Night 1

10 1 0
                                    

Kembali aku bersender di pundak yang kokoh. Ntah kepemilikan siapa lagi pundak ini, yang pasti bukan punyaku lagi. Untuk sekarang aku hanya meminjam tanpa berucap pada sang pemilik.

Malam ini aku masih pada posisi nyaman sesaatku. Ingin sekali aku untuk selalu pada posisi ternyaman seperti ini, tapi bibir tetap tak bisa berucap keinginanku.

"Pa... Papa ngga pulang kerumah lagi ya?" tanya ku spontan sambil menonton tv di kamar papa.

"Engga sayang. Kenapa? kamu mau ikut Papa?" jawab papa.

"Ngga, mau sama Aby aja," jawabku santai tanpa memalingkan mata.

Tak ada perbincangan lagi setelah itu, hanya saling fokus pada film bahasa yang aku juga ngga tau artinya apa. Tangan kokoh yang sedari tadi mengusap punggungku masih terus bergerak tanpa lelah.

Bukannya si pemilik yang lelah, malah mataku yang tersihir. Perlahan-lahan aku mencari posisi tidur tepat di bagian yang lekuk di antara pangkal lengan dan badan. Ya tepat, ketiak adalah posisi ternyamanku.

***

"La... bangun, ayo sarapan" panggil nenek dari balik pintu kamar.

Aku mulai tergugah dan mengucek mata yang rasanya masih sangat kantuk.

"Nekk..." Panggil ku rintih.

Nenek membuka pintu dan menghampiriku, mengusap badan belakangku mencoba membuat rasa nyaman untuk mengumpulkan nyawa pagi ini.

"Bangun yuk, sarapan" ucap nenek mencoba menggendong ku.

"Ada susu panila nek?" Tanya ku.

"Ada dong, yuk" nenek menggendongku.

Kami berjalan kearah meja makan, nenek mencoba menurunkanku di kursi dan membiarkanku melanjutkan memanggil nyawa ku yang masih terbang kesana kemari.

"Ini susu nya cantik. Lala mau makan roti atau makan nasi?" Tanya nenek.

"Makan roti pake Ceres ya nek," pinta ku.

"Oke anak pintar" nenek mencubit kecil pipi ku.

Tangan nenek mulai meraih jauh roti di atas meja, mencoba meracik roti ajaib untukku pagi ini. Olesan selai coklat yang banyak dan taburan Ceres yang sangat ramai jatuh di atas roti yang sudah pandai menggoda.

"Sudah jadi, nah diabisi oke" ucap nenek sambil meninggalkan ku di meja makan dan berjalan ke arah dapur.

Dengan lahap aku memakan roti ajaib pagi ini, tanpa ba-bi-bu.

Jangan tanya Papaku dimana, jelas dia sudah berangkat kerja pagi pagi buta. Bukannya membangunkan ku, dia malah pergi nyelonong begitu saja.


Trauma In ChildhoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang