CHAPTER 06: PERJALANAN

16.3K 2.8K 170
                                    


Adakah yang masih nunggu cerita ini?
Selamat membaca ya❤


◖❀◗  

Berita tentang Pangeran Jeno yang akan menggantikan Duke Lee di wilayah Selatan telah menyebar di seluruh pelosok Kerajaan Achilles, bahkan negeri sebrang. Semua orang menyambut dengan baik, berdoa semoga Pangeran Jeno mampu memimpin wilayah selatan yang sempat kacau dan tidak stabil akibat kepemimpinan Duke Lee yang tamak dan tidak kompeten. Para petinggi kerajaan dan bangsawan sama sekali tidak ada yang protes dengan keputusan yang mulia Raja Mark, barang kali ada. Namun, jumlahnya sangat sedikit pun mereka adalah orang-orang yang tidak terlalu menyukai keluarga kerajaan.

Kini, keluarga kerajaan tengah melakukan ritual perpisahan untuk sang pangeran yang akan menjalankan tugasnya. Doyoung sangat bangga dengan putranya, apapun keputusan Jeno asalkan itu yang terbaik dan tidak merugikan orang lain, maka Doyoung dengan senang hati akan mendukung bahkan ketika Jeno menolak untuk menjadi putra mahkota dan melanjutkan tahta sang Ayah, Doyoung juga menghargai keputusan itu. Malahan, ia merasa senang sebab anaknya tumbuh menjadi sosok yang cerdas dan memiliki hati yang luas, tak pernah menyimpan dendam ataupun rasa iri dengan sang kakak. Meskipun keduanya bukan saudara kandung.

Jeno keluar dari dalam istana, lengkap dengan pakaian bangsawan yang membuatnya tampak begitu gagah, mirip sekali dengan ayahnya; Jaehyun. Seandainya Jaehyun disini, pastilah suaminya itu tak kalah bangga dengan Doyoung.

Doyoung menatap Jeno yang kini telah berdiri di hadapan, memindai setiap inci dari tubuh Jeno tanpa terlewat. Doyoung merasa, baru kemarin ia melahirkan Jeno, mengajarinya berjalan dan mengejar sang anak yang bandel karena suka jahil dan mencuri kue di dapur istana. Kini, anaknya telah tumbuh menjadi pria dewasa yang tampan, cerdas dan gagah. Ah, tanpa Doyoung sadari waktu cepat sekali berlalu dan Pangeran kecil yang bandel ini akan melanjutkan langkahnya mengabdi pada negeri.

Jeno mengusap air mata yang meleleh dari pelupuk mata sang ibunda, "Bunda, Jeno hanya pergi ke wilayah selatan.. Bukan untuk berperang." Ucap Jeno dengan nada candaannya.

Doyoung tersenyum, meskipun sudah dewasa tetap saja Jeno adalah putra kecilnya yang sangat ia sayangi lebih dari apapun di dunia ini, "Seringlah mampir ke istana jika sedang senggang, jangan lupa.. Kau masih punya ibu yang tinggal di sini." Pesan Doyoung, Jeno mengangguk pelan kemudian memeluk ibunya dengan penuh kasih sayang. Ah, betapa beruntungnya ia memiliki ibu yang baik dan penuh perhatian seperti Doyoung. Mungkin benar kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya begitu juga dengan kepribadian Jeno yang tak jauh-jauh dari sang ibunda.

Selepas berpamitan dengan sang ibu, Jeno juga berpamitan dengan sang kakak dan calon kakak iparnya. Mark memeluk Jeno, "Jaga dirimu baik-baik.. Jika butuh bantuan jangan sungkan untuk memberitahuku dan jadilah pemimpin yang baik.." Pesan Mark.

"Ya, kakak.. Terima kasih karena sudah memberikan pekerjaan yang tidak aku inginkan, kau sangat baik." Keduanya tertawa mendengar ucapan candaan Jeno. Mau bagaimana lagi? Mark tidak punya pilihan selain mempercayakan wilayah selatan pada adiknya, sebab bangsawan lain tak ada yang memenuhi syarat dan keturunan Duke Lee juga tak jauh berbeda dengan sang ayah. Jika di teruskan, wilayah selatan bisa hancur dan mungkin tak tertolong. Lagipula, Mark melakukan ini juga demi untuk Jeno, agar adiknya belajar memimpin wilayah kecil serta ilmu yang di peroleh tak terbuang sia-sia.

Renjun juga ada di sana. Si pria manis sejak tadi hanya diam dan menyaksikan betapa indahnya hubungan kekeluargaan di kerjaan ini. Renjun pernah berpikir, seandainya ayahnya tidak percaya dengan ramalan bodoh tentang dirinya yang merupakan anak pembawa sial dan seandainya ibunya masih hidup, akankah kisah hidup Renjun sedikit berbeda? Barangkali sang ayah tak perlu menikah lagi dengan wanita yang jelas-jelas hanya memikirkan diri sendiri dan menginginkan harta yang ayahnya miliki, ia pun tak perlu diasingkan, dibenci dan disiksa setiap saat. Mengenyam pendidikan tanpa rasa takut dan hidup dengan kasih sayang kedua orang tuanya. Ah, betapa indah sekali hidupnya. Namun, semua itu hanyalah angan-angan Renjun yang tak pernah menjadi kenyataan. Renjun tersenyum miris jika mengingat keinginan bodohnya itu.

Duke's Wife ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang