Kala itu Renjun masih berusia 14 tahun, mansion Baron sedang kosong sebab semua orang sedang pergi ke wilayah sebrang untuk mengamankan diri lantaran ada rumor yang mengatakan bahwa kerajaan tengah di serang oleh beberapa pemberontak yang tak menyukai keluarga kerajaan. Semua orang sibuk menyelamatkan diri dan meninggalkan Renjun di sana, seolah Renjun tidak pernah ada dan dilupakan begitu saja. Sebenarnya bibi di dapur sudah menawarkan untuk mengajak Renjun ikut dengannya ke desa. Namun, Renjun menolak dan mengatakan bahwa ia akan baik-baik saja disini sendirian, lagipula jika dia pergi maka tidak akan ada yang menjaga mansion, takutnya ada pencuri atau perampok.
Lantaran tidak ada bahan makanan yang tersisa dan sumur juga sedang kosong, sebab kemarau panjang. Renjun memutuskan untuk mencari air di sungai yang ada di dekat hutan, jaraknya memang lumayan jauh apalagi perbatasan dijaga dengan ketat, Renjun tidak bisa pergi kemana-mana jika tidak punya tanda pengenal. Sang ayah tak pernah mengizinkan Renjun keluar dari rumah, itulah alasan kenapa Renjun tidak punya tanda pengenal meskipun dia anak seorang Baron.
Renjun menenteng sebuah ember, berjalan seorang diri melewati jalan setapak yang tampak sepi sebab tidak ada orang yang melintas selain dirinya. Renjun tersenyum, udara pagi memang sejuk, angin berhembus pelan meniup dedaunan yang hijau hingga mengeluarkan bunyi yang membuat perjalanan Renjun tak terlalu sepi. Renjun mengulas senyum, merasa begitu bebas melakukan apapun tanpa takut sang ayah marah dan berakhir di hukum. Andaikan semua ini bertahan untuk selamanya. Namun, Renjun sadar bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini, semua akan pudar dan menghilang seiring berjalannya waktu.
Sekitar 30 menit, akhirnya Renjun sampai juga di sungai yang airnya mengalir jernih. Renjun mengambil air dengan ember yang dia bawa, kemudian mengamati sekitar, memindai apakah ada sesuatu yang bisa ia bawa pulang untuk di jadikan makanan. Mata Renjun berpendar tatkala melihat buah murbei yang tumbuh subur di utara sungai, Renjun meletakkan ember-nya di pinggiran sungai, kemudian menyebrang guna mengambil buah murbei yang menggoda. Renjun mengambil beberapa buah, dan tak disangka matanya yang tajam juga menemukan sekumpulan jamur merang dan jamur kancing, senyum Renjun begitu lebar ia bisa membuat sup dengan jamur-jamur ini. Beruntung sekali dia hari ini.
Ketika Renjun sedang asik mengumpulkan jamur, sayup-sayup telinganya mendengar suara seseorang yang minta tolong. Renjun menoleh ke sana-sini, mencari sumber suara namun nihil tidak ada siapapun di sana. Lagi, Renjun tersentak kaget ketika suara itu kembali terdengar disertai erangan kecil. Renjun bangkit, berjalan dengan langkah perlahan, menoleh ke samping kanan dan kiri mencari tahu dimana sumber suara ini.
"Aaarrgghhhh!!" Renjun berteriak lantaran terkejut dengan apa yang ia lihat; seorang anak laki-laki dengan luka di bagian dada kirinya.
"T-tolong.. Tolong aku.." Ucap si anak laki-laki dengan terbata dan menahan rasa sakit.
Renjun kebingungan, tubuh bergetar ketakutan. Namun, dia juga tidak bisa mengabaikan orang yang sedang terluka di sana. Renjun dengan susah payah menelan air liurnya, kemudian mendekat pada si anak laki-laki.
"A-apa yang terjadi? Aku harus bagaimana?"
"Tolong aku, ini sangat sakit.. Seseorang sedang mengejar ku."
Renjun menatap ke sekitar, mencari tempat yang sekiranya aman untuk si anak laki-laki dan untunglah ada sebuah gua yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Tahan sedikit lagi, aku akan membawamu ke tempat yang aman dulu.." Renjun dengan susah payah memapah tubuh si anak laki-laki yang tentunya jauh lebih besar di banding tubuhnya yang kurus kecil.
Renjun bernapas lega ketika berhasil membawa si anak laki-laki sampai ke dalam gua. Kemudian ia berlari keluar untuk mengambil air dan tanaman obat dari dalam hutan, meskipun usia Renjun baru 14 tahun tapi dia sudah tahu beberapa jenis tanaman obat sebab setiap kali ia terluka akibat pukulan atau cambukan sang ayah, dirinya sendiri yang mengobati lukanya tanpa bantuan siapapun. Dari mana Renjun mendapatkan pengetahuan? Guanlin lah yang diam-diam sering membawakan buku-buku pelajaran untuknya dan setiap malam saat semua orang terlelap, Renjun akan terjaga untuk belajar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Duke's Wife ✔
Romance[SUDAH TERBIT] Dibenci oleh seluruh keluarga, tak ada yang menginginkan dan di anggap menjadi aib serta pembawa sial. Renjun hanya bisa pasrah, selalu menerima tanpa punya hak untuk memilih dan menolak. Apapun yang ia lakukan selalu orang lain yang...