Bagian 2 - Pengenalan

1.4K 233 1
                                    

Aku melihat beberapa anggota keluarga lain berada di ruang keluarga. Ada yang menangis tersedu, ada yang menenangkan, dan ada yang masih terdiam karena shock. Aku menghampiri mereka dan berusaha menenangkannya.

"Hai, aku Velisa, detektif yang menyelidiki kasus ini. Bisa kenalkan diri kalian?" tanyaku.

"Ya, ya. Aku saja yang mewakili mereka," jawab seorang anak laki-laki disitu yang terlihat tidak menangis dan tidak begitu shock.

"Silakan," kataku.

"Aku, Alex Putra Kusuma. Aku adalah anak pertama dari papaku, Dio Kusuma," katanya memperkenalkan diri.

"Dia mamaku, Anindya Felia. Dan yang itu adalah tanteku, namanya Riani Lenia. Aku rasa kau sudah bertemu dengan suaminya. Reno Kusuma, dia omku, suami tante Riani," katanya sambil menunjukkan kepadaku.

"Lalu yang ini?" tanyaku sambil menunjuk seorang bocah yang kutebak dia adalah Angel.

"Dia adikku, Angel Putri Kusuma. Hari ini dia berulang tahun yang ketiga belas," jawab Alex.

"Selamat ulang tahun," kataku sambil tersenyum. Angel hanya membalasnya dengan senyum kecil.

"Berapa usiamu, Alex?" tanyaku sambil mengeluarkan catatan kecil dan pena.

"15 tahun," jawabnya singkat.

"Lalu mama, tante, dan om-mu?" tanyaku.

"Tahun ini mama berusia 40 tahun, dan papa 42 tahun. Tante dan om... Aku tidak bisa memastikan berapa umurnya," jawabnya.

"Saya 38 tahun, suami saya 39 tahun," kata Bu Riani.

"Baiklah, sementara ini dahulu. Nanti kami hubungi lagi," kataku. Saat aku hendak keluar dari ruang keluarga itu, seseorang menepuk punggungku.

"Kak Detektif, kalau benar papaku dibunuh, tolong cari pelakunya ya. Tapi kalau memang ia bunuh diri... ya sudahlah," kata Alex sambil menunduk.

"Tunggulah, kami harus melakukan banyak pemeriksaan," kataku sambil bersimpuh di depan Alex.

"Oke," katanya sambil berbalik.

Aku keluar dari ruangan itu dan melihat jasad Pak Dio yang sedang diturunkan dari lampu gantung. Sangat sulit bagi kami untuk memeriksa jasadnya jika masih dalam keadaan tergantung. Sudah banyak petugas polisi yang memotret jasad itu ketika masih di atas lampu, jadi kami bisa menyelidikinya.

"Apa kau habis menghibur keluarga itu?" tanya Inspektur Rian.

"Tidak. Aku hanya menanyakan beberapa hal. Hanya nama dan usia," jawabku.

"Kita belum bisa menginterogasi mereka karena mereka masih dalam keadaan terkejut. Hanya Pak Reno Kusuma saja yang sepertinya bisa kita interogasi," kata Inspektur Rian.

"Dan Alex. Anak sulung Pak Dio Kusuma yang tadi kutanyai di ruang keluarga itu," kataku.

Jasad Pak Dio telah sampai di lantai setelah beberapa petugas berusaha menurunkannya dari lampu gantung. Terlihat sebuah tali melilit leher Pak Dio. Tubuhnya kaku dan tangannya mengepal. Aku memegang tangan Pak Dio yang kaku kemudian menemukan sebuah kertas yang tergenggam.

"Inspektur," kataku pada Inspektur Rian.

"Oi, Nak," seru Inspektur Adi. Bukankah aku tadi sedang bersama Inspektur Rian? Ah entahlah.

"Ada apa?" tanya Inspektur Adi.

"Sepertinya aku salah memanggil inspektur. Aku memanggil Inspektur Rian, tetapi yang datang kau. Ah sudahlah," kataku.

"Sama saja," katanya.

"Aku menemukan ini tergenggam di tangan Pak Dio," kataku sambil menunjukkan gumpalan kertas itu.

"Apa ini?" tanya Inspektur Adi.

"Tidak tahu, belum kubuka," kataku sambil menyerahkan kertas itu pada Inspektur Adi.

"Happy birthday my daughter, Angel Putri Kusuma. Papa loves you," kata Inspektur Adi membaca isi kertas itu.

"Surat ucapan ulang tahun," kataku.

"Ya, benar," kata Inspektur Adi.

"Keluarga setuju untuk melakukan proses otopsi pada jasad Pak Dio. Aku akan menelepon Kapten Adrian dahulu," kata Inspektur Rian.

"Bagaimana dengan pestanya?" tanyaku.

"Batal. Semua tamu yang sudah diundang kami larang untuk masuk ke TKP," jawab Inspektur Rian.

Saat hendak berdiri, aku melihat beberapa keanehan di lantai bawah meja itu. Aku memutuskan untuk merangkak dan melihat benda apa yang aneh itu. Serbuk dari potongan obat dan beberapa pecahan kaca berwarna-warni. Aku memasukkannya ke dalam kantong menggunakan pinset.

"Lihat apa yang kutemukan," kataku.

_____________________________________________

Hai! Di bagian 2 nih. Terima kasih udah baca cerita aku. Jangan lupa komen dan votenya yaa. See you!

Chandelier [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang