Bagian 4 - Obat dan Interogasi

1.2K 198 4
                                    

"Laporan forensik telah ada. Kalian pasti tidak percaya dengan hasilnya," kata Inspektur Rian.

Aku membuka map itu dan mulai membaca laporannya bersama Inspektur Adi.

"Fluoxetine?" tanya Inspektur Adi.

"Ya," jawab Inspektur Rian singkat sambil mengambil air di gelasnya.

"Fluoxetine..." kataku terputus sambil mencari tentang obat itu di internet lewat laptop di mejaku.

"Obat anti depresan untuk mengatasi depresi, bulimia nervosa, gangguan obsesif kompulsif, gangguan pola makan, dan serangan kepanikan," kata Inspektur Adi sambil membaca di layar laptop.

"Siapa yang mengonsumsi obat ini di rumah itu?" tanyaku.

"Mungkin Bu Anindya," jawab Inspektur Rian.

"Bisa jadi," kata Inspektur Adi.

"Jadi kapan kita bisa mulai interogasinya?" tanyaku.

"Besok. Aku sudah mengatakannya pada Pak Reno. Mereka setuju untuk proses interogasi besok," jawab Inspektur Rian.

"Apa kita perlu menjemput mereka?" tanya Inspektur Adi.

"Tidak. Pak Reno minta proses interogasi dilakukan di rumah. Mungkin mereka agak tidak nyaman berada di kantor polisi," jawab Inspektur Rian.

"Bagaimana dengan dua anak itu? Apa mereka juga diinterogasi?" tanya Inspektur Adi.

"Tentu," jawabku cepat.

***

Hari ini adalah hari interogasi bagi keluarga kaya itu. Mereka minta untuk diinterogasi di kediaman mereka, bukan di kantor polisi. Aku, Inspektur Rian, dan Inspektur Adi pergi ke rumah itu menaiki mobil polisi dari markas. Detektif Tio sedang izin tidak bertugas karena hari ini adalah jadwal melepas benang jahitannya di rumah sakit.

Sesampainya di rumah besar itu, kami disambut oleh Pak Reno, lagi. Ia mempersilakan kami masuk ke ruang tamu. Di ruang itu sudah ramai oleh anggota keluarga, sama seperti saat aku menemui mereka di ruang keluarga. Hanya satu yang tak kukenal, usianya masih agak muda.

"Selamat pagi. Kami dari kepolisian akan melakukan proses interogasi pada keluarga korban, Dio Kusuma. Sepertinya semua sudah hadir disini. Kita akan mulai dari Anda, Pak Reno. Selain Pak Reno, silakan untuk menunggu di lain tempat agar tidak mengganggu prose," kata Inspektur Rian.

Inspektur Adi mengarahkan anggota keluarga lain untuk menunggu di ruang makan sambil mengobrol dengan mereka. Sedangkan aku masih disini untuk proses interogasi.

"Adiatma Reno Kusuma, 39 tahun, Anda putra kedua dari Raden Kusuma, sekaligus adik dari korban, Abraham Dio Kusuma?" tanya Inspektur Rian memulai interogasi.

"Ya, benar," jawab Pak Reno.

"Apa yang sedang Anda lakukan di hari saat kejadian?" tanya Inspektur Rian. Seperti biasa aku hanya menyimak dan duduk di kursi dengan tangan menopang dagu.

"Kemarin pagi, seperti biasa saya bangun dan menuju meja makan. Oh ya, maaf sebelumnya. Ini saya menceritakan kegiatan di rumah saya ya, karena saya dan Kak Dio memang menempati rumah yang berada," kata Pak Reno.

"Oke," kata Inspektur Rian singkat.

"Setelah itu seperti biasa saya sarapan roti isi buatan istri saya sambil membaca koran harian. Saya dan istri saya, Riani, sangat ingat hari apa kemarin. Kak Anindya, istri Kak Dio, memang mengundang kami untuk hadir dalam acara ulang tahun putri bungsu mereka, Angel. Jadi pagi itu setelah mandi dan bersiap, kami segera menuju rumah ini," kata Pak Reno.

"Baik. Lalu?" tanya Inspektur Rian.

"Saya memarkirkan mobil di samping garasi, dekat dengan mobil Kak Dio. Gerbangnya dibukakan oleh Mbak Tina, asisten rumah tangga ini sekaligus pengasuh Angel dan Alex. Ini tidak seperti biasanya, karena mereka; Kak Dio dan Kak Anindya, sedang meliburkan petugas keamanan," kata Pak Reno.

"Saya memencet bel rumah ini, namun tidak ada yang membukakan satupun. Jadi saya memutuskan untuk langsung masuk karena saya dan Kak Dio memang dekat. Saya pikir pintunya terkunci, namun tidak mungkin karena Mbak Tina saja bisa keluar. Riani masih sibuk dengan sepatu hak tingginya yang susah dilepas. Saat saya hendak masuk ke rumah, saya sangat kaget dengan apa yang barusan saya lihat. Kak Dio tergantung di lampu gantung rumah ini," kata Pak Reno sambil menunjuk lampu itu.

"Kemudian saya menelepon polisi," sambung Pak Reno.

_____________________________________________

Bagian 4 nih! Terima kasih yang udah baca cerita aku. Jangan lupa komen dan votenya yaa. See you!

Chandelier [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang