"Aku ada dan aku kasat mata. Tapi kenapa aku tak pernah terhiraukan"
Malam ini, apakah malam ini akan menjadi malam terburuk? Aku tak tau harus apa sekarang. Yang aku tau, aku harus duduk dengan segukan air mata.
Terjadi pertengkaran yang begitu hebatnya. Siapa lagi kalau bukan dua orang terhebat yang seharusnya.
"Sekarang Lala aku bawa, kau diam!!" suara lantang seorang lelaki.
"Jangan seenaknya ya, dia juga anak aku!" balas wanita di depanku.
Kini tanganku sudah di genggam dengan sangat erat oleh dua orang yang sedang mengeluarkan suara lantangnya.
"Udah ayok," ucap lelaki itu sambil menarik pelan tanganku.
"Ngga ada hak kau dengan sepihak bawa Lala," balas wanita mencoba menarik alihku sepenuhnya.
"Dia masih sekolah, jadi jangan berani-beraninya bawa dia!" lantang wanita ketika berhasil mengambilku sepenuhnya.
"Oke. Lihat aja apa yang aku buat nanti!" teriak lelaki seakan kalah telak.
Aku diam. Aku sesegukan sambil memperhatikan dua orang yang sedang mempeributkanku.
Kepalaku berkemuruh hebat. Ingin mencari tau sedang apa yang terjadi. Apa yang membuat mereka berteriak? Apa yang membuat mereka memperebutkanku?
"Kembalikan semua barang-barang yang aku kasih!" lantang lelaki itu lagi.
"Ambil!! Ambil semuanya!" teriak wanita di depanku.
Kini rumah yang sebelumnya rapih dengan seketika menjadi luluh lantak, seperti kapal yang habis berperang.
Rumahku hampir hilang sebagian. Tinggallah rasa yang sedang tersesak. Tega betul lelaki itu membuat wanitanya menangis.
Aku diam, mencengkram erat baju wanita di depanku. Kini aku sudah menangis dengan sangat lirih, bahkan sampai tak tersadar aku sudah menangis.
"Maa.." panggilku serak.
"Kenapa sayang?" tanya wanita tadi dengan sangat lembut.
"Kenapa pada ribut sih?" tanyaku memberanikan diri mengeluarkan pertanyaan dari kepalaku.
"Gapapa. Kamu diem aja ya, tutup kupingnya," pinta wanita itu.
"Mama gapapa?" tanyaku.
Aku melihat wajah wanita didepanku yang sedang menahan amarahnya.
😿😿😿
Pagi ini aku kembali bersekolah. Ada yang beda, wanita yang tadi malam kacau kini sudah nampak berseri.
Aku tak terlalu paham urusan orang dewasa waktu itu, yang aku tau adalah belajar.
Setibaku di sekolah, dia sudah menyambutku dengan senyum yang lebar.
"Sayang, mama pulang ya," ucap wanita didepanku.
"Iya ma, ati-ati ya. Bayyy," balasku ceria.
👪
"Maa... aku dapet nilai bagus tau!" teriakku saat masuk ke dalam rumah yang sunyi.
Hanya suaraku yang terdengar menggema di dalam ruangan berwana cream ini.
"Wahhh... mana, mama mau liat dong," pinta mamaku sambil bertekuk di depanku.
"Nanti aja ya ma, kalo papa udah pulang," jawabku santai sambik menarik tasku di lantai.
Ya. Aku pulang bersama temanku hari ini. Mama terlalu lama menjemputku. Jadi aku memilih pulang bersama temanku.
"La... inget ya, dengerin kata mama. Papa ngga bakal ada lagi dirunah," ucap mama masih ditempat.
"Ngga kok, pas adzan juga pulang maa," jawabku mengeyel.
"Terserah kamu!" ucap mama dengan nada yang tinggi.
Aku terdiam. Aku sangat terkejut dengan suara yang tiba-tiba menggelegar.
"Apa itu," ucap wanita tua menghampiriku. Ya, dia nenekku.
"Gapapa bu," ucap mamaku pada ibunya.
"Jangan kasar-kasar, lala kan masih kecil. Dia belum bisa ngerti, nanti pelan-pelan kita kasih tau," ucap nenekku sambil mendekap tubuhku yang mematung di depan pintu kamar.
"Sayang, mama minta maaf ya. Mama ga sengaja," ucap mama mencoba mendekapku.
Namun aku mundur, aku lebih memilih mendekap nenekku. Saat itu aku sangat membenci mama.
"Udah... biar lala sama ibu aja," ucap nenekku.
Kurasa nenek paham apa yang aku rasakan saat itu. Dia menggendongku dan berjalan masuk ke kamar sambil menenteng tasku yang tergeletak di lantai tadi.
"Sini, kita ganti baju dulu ya manis," ucap nenek lembut.
Aku tak menjawab. Aku hanya melihat wajah nenekku yang sangat tulus. Semakin tulus wajah seseorang, semakin keras aku berfikir.
"Papa pulang kan nek?" tanyaku tiba-tiba pada nenek yang sibuk membuka kancing seragamku.
"Kamu laper ga? Makan yuk sama nenek, mau ga?" tanya nenekku mengalihkan pembicaraan.
"Aku mau tidur aja nek," jawabku lemas sambil memeluk nenek yang belum selesai memakaikanku baju.