk deh, Sky." Minho sebenarnya asal menyebutkan nama pena Seungmin, tetapi sepertinya dia harus menjadi pacar yang menyakinkan di depan Felix serta Chan. "Gimana tugas kemaren? Udah titipanku dilakuin ke teman kelompokmu?"

"Sayang, gak mungkin aku jitak mereka."

Minho mendelik ke arah Seungmin yang sudah duduk di sampingnya. "Harusnya tadi aku ikut ke fakultasmu untuk melakukannya sendiri."

"Udah biarin aja. Lagi dapat jatah libur jangan dipake ke kampus." Seungmin tertawa sembari menjawab Minho, lalu barulah dia sadar kalau masih berada di antara orang-orang yang tidak diharapkan untuk ditemuinya. Membuatnya akhirnya menatap ke depan dan tersenyum, "Eh sorry bukan maksud gue ngacangin kalian. Guenya emang sampah buat multi tasking."

"Saking sampahnya, nitip beliin tiga bungkus garam sama Yakult, yang dibeli tiga pack Yakult terus garamnya gak ada."

"Sayang, aku udah minta maaf sama kamu soal garam waktu itu, jangan diungkit lagi dong."

"Gimana ya, aku masih sebel kalau ingat tumisan kulit semangkaku rasanya jadi ngaco gara-gara garamnya gak kamu beliin."

Seungmin baru akan menjawab perkataan Minho, tetapi kemudian atensi keduanya kepada Felix yang bersuara, "Hah? Kulit semangka ditumis?"

Kalau Felix kebingungan sebenarnya bisa Seungmin pahami. Jangankan Felix, yang benar-benar memakannya waktu itu—alias Seungmin—saja saat mendengar ide Minho juga sangsi kalau makanannya benar-benar eksis. Namun, rasanya tidak seburuk itu, meski Seungmin memang menyadari wajah Minho yang kesal karena sepertinya tidak sesuai dengan keinginannya. Padahal Seungmin sudah menawarkan diri untuk kembali pergi ke mini market untuk membelikan garam, tetapi Minho bilang tidak usah dan mendadak memodifikasi cara memasaknya dengan kecap asin.

"Hahahaha..." tawa yang tiba-tiba terdengar membuat ketiganya menatap orang yang melakukannya dan Chan tersenyum kepada Minho. Seharusnya Seungmin tidak perlu merasa kesal karena tahu masa lalu antara Chan dengan Minho dan juga dengan fakta kalau sekarang Felix yang merasakan one sided sepertinya selama ini sudah lebih dari cukup. Namun, nyatanya perasaan kesalnya Seungmin benar-benar tidak bisa dikendalikannya. "Lino, kamu masih sering masak aneh-aneh?"

"Yah karena udah ketemu sama orang yang bisa aku ajak makan aneh-aneh tanpa bilang 'lagi sibuk kerja' padahal lagi main sama temennya gitu." Minho menatap Chan seadanya, lalu melengos. "Jadi sebenarnya intinya kita ketemuan ini apa ya? Aku mau tidur seharian jadi malah ada di sini karena katanya Felix penting."

Dua orang di depan Minho itu tidak mengatakan apa pun dan Seungmin refleks menoleh saat melihat Minho berdiri dengan membawa tas ransel serta tas laptop buatannya. Secara teknis, sebenarnya yang mendesain dan mencari orang yang memproduksinya adalah Hyunjin, tetapi Seungmin ikut andil membuat gambar tas laptop yang digunakan Minho.

"Sayang, mau ke mana?"

"Pulanglah, apa lagi?" Minho melengos dan menatap Felix serta Chan. "Aku rasa, kita sudah selesai, Christ. Kamu gak perlu harus selalu menjadi orang baik dikehidupan semua orang. Justru itu membuatmu semakin terlihat memiliki kesalahan yang tidak termaafkan." Kemudian Minho menatap Felix. "Dan piyak, aku harap kamu gak perlu merasa bertanggung jawab untuk semua hal di dunia ini agar semuanya sesuai tempatnya. It's okay being almost and feel regret later."

The Rain Before The Flower | 2MIN [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang