THE DAY AFTER TOMORROW

6 1 0
                                    

GELAP. Mata Mattea terbuka, tubuhnya nggak bergerak untuk beberapa saat. Where am I? Mattea berusaha melihat sekeliling. Astaga! Ini kan Negeri Pelangi. Negeri Pelangi di malam hari? Bukan. Mattea menoleh ke kanan. Nggak mungkin! Wow, indah sekali. Terang di sebelah kanan Mattea,
persis berbatasan dengan gelap di tempat Mattea berdiri. Perbatasan siang dan malam? Ini seperti foto yang pernah Mattea lihat di internet. Foto yang diambil oleh crew Columbia pada misi terakhir mereka. Foto benua Eropa dan Afrika ketika matahari tenggelam. Batas siang dan malam terlihat jelas dalam foto tersebut (you've gotta see this picture). Mattea berjalan ke arah terang.

Sekarang separuh tubuhnya ada di bagian gelap dan separuh lagi ada di bagian terang. Diangkatnya kedua tangannya lalu ia berputar seperti menari. Mattea tersenyum lebar. Unforgettable moment, unforgettable view.

Mattea sayang...

Ibu? Mattea mencari arah suara Ibu. Ibu ada di Negeri Pelangi?

Mattea sayang...

Ibu...
Mattea melihat Ibu datang dari arah terang. Mattea berlari menghampiri, kedua tangannya terentang bersiap memeluk. Tapi tiba-tiba ia berhenti. Belum pernah dilihatnya Ibu secantik sekarang. Senyum Ibu menghangatkan hati Mattea.

Mattea sayang...
Suara Ibu seperti bergema.

Ibu...

Mattea, Ibu pergi jangan dicari ya...

Mattea terpaku. Apa, Bu?

Ibu pergi jangan dicari ya...

Mattea bingung.

Ibu pergi jangan dicari, Ibu sayang kamu...

Lalu Ibu bergerak menjauh. Mattea berlari mengejar. Tapi Ibu makin jauh.
Tangan Mattea menggapai, berharap bisa meraih Ibu. Tapi Ibu makin nggak terlihat.

Ibu! Ibu!
Mattea berteriak. la terduduk. Cuma mimpi. Napasnya tersengal-sengal.

"Mimpi buruk lagi, Sayang?" lbu sudah berdiri di samping tempat tidurnya. "Ibu ambilin air putih dulu ya."

Mattea mengangguk. Tubuhnya berkeringat, padahal temperature AC di
kamarnya 18°C. Mattea meraba matanya. Ada yang basah di sudut matanya. Ia menangis dalam tidurnya?

"Beberapa hari ini kamu mimpi buruk terus ya?" Ibu menyodorkan segelas air putih. "Teriak-teriak manggil lbu."

Ya, mimpi yang sama. Mattea menatap Ibu. la ingin sekali menceritakan mimpinya, tapi tenggorokannya seperti tercekat.

"Baca doa nggak sebelum tidur?" tanya Ibu lembut.

Mattea mengangguk. Dihabiskannya air putih dari Ibu.

"Ya udah, tidur lagi aja ya. Baca doa dulu." Ibu mengusap rambut Mattea dan mencium dahinya.

Mattea berbaring kembali. Ibu menyelimutinya sebelum berbalik akan
keluar kamar.

"Ibu..." panggil Mattea. "Ibu temenin Mattea tidur ya..."

"Kenapa?"

"Mattea pengen aja tidur sama Ibu malam ini..."

Ibu tersenyum dan kembali menghampiri Mattea, tidur di sebelah Mattea. Mattea memeluk Ibu erat. Seperti seorang anak kecil yang menggenggam erat lolipopnya. Ketakutan lolipopnya direbut oleh anak kecil lain. Ibu mengerti, Mattea perlu ditenangkan.

"Jangan lupa baca doa ya, Sayang," bisik Ibu.

"Bu, lagu yang sering Ibu puter itu apa sih judulnya?" Mattea teringat, beberapa hari belakangan ini hampir setiap hari Ibu memutar lagu yang sama.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 08, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mattea's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang