ALONG CAME KEIRA

5 1 0
                                    

Mattea duduk di tempat tidur Bhrian, mengunyah sebatang coklat. Gelisah. Melirik sebal foto yang terpampang di komputer Bhrian. "Diapain lagi sih? Bukannya udah cukup?" tanya Mattea, berusaha datar.

"Oh, gue lagi nyobain biar beberapa foto Keira kesannya difoto pakai kamera infrared. Klik di image-adjustments-channel mixer, centangi opsi monochrome terus atur parameter RGB sesuai yang loe mau. Buat ngasih efek warna loe klik image-adjustments-color balance. Kalau pencahayaannya perlu dibenerin klik image-adjustments-level. Terakhir kurangi noise-nya pake neat image." Bhrian sibuk menerangkan. "Yang ini udah jadi, keren ya."

Bhrian menatap foto Keira. "She's pretty."

Yup, I hate to say, but she is, batin Mattea, menggigit coklatnya dengan gigitan besar-besar. Direbahkannya tubuhnya di tempat tidur Bhrian.

"Loe kenapa?" Bhrian menoleh pada Mattea. Ditunjuknya coklat di tangan Mattea.

Mattea menaikkan alisnya, nggak mengerti. "Kenapa?"

"Loe makan coklat cuma kalau loe lagi gelisah atau sedih, kan loe yang selalu bilang, menurut penelitian..." Bhrian menirukan Mattea. "coklat bisa membawa rasa bahagia bagi orang yang memakannya."

Mattea tercenung melihat coklat di tangannya. Kebiasaannya memang, setiap kali merasa gelisah atau sedih, ia akan makan coklat. Berharap penelitian yang pernah Mattea baca di buku benar, coklat bisa membuatnya sedikit lebih tenang.

"Jadi loe kenapa sekarang? Patah hati?"

Oh, almost.

"Patah hati sama siapa?" kejar Bhrian, terlihat antusias. Berdiri dari kursinya dan ikut merebahkan tubuhnya di samping Mattea. "Is he gorgeous? Kapan kenalnya? Dimana? Udah berapa lama kenal?" Mata Bhrian nggak lepas dari wajah Mattea.

"Hoho...slow down...gue nggak patah hati. Gimana gue bisa patah hati, gue kan nggak pacaran sama siapa-siapa," kilah Mattea.

"Huuu...nggak seru loe, gue pikir..." Bhrian menerawang." "Terus coklat itu buat apa?".

"I just feel not good...kayak sesuatu bakal terjadi, sesuatu yang bakal bikin gue merana..." jawab Mattea.

Bhrian tertawa geli. "Ngaco loe."

Mereka terdiam. Mattea masih dengan coklatnya. Bhrian masih menerawang.

"Matt, menurut loe, gue musti ngedeketin Rara nggak?"

Here we go...keluh Mattea, saatnya merana. "Komitmen loe yang nggak bakal get involved sama model loe gimana?"

"Yah, gimana ya..." Bhrian menghela napas. "Loe kan tahu, gue bukan tipe cowo yang main samber aja. Tapi waktu gue fotoin Rara, gue ngerasa beda aja."

"Beda gimana?" Tapi kemudian Mattea menyesal telah bertanya.

"Yang kayak gue pernah bilang, I kinda feel a connection with her."

"Gitu ya?" komentar Mattea nggak bersemangat. Coklat di tangan Mattea hampir habis.

Bhrian mengambil potongan coklat terakhir dari tangan Mattea, Mattea nggak sempat protes. "Gue rasa nggak ada salahnya gue ngedeketin Rara." Bhrian mulai mengunyah coklat Mattea. "Hhmm...nggak tahu penelitian itu benar atau nggak, tapi yang jelas coklat loe enak banget."

Mattea's WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang