CHAPTER 11: BELIEVE ME

15.7K 2.7K 708
                                    

Vote & komen Juseyo~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vote & komen Juseyo~

»»--❀--««


Hari ini cuaca begitu cerah, langit biru dengan awan putih menggulung di atas sana. Suara denting logam yang beradu bak melodi yang mengisi keheningan di kediaman Duke Jeno, saat ini Jeno tengah beradu keahliannya dalam seni pedang bersama dengan Felix, sekaligus meregangkan otot-otot tubuh. Pagi tadi, beberapa warga desa datang ke mansion untuk mengambil persediaan bahan makanan yang Jeno janjikan kemarin. Dengan dibantu Renjun, pembagian persediaan makanan berjalan dengan lancar dan setelahnya Jeno memutuskan untuk berlatih pedang bersama dengan Felix.

"Jangan lengah Felix, kau bisa mati jika tidak memperhatikan sekitarmu.." Bisik Jeno, kala keduanya berada di jarak yang dekat dengan pedang yang saling bergesekan.

Kemampuan seni pedang Jeno tak perlu di ragukan lagi, sebab Jeno adalah definisi dari kata sempurna dengan segala macam hal yang bisa ia lakukan serta kuasai dalam kurun waktu yang singkat.

Renjun yang sejak tadi memperhatikan keduanya dari balik jendela, begitu takjub dan merasa ngeri secara bersamaan. Sejak dulu, Renjun ingin sekali bisa menguasai seni pedang, ketika melihat Guanlin yang berlatih bersama guru atau sang ayah, Renjun melihatnya seperti rasanya sangat menyenangkan dan dia juga ingin melakukannya. Namun, ketika ia mengutarakan keinginannya, alih-alih sebuah persetujuan dan dukungan dari sang ayah, Renjun malah mendapatkan sebuah penolakan yang begitu menyakitkan, tidak hanya di caci maki, Renjun juga dilukai secara fisik. Bila mengingat itu, Renjun tersenyum miris, benar-benar tidak adil.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

Renjun tersentak kaget, semua bayangan tentang kejadian masa lalu seketika lenyap dan digantikan dengan wajah tampan Jeno yang dipenuhi keringat sehabis latihan. Renjun mengedipkan mata beberapa kali, jarak antara keduanya sangat dekat dan ketika kesadarannya kembali, Renjun segera berdiri dan menjaga jarak dari sang Duke.

"Oh, em, sejak kapan anda disini? Apakah latihannya sudah selesai?" Tanya Renjun sedikit tergagap.

Jeno tersenyum sembari duduk di kursi yang berada di seberang meja Renjun, "Baru saja, kau memikirkan apa sampai-sampai tidak menyadari kehadiranku?" Tanya Jeno, kemudian tanpa permisi meminum segelas air putih bekas Renjun yang belum habis.

"Yang mulia, itu.." Renjun ingin mencegahnya, akan tetapi Jeno lebih dulu meminum air tersebut hingga tandas.

"Ah, akhirnya." Ucap Jeno setelah meletakkan gelas tersebut di atas meja, "Maaf Renjun, aku sangat haus, jika menunggu Marry datang membawa air, yang ada aku akan mati karena dehidrasi.." Lanjut Jeno sambil mengulas senyum yang membuat matanya membentuk bulan sabit.

Renjun tersenyum canggung sambil menggaruk belakang kepalanya. Jika saja Renjun belum meminum air tersebut, jelas tidak apa-apa Jeno meminumnya, akan tetapi air itu bekasnya, bagaimana bisa Jeno begitu santai meminum air bekas dirinya? Renjun kan jadi tidak enak, dia bisa kok berlari ke dapur dengan gerakan cepat dan kembali membawa air sebelum Jeno mati karena dehidrasi.

Duke's Wife ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang