6. Pembantu sehari

30 8 1
                                    

Annyeong! Maaf baru update dan telat gak sesuai hari, ya. Author lagi mode sibuk banget.

Tap tombol bintang, dan spam komen biar lelah author terobati ya sayang.

____________________________________

Bagian Keenam

Gio menangis bercampur kemarahan. Ia meluapkan semuanya di dalam kamar. Membanting barang-barang yang ada, dan juga memukulkan tangannya ke dinding. Ia tak berpikir jika nanti tangannya berdarah. Ucapan sang bunda yang membanding-bandingkan dirinya dengan Vito, abangnya, membuat Gio merasa anak yang tak berguna di mata sang bunda.

"Argh! Hikss..!" Isaknya tak memperdulikan apapun

Di mata semua orang mungkin Gio dianggap sebagai pria playboy yang suka mempermainkan wanita. Tapi semua orang tidak tahu bagaimana hati Gio yang sebenarnya. Dia lemah pasal hati dan perasaan. Terlebih, vonis penyakitnya yang sulit sembuh, membuat Gio harus terus berpura-pura di jahat di mata orang, agar tidak ada yang merasa kehilangan dirinya saat Tuhan memanggilnya nanti.

Gio menangis sesenggukan di lantai kamarnya malam itu. Terlintas masa kecilnya, ketika sang ayah belum tiada. Keluarga mereka sangat bahagia dan Gio begitu di manja oleh ayahnya saat itu. Bundanya memang terlihat lebih menyayangi Vito, mungkin karena Vito lebih sempurna darinya.

"Andai ayah masih ada, mungkin Gio tidak akan merasa sendiri seperti ini."

"Yah, Gio rindu ayah. Gio ingin bertemu ayah dan memeluk ayah. Sekarang apa yang harus Gio lakukan? Sejak dulu Gio hanya merepotkan semua orang, termasuk bunda" ucapnya sendiri sambil menangis.

Terdengar suara ketukan pintu dari balik kamarnya.

"Nak" panggilnya lirih

Gio mendongakkan kepalanya dan tatapan tajamnya tertuju ke arah pintu. Itu adalah suara bunda Lesta.

"Gio, maafkan bunda, nak!" Ucapnya lembut

Gio tak merespon apapun. Air matanya terus mengalir. Ucapan sang bunda yang menyakitinya masih membekas.

"Bunda gak bermaksud apa-apa sayang. Bunda mengatakan semua itu dalam kemarahan" jelas bunda Lesta yang juga diiringi air mata.

Gio memalingkan wajahnya dengan kecewa tanpa menjawab apapun juga.

"Gio sayang, tolong buka pintunya, bunda ingin berbicara denganmu" tuturnya memohon

"Gio ingin sendiri!" Jawab Gio berteriak

"Nak, tolong izinkan bunda masuk!"

Gio kembali menatap tajam ke arah pintu.
"Gio gak butuh penjelasan apapun. Ucapan bunda udah membuat Gio sadar. Gio bukanlah anak yang sempurna di mata bunda. Pergilah, dan temui anak kesayangan bunda, bang Vito!" Teriak geram Gio

"Itu tidak benar. Apa Gio sudah tidak sayang sama bunda?" Ujarnya menangis

Gio terdiam.

"Bunda masih ingat saat pertama kali Gio lahir ke dunia ini. Bunda dan ayah begitu bersyukur memiliki putra seperti Gio. Bahkan saat itu bunda tidak mengizinkan suster ataupun dokter untuk membawamu. Kau sangat menggemaskan saat itu sayang. Bunda dan ayah begitu mencintai kedua putra kami" tuturnya meluluhkan hati Gio

Air mata Gio tak berhenti menetes saat bunda Lesta menceritakan masa kecilnya bersama sang ayah. Namun tetap saja, hati Gio terlanjur tergores oleh ucapan pahit sang bunda tadi.

"Cukup, bun! Gio ingin sendiri! Gio ingin sendiri! Tinggalkan Gio sendiri!" Teriaknya kencang

"Tapi sayang..."

Sweet TwoRis - JJK✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang