Mattea artinya pemberian Tuhan, Suteja tentu saja nama keluarga dari Ayah Mattea yang seorang dokter spesialis anak. Mattea berasal dari a small happy family. Punya kakak - the only sister - bernama Claresta, 2 tahun lebih tua darinya. Mereka berempat sangat dekat satu sama lain, apalagi Mattea dengan ibunya. Ibu sekaligus teman buat Mattea (apalagi sejak Mattea lahir Ibu memutuskan untuk berhenti bekerja), tempat Mattea bisa bicara apa saja. Setahun yang lalu Mattea lulus dari fakultas Sastra Jepang di Universitas Padjajaran Bandung. Alasan Mattea memilih fakultas itu karena dulu ia sangat menyukai segala sesuatu yang berbau Jepang. Lebih tepatnya dulu Mattea mengira kalau Doraemon itu benar-benar ada. Jadi ia bertekad untuk menguasai bahasa Jepang sehingga bila suatu saat ia pergi ke Jepang dan bertemu Doraemon, Mattea bisa berteman dengan Doraemon, seperti Nobita. Yang terpenting tentu saja, berteman dengan Doraemon bisa membuatnya meminjam segala macam barang dari kantong ajaib Doraemon, terutama Pintu Ajaib-nya. Sekarang sih kadar kepercayaannya bahwa Doraemon itu benar-benar ada agak berkurang (hanya agak Iho ya, bukan sama sekali hilang).
Kesukaan lain Mattea adalah menulis atau lebih tepatnya berkhayal. Khayalannya ia tuangkan dalam bentuk tulisan, yang lucky Mattea, salah satu khayalannya akhirnya menjadi sebuah buku yang cukup laku. Tulisan pertamanya, buku pertamanya, cerita fiksi yang terinspirasi (masih) oleh Doraemon (mix and match with true story of Mattea - kamu akan tahu nanti, kenapa), berjudul WHEN A GIRL LOVES DORAEMON (ini masih buku tentang cinta-cintaan, tentang bagaimana seorang cewe cinta sama satu cowo yang nggak ngerti perasaan cewe itu, cinta satu pihak. Jadi Doraemon di buku Mattea itu sebenarnya kata ganti untuk a boy).
Konyol kan judul bukunya? Biarpun begitu buku Mattea ini cetak ulang sampai empat kali dalam enam bulan. Pretty good, huh? Jadi akhirnya gara-gara Doraemon, Mattea memutuskan untuk menjadi penulis. Royalti dari bukunya itu lumayan banget kok, paling nggak ia nggak harus minta jatah uang saku lagi dari Ayah Ibu-nya. Kalau royalti belum ditransfer, Mattea menjadi penulis lepas di beberapa majalah atau kadang jadi penerjemah freelance.
Secara fisik Mattea sebenarnya cantik, tapi ia bukan tipe cewe yang terlalu peduli dengan penampilannya, membiarkan wajahnya lebih sering tanpa polesan make up dan meskipun rambutnya nggak dipotong pendek, tapi justru panjang lurus sepunggung, sejak kecil Mattea agak tomboy (mungkin karena orang tuanya sempat berharap punya anak cowo, apalagi waktu lbu Mattea hamil, hampir semua orang bilang bayinya pasti cowo karena bentuk perut Ibu Mattea mancung ke depan. Pernah dengar kan, orang hamil kalau bentuk perutnya bulat berarti bayinya cewe dan kalau bentuk perutnya mancung ke depan berarti bayinya cowo. Nggak tahu mitos itu benar atau nggak, tapi buat baby Mattea mitos itu nggak berlaku, karena pas lahir Mattea jelas bukan cowo tapi one hundred percent cewe). Koleksi mainan Mattea sewaktu kecil adalah mobil-mobilan Matchbox yang masih disimpannya sampai sekarang (ditambah beberapa koleksi mobil-mobilan Hotwheels yang ia beli dari uang sakunya sewaktu ia masih sekolah/kuliah atau uang yang didapat dari hasil menulisnya).
Karena ketomboyannya ini juga Mattea berteman dengan Bhrian. Balkon rumah Bhrian di lantai 2 berdempetan dengan balkon rumah Mattea. Di balkon lantai 2 itulah letak kamar Mattea dan Bhrian. Sewaktu mereka masih kecil, sama-sama berumur 5 tahun, masih TK, mobil-mobilan Mattea jatuh di balkon rumah Bhrian. Mattea yang melompat ke balkon rumah Bhrian untuk mengambil mobil-mobilannya, melihat jendela kamar Bhrian terbuka. Di dalam kamar Bhrian waktu itu dilihatnya sesuatu yang menarik hatinya, Bhrian sedang memainkan mobil-mobilan yang sama persis dengan milik Mattea.
Hal berikutnya yang terjadi waktu itu, mereka bermain bersama, dan sejak itu mereka menjadi sahabat yang nggak terpisahkan. Mereka menjadikan jendela kamar masing-masing sebagai 'pintu rahasia' (kalau dipikir-pikir apa rahasianya sebuah jendela ya? Itu kan jendela yang bisa dilihat oleh semua orang?) di mana mereka biasa saling keluar masuk kamar satu sama lain. Bhrian jugalah yang pertama kali memanggil Mattea dengan nama panggilan Matt, sampai akhirnya keluarga Mattea (kecuali Ibu) dan hampir semua orang yang kenal Mattea memanggilnya Matt. Lucunya Mattea juga punya panggilan khusus buat Bhrian. Nggak disengaja sih, karena waktu kecil Mattea nggak bisa mengucapkan huruf R, nama Bhrian berubah menjadi Bian. Meskipun akhirnya Mattea bisa mengucapkan huruf R, Mattea tetap memanggilnya Bian.
Sedekat-dekatnya hubungan mereka berdua bukan berarti mereka nggak pernah berantem. Tapi Mattea dan Bhrian membuat perjanjian bahwa seberapa pun hebatnya mereka berantem, mereka nggak akan pernah mengunci jendela kamar mereka, karena sekali mereka mengunci jendela kamar mereka, itu berarti sama saja dengan memutuskan persahabatan mereka. Mengunci jendela sama seperti bilang : get lost from my life (agak ekstrim ya?).
Juga bukan berarti hubungan mereka berdua tanpa konflik. Paling nggak buat Mattea. Sejak usia 15 tahun, Mattea mulai merasakan perasaan lebih buat Bhrian. Awalnya Mattea bahkan nggak menyadari perasaannya. Buat Mattea nggak mungkin ia bisa menyukai Bhrian lebih dari seorang sahabat. Nggak mungkin aja ia bisa jatuh cinta pada Bhrian. Mattea baru mengakui bahwa ia cinta Bhrian sejak Bhrian pertama kali pacaran dengan cewe lain sewaktu SMU. Mattea ingat sekali bagaimana ia uring-uringan ketika Bhrian bilang padanya : I'm dating Amabel. Saat itu rasa sakit selalu timbul setiap melihat Bhrian jalan dengan Amabel (apalagi mereka bertiga satu sekolah), dan hari Sabtu – Minggu bukan lagi Bhrian & Mattea's day yang nggak bisa diganggu gugat (Sabtu Minggu harusnya jadi hari menginap mereka. Entah Mattea yang menginap di kamar Bhrian, atau Bhrian yang menginap di kamar Mattea. Biasanya mereka menghabiskan malam dengan menonton film, atau hanya mengobrol dan tertawa-tawa sepanjang malam) karena Bhrian sudah disibukkan oleh Amabel tentu saja. Mattea sendiri mati-matian berusaha mengabaikan perasaannya. Yang jelas ia berusaha menutupi perasaannya dari Bhrian. Mattea nggak mau Bhrian tahu kalau ia cinta Bhrian, karena Mattea yakin itu hanya akan membuatnya kehilangan Bhrian. Jadi sampai saat ini Bhrian bahkan doesn't have a clue tentang perasaan Mattea padanya (ditambah lagi Bhrian memang nggak sensitif...hehe).
Jadi Mattea memilih diam, melihat dari jauh kalau Bhrian pacaran dengan cewe lain, berharap hubungan Bhrian dengan cewe lain itu segera berlalu, menjadi tempat curhat paling baik ketika Bhrian putus dengan cewenya. Itu terjadi dua kali, sewaktu Bhrian pacaran dengan Amabel semasa SMU, dan sewaktu Bhrian pacaran dengan Trista semasa kuliah (yang ini sih bukan hubungan yang serius, nggak sampai setahun malah). Tapi itu belum termasuk cewe-cewe 'klien' Bhrian yang antri buat difoto. Mattea bukannya nggak kewalahan menahan perasaannya. Sampai ketika kuliah, Mattea nekat menerima cinta Adam (itupun karena dijodohkan oleh Rulita, teman baik Mattea sewaktu kuliah) hanya untuk mengalihkan perasaan cintanya pada Bhrian. It didn't work out, of course. Kamu nggak akan pernah bisa memaksakan diri untuk mencintai atau nggak mencintai seseorang kan? Jadi di sinilah Mattea masih dengan perasaan cintanya untuk Bhrian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mattea's World
ChickLitDid you ever love somebody who never knew? Kalau ya, berarti kamu sama dengan Mattea Suteja yang memendam cinta untuk sahabat kecilnya - Bhrian Sulaiman - sejak 8 tahun yang lalu. Gue rasa nggak ada salahnya gue ngedeketin Rara." Keira Larasati seor...