(n) ren·ja·na ; rasa hati yang kuat (rindu, cinta kasih, dan sebagainya)
Devan, akhirnya keluar dari trauma akan kisah cintanya di masa lalu. Begitu juga dengan Raveena. Mereka saling mencintai, tetapi ada suatu hal yang benar-benar tidak mengizinka...
Keesokan harinya, Raveena datang lebih awal. Mandy yang melihatnya pun terkejut.
"Widih babu gue tumben jam 6 udah dateng, biasanya mepet ato ga telat.", Mandy tertawa.
"Dih? Babu teriak babu. Lagian lo seneng kan gue dateng pagi. Lo kan friendless tanpa gue."
Mandy kembali tertawa. Dia tidak marah, karena itu memang kenyataan.
"Jadi gimana?", tanya Mandy.
"Apanya yang gimana?", balas Raveena sambil meletakkan tasnya di meja kemudian duduk.
Mandy menyusul Raveena duduk di bangku depannya, "Ya yang kemarin, lo udah coba diskusi sama si Devan-Devan itu?"
Raveena baru teringat, benar juga, mumpung Raveena datang pagi akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi Devan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Eh tapi ntar lo temenin gue ketemu Devan ya."
"Lah ngapain? Gue ogah jadi nyamuk."
"Mandy, gue serius. Lo tau sendiri gue kan-"
"Ya udah, bayar pake bakso."
Raveena tertawa, "Deal."
*Euphoria..*
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Devan minta ketemu pas istirahat kedua. Ingetin gue ya Ndy."
Mandy hanya mengangguk-angguk saja.
-ˋˏ ༻❁༺ ˎˊ-
Bel istirahat kedua sudah berbunyi, Raveena dan Mandy segera pergi ke kantin untuk menemui Devan.
"Mana sih orangnya? Katanya minta ketemu di kantin.", tanya Raveena.
"Sabar Veena, sapa tau orangnya masih ke toilet. Ketemu calon pacar ga sabar banget.", Raveena reflek menoyor Mandy.
"Emang si Devan-Devan itu orangnya gimana sih?", Mandy penasaran.
"Mana gue tau, gue juga baru ketemu dia kemarin. Orangnya ngeselin banget pokoknya, pengen gue-", ucapan Raveena terhenti karena tiba-tiba terdengar suara tawa dari belakang.
