lelap

14 2 0
                                    

"Tak ada yang berubah ketika tidur, kalau yang sakit itu mental bukan raga."

👪

Aku tertidur sambil dielus dengan tangan yang sangat lembut. Wanita yang sudah tak tampak muda ini selalu ada untukku saat aku lemah.

"Nek, papa pulang kan pas adzan nanti?" tanyaku dengan mata yang sayu.

"Loh... katanya mau tidur, kok masih bersuara," ucap nenekku tak menjawab.

Aku hanya diam, mencoba menelaah apa yang dimaksud nenek. Aku bocah kecil ingusan yang belum tau apa-apa. Yang aku tau, aku harus mengamati.

Oh iya, aku lupa. Kata nenek, aku bakal punya adek baru. Terus katanya aku juga bakal punya temen dirumah.

Berarti mama sedang hamil kan? Berarti papa pasti bakal pulang dong. Hanya itu yang aku impi-impikan.

Aku tinggal bersama mama, nenek dan dua pakde ku. Pakde itu oom dalam bahasa jawa. Pakde aku galak  tau yang satu, satunya lagi biang onar.

Nenekku adalah orang yang sangat sabar menurutku. Orang yang sangat lembut. Selalu siap sedia bersama kami.

Sudah cukup ceritanya, aku ingin tidur. Aku lelah dengan kepala ku. Bocah apa aku sebenarnya? Kenapa kepalaku banyak sekali isinya.

👪👪👪

Pagi ini, aku sudah siap dengan baju rapih dan rambut yg di kucir satu. Seperti biasa, aku pergi bersama mama.

Diperjalan kami hanya diam. Tak ada topik pembicaraan. Aku malas berbicara pada mama karena bentakan kemarin.

"Kamu marah?" tanya mama.

"Engga," jawabku seperlunya.

Tiba sudah di sekolahku. Lapangan yang kecil, itupun dipernuhi ayunan dan perosotan.

Aku berjalan santai saja memasuki sekolahku. Berjalan kearah guruku yang sudah menunggu di depan kelas. Tanpa melihat balik ke arah mama.

Aku masih kesal.

👪

Waktu pulang sudah tiba. Seperti biasa, mama terlambat menjemputku. Tapi aku masih sabar menunggu kehadirannya.

"La, ayo pulang," ajak lelaki yang tak asing di depanku yang sudah menjajarkan pandangannya denganku.

"Papa," teriakku sambil memeluknya.

"Papa kok ga pulang sih pas adzan, aku udah nunggu tau dirumah. Papa tau, aku dapet nilai terbagus kemarin di kelas," ucapku cerewet.

"Maaf ya La, papa sibuk banget kemarin," jawab papa sambil menggendongku di dadanya.

"Kita jalan-jalan yuk, sekalian makan es cream," ajak papa.

"Ayok,"

Kegirangan sudah diriku. Aku dapat memeluknya lagi.

Diperjalanan aku hanya diam menikmati hembusan angin yang membawa poniku bergelayut kebelakang.

"Pa. Mama kemarin ngebentak aku tau, aku kesel banget," curhat ku mengingat kejadian kemarin.

"Oh iya, nanti kita marahi balik ya mama," ucap papa.

"Jangan, nanti kalo mama nangis itu ga bagus pa," ucapku.

Jujur aku tak tau apa ucapanku. Yang aku tau aku senang bisa ketemu papa.

"Kakak mau ga tidur sama papa malam ini?" tanya papa.

"Kan kita juga biasanya tidur bertiga pa," ucapku.

"Mulai sekarang bakal tidur berdua sayang," ucap papa.

Aku tak paham. Biarlah sudah, pikiranku tak sampai dengan apa yang dimaksud papa.

"Yaudah, kita tidur di rumah nenek kan pa?" tanya ku.

"Iya. Nenek udah rinduuu... banget sama kakak," ucap papa menyemangatiku.

"Hore....,"

"Paaa... ntar beli snak yang banyak ya. Kita nonton sampe pagi. Boleh ya pa," pintaku memelas.

"Iya sayang,"

Cukup sudah. Hatiku sangat senang. Tak tau harus apa saat itu. Kekesalanku pada mama masih ada tapi tak terlalu ketika sudah bersama papa.

👪👪

"Nenek...,"

Penuh sudah suaraku di dalam ruangan berwarna hijau muda ini. Ruangan yang penuh dengan foto, pahatan kayu, sofa dan juga hiasan lemari.

Beda sekali dengan rumahku yang tampak kosong.

"Lala," panggil nenekku dari dalam rumah.

Ya. Dia nenekku dari papa. Orangnya tak kalah jauh dari nenekku dirumah mama. Sangat perhatian dan sayang padaku.

"Nenek rindu.... bangett," ucap nenekku sambil memelukku erat.

Trauma In ChildhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang