Hayo, siapa yang nungguin cerita ini Up?
Langsung cus baca aja, semoga suka🤗◖❀◗
Hari menjelang malam. Matahari bahkan sudah sempurna bersembunyi di ufuk barat ketika kereta kuda rombongan pangeran Jeno sampai di wilayah selatan. Kediaman Duke yang dulu telah dibersihkan, ditata ulang sesuai dengan keinginan sang pangeran. Jadi, Jeno tidak perlu lagi pusing memikirkan akan tinggal dimana setelah sampai di wilayah selatan.
Kreta kuda yang membawa Jeno berhenti tepat di halaman mansion utama Duke Lee. Jeno tidak langsung turun, sebab seseorang yang menjadi teman satu kreta kudanya tengah tertidur lelap dengan menjadikan bahu Jeno sebagai bantal. Ya, saat di tengah perjalanan, Renjun tak bisa menahan kantuk yang tiba-tiba datang, rasanya seperti ada nyanyian merdu menyapa pendengaran serta gerakan naik kuda bak ayunan yang siap menimang-nimang dirinya. Renjun kalah, tatkala berusaha melawan kantuk dan berakhir terlelap dengan kepala yang bertumpu pada kepala sang pangeran. Jeno yang kala itu terbangun, merasakan sesuatu menimpa kepalanya, mengulas senyum saat tahu jika Renjun lah orang yang sedang terlelap. Al hasil, dengan hati-hati ia memindahkan kepala Renjun ke bahunya agar lebih nyaman.
Seorang Butler membukakan pintu kreta untuk Jeno dan dengan gerakan cepat, Jeno meminta sang Butler untuk tidak bersuara gaduh yang bisa membuat tidur Renjun terganggu. Jeno dengan hati-hati mengangkat tubuh kurus Renjun, membawanya keluar dari kreta kuda.
"Yang mulia anda-" Ucapan seorang pelayan seketika terhenti saat mendapatkan tatapan peringatan dari Jeno.
"Tunjukan jalannya." Ucap Jeno pada si pelayan yang langsung mengangguk dan menunjukan jalan pada Jeno. Sedang yang lain sibuk mengeluarkan barang-barang sang Duke yang baru dan memasukannya kedalam mansion.
Felix masih di sana, menatap punggung Jeno yang menghilang di balik pintu dengan tatapan yang sulit di artikan. Otaknya tentang memproses segala sesuatu yang terjadi belakangan ini. Bagaimana perubahan sifat dan sikap Jeno yang kontras dengan perilakunya sehari-hari bila berada di dekat Renjun. Felix tidak bodoh, dia tahu bahwa Jeno pasti melakukan semua ini bukan hanya atas dasar rasa kasihan. Tapi, ada sesuatu yang lebih besar di bandingkan itu. Ah, sudahlah, Felix tidak ingin terlalu ikut campur. Toh, jika ada sesuatu yang Jeno butuhkan pasti dia akan memberitahunya.
Jeno membaringkan tubuh mungil Renjun di atas ranjang. Jeno jadi ragu, apakah selama ini Renjun makan dengan benar? Kenapa berat tubuhnya terasa begitu ringan di gendongannya? Sepertinya Jeno memang harus mencari tahu segala sesuatu yang Renjun alami selama ini, sebab ia juga merasa ada yang ganjil lantaran tidak berhasil menemukan Renjun padahal dia ada di sekitarnya.
"Istirahatlah, Renjun, mulai sekarang aku yang akan menjagamu.." Bisik Jeno yang mungkin hanya angin yang berlalu dapat mendengarnya.
Jeno hendak beranjak dari sisi Renjun. Namun, langkahnya tertahan tatkala mendengar suara Renjun yang merintih dan menggumamkan sesuatu. Renjun tampak gelisah dalam tidurnya, peluh keringat mulai keluar dari pori-pori kulitnya. Jeno mendekat, sedikit penasaran dengan apa yang Renjun gumamkan dalam tidurnya.
"Tidak, maafkan aku ayah.. Aku janji tidak akan melakukan kesalahan lagi, aku tidak bersalah.. Jangan.. Jangan.."
"Sakit, aku tidak bersalah.. Tidak, bukan aku yang melakukannya.. Hiks.. Hiks.."
Jeno mulai panik ketika Renjun tiba-tiba menangis, "Renjun!! Hei, Renjun!!" Panggil Jeno dengan menepuk-nepuk pelan pipi tirus si lelaki manis. Namun tak ada respon yang berarti, malahan suara meminta ampun dan maaf semakin keras Jeno dengar. "Renjun sadarlah!! Hei!!" Ucap Jeno lagi dengan nada suara yang lebih tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke's Wife ✔
Romance[SUDAH TERBIT] Dibenci oleh seluruh keluarga, tak ada yang menginginkan dan di anggap menjadi aib serta pembawa sial. Renjun hanya bisa pasrah, selalu menerima tanpa punya hak untuk memilih dan menolak. Apapun yang ia lakukan selalu orang lain yang...