08 - Pigura

3 1 0
                                    

Hari Sabtu pun tiba. Raveena dan Devan janjian dengan Amanda akan tiba di rumah Amanda pukul dua siang.

Devan memberitahu Raveena bahwa ia akan menjemput Raveena lebih cepat, pukul satu siang—katanya sih sekalian abis mengantar adiknya les jadi ia tidak perlu mondar-mandir.

Walaupun masih dijemput pukul satu, Raveena sudah terlihat kebingungan sejak pagi. Bagaimana jika style bajunya terlalu aneh? Ia takut jika tiba-tiba bicaranya menjadi tidak jelas dan belibet saat mengutarakan pendapatnya.

Bagaimana jika Raveena terlalu bersemangat jadi tanpa sadar Raveena menjadi sosok yang annoying dan terlalu over-sharing?

Raveena takut jika ia mati gaya sehingga suasana akan menjadi awkward. Kalau di sekolah tidak masalah, masih terbantu dengan suasana sekolah dan mereka bertemu hanya sebentar-sebentar saja. Kalau nanti? Bisa jadi mereka akan berdiskusi selama beberapa jam.

Ini tidak seperti jika Raveena pergi bersama Mandy. Dulu awal-awal berteman dengan Mandy, Raveena juga takut akan banyak hal. Tetapi Mandy orang baik, jadi Raveena merasa nyaman berada di sekitar Mandy. Yang lebih penting lagi, mereka se-frekuensi dan sudah berteman sekitar 5 tahun lebih.

*Tok.. tok.. tok..*

Seseorang mengetuk pintu kamar Raveena beberapa kali. Mungkin karena tidak kunjung dibuka, akhirnya ia memutuskan untuk membuka pintunya sendiri pelan-pelan.

"Veena, mama masuk ya.", ternyata itu adalah Selena.

Raveena tidak mendengar suara Selena. Ia terlalu panik sampai hanya sibuk mondar-mandir di kamarnya.

Selena yang melihat itu kebingungan hingga salah satu alisnya terangkat, "Veena, are you okay?", ujar Selena sambil menyentuh pundak Raveena pelan.

Raveena terkejut, ia menoleh ke arah Selena, "Eh mama, sejak kapan mama masuk?"

"Udah dari tadi, sayang. Mama ketuk pintu tapi kamu ga denger. Jadi mama langsung masuk aja. Maaf ya mama nerobos."

"Eh gapapa, ma. Justru Veena yang minta maaf ga denger mama ketuk pintu. Ada apa ma?"

"Mama tanya kamu dulu, kamu kenapa kok dari tadi mondar-mandir terus?", tanya Selena sambil mengajak Raveena untuk duduk di kasur.

Raveena menceritakan semuanya kepada Selena. Setelah selesai mendengarkan cerita Raveena, Selena mengelus kepala putrinya kemudian memeluknya.

"Raveena anak mama yang hebat. Pasti Raveena bisa. Semangat ya, nak."

Raveena tersenyum, "Terima kasih, ma."

Setelah mereka berpelukan lumayan lama, Raveena mulai teringat lagi akan sesuatu, "Mama tadi kenapa masuk kamar Veena? Mama butuh sesuatu?"

Selena melepas pelukannya, "Oh iya mama lupa, itu ada temen kamu. Siapa namanya? Devan? Katanya mau jemput kamu."

Raveena terkejut hingga reflek berdiri. Bukannya ini masih pukul setengah 12? Kenapa Devan sudah datang? Raveena bahkan belum sarapan, apalagi mandi. Biasalah, weekend memang waktu yang tepat untuk molor.

"Hey, Veena, relax, take it easy, ya. Jangan panik nanti malah stress sendiri kamu. Udah mama suruh tunggu di ruang tamu kok. Kamu siap-siap dulu gih, terus ajak dia makan siang sekalian aja."

Raveena mengangguk. Kemudian tanpa babibu lagi, Raveena langsung menyabet handuknya kemudian mandi. Sementara itu, Selena pergi ke dapur untuk menyiapkan makanan yang lezat.

•••

Sembari menunggu Raveena, Devan hanya bisa duduk-duduk manis di ruang tamu sambil memainkan handphone nya. Tapi namanya juga manusia, pasti mudah bosan. Maka dari itu Devan bangkit dari kursi dan memutuskan untuk melihat-lihat sekumpulan piala di meja depannya. Di sebelah meja piala, ada juga meja penuh dengan foto-foto yang dipigura.

Devan melihatnya satu-persatu. Di sana banyak sekali foto Raveena dan Selena bertengger. Ada juga foto mereka berdua sedang di pantai berdua. Raveena kecil terlihat gemas sekali sehingga membuat Devan tersenyum tipis.

Tetapi, ada satu hal yang membuat Devan penasaran. Dari sekian banyak foto Raveena dan Selena bersama, kenapa Devan sama sekali tidak melihat sosok laki-laki yang biasanya disebut sebagai ayah? Apa keluarga Raveena sedang ada masalah?

Devan kembali duduk di sofanya. Di sebelah sofa Devan, ada satu meja bundar kecil. Di atas meja itu, ada vas bunga dan satu pigura yang dihadapkan ke bawah. Devan penasaran sekali, jadi Devan menyentuh pigura itu kemudian-

"Hai, Kak Devan.", sapa Raveena, ia baru saja selesai mandi dan bersiap-siap.

Devan yang terkejut reflek menutup kembali pigura itu. Ia belum sempat melihatnya karena Raveena tiba-tiba datang.

"Kak Devan abis ngapain? Mukanya tegang amat kaya' abis nyolong barang aja.", Raveena tertawa, Devan hanya bisa tersenyum kikuk.

"Raveena, tamunya kenapa ga ditawarin makan sih, malah diajak bercanda. Ayo nak makan siang dulu, pasti belum makan kan?", ujar Selena.

"Hehe. Ayo Kak Devan makan dulu, baru berangkat. Aku juga belum sarapan.", ajak Raveena.

Devan mengangguk kemudian ia bangkit dari sofa dan mereka menuju ke meja makan bersama-sama.

"Ini nasi buat Veena, ini buat kamu.", ujar Selena sambil menyodorkan sepiring nasi ke Raveena dan Devan masing-masing satu.

"Mama masak banyak banget. Biasanya cuma satu menu aja.", ujar Raveena sambil mengambil ayam goreng.

"Ya gapapa. Sekali-kali kan mumpung ada tamu ganteng.", balas Selena sambil melirik ke arah Devan.

Devan yang mendengar itu menjadi salah tingkah.

"Ini nak, ambil lauk yang banyak, jangan malu-malu. Oh ya, kita belum pernah ketemu kan sebelumnya? Tapi kenapa wajah kamu ga asing ya?", tanya Selena sambil menyodorkan berbagai macam lauk pada Devan.

"Mungkin pernah ga sengaja papasan tante, atau ada yang mirip sama saya.", balas Devan.

Selena hanya balas mengangguk, bisa jadi.

Seperti biasa, Selena dan Raveena berbincang bersama. Devan hanya bisa menyimak, ia tidak ingin mengganggu anak dan ibu sedang mengobrol—ya kecuali jika Devan memang diajak mengobrol.

Jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Selesai makan, Raveena membantu Selena untuk beres-beres meja kemudian pamit untuk berangkat bersama Devan.

"Hati-hati ya, Devan, saya titip Raveena.", ujar Selena.

"Iya siap tante.", balas Devan sambil tersenyum.

TO BE CONTINUE..

· · ─────── ·𖥸· ─────── · ·

Hi, terima kasih sudah mau mampir ke cerita ini. Kalau suka, jangan lupa kasih vote, komen, and share ya! :) Maaf kalau ceritanya masih banyak kekurangan. Kalau kalian mau kasih saran dan kritik, silahkan klik link di bio author, ya!

Bye, see u on the next chapter <3

-forkymybae

RenjanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang