"masuk aja dulu, nanti om tanya Cici dulu mau nemuin kamu atau nggak" kata Leo, "semoga aja nggak" kata Leo dalam hati.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------Leo masuk ke dalam kamar dan melihat Cici sedang duduk melamun di atas tempat tidur. Ya, dia melamun akibat shock dengan kejadian semalam.
"Ci, ada temen kamu. Hadi namanya" kata Leo, "kamu mau temuin?" sambung Leo.
"Hmm.. aku temuin aja, Om" kata Cici sambil beranjak dari tempat tidur.
Leo tahu, sangat tahu keadaan Cici saat ini sedang shock tetapi jika dia bersikap terlalu protektif, ia takut justru mengingatkan Cici pada kejadian semalam.
Leo menyusul di belakang Cici namun berbelok ke arah dapur. Dari posisinya sekarang ini, Leo tetap bisa mendengar semua percakapan Cici dan Hadi yang berada di ruang tengah. Sependengaran Leo, percakapan mereka berdua, Cici lebih sering menjawab dengan singkat.
"Apa kabar? Gimana luka lo" kata Hadi.
"Baik" jawab Cici.
'ga biasanya dia begini, pasti dia bohong' kata Hadi dalam hati.
"Ohh, eh iya si Irfan ga kes--" kata Hadi yang tak dilanjutkan karena Cici mengentikannya.
"Jangan bahas dia" kata Cici sambil menahan tangis.
"Lo... Kalo mau nangis, nangis aja, Ci" kata Hadi. "Lo ga mau cerita gitu sama gue?" Sambung Hadi.
"Ga, Di." Jawab Cici.
Sesaat jawaban terlontar, Hadi mendekatkan posisi duduknya pada Cici lalu menggenggam tangannya. Satu hal yang disadari Hadi, ia merasa Cici sedang dalam keadaan takut, sedih dan kecewa. Semua itu terlihat dari ekspresinya.
"Ci, apapun itu lo harus cerita supaya ga beban di Lo dan kalo memang lo butuh bantuan gue, gue siap kok bantu Lo. Gue ga akan gimana gimana, yang terpenting sekarang ini gue ga mau ngeliat lu begini. Hmm? Mau ya cerita, kali aja gue bisa bantu" kata Hadi.
"Gak sekar--" kata Cici yang terputus akibat sentuhan di pucuk kepalanya yang tak lain adalah tangan Leo.
Leo sedari tadi menahan emosi melihat semuanya, mulai dari Hadi yang membuat Cici mengingat kejadian semalam, mendekatinya, dan menyentuh tangan gadis kecilnya.
Dengan pasrah, Cici pergi ke kamar atas perintah Leo. Setelah masuk kamar, Leo segera memarahi Hadi dan baru dari sinilah ia tahu alasan mengapa Cici terlihat sedih, takut dan kecewa karena Leo menceritakan semua kejadian semalam.
Hadi izin pamit lalu bergegas menuju rumah Irfan. Ia tak habis pikir dengan kelakuan sepupunya yang bisa dikatakan tindakan gila bahkan melanggar hukum. Sesampainya di rumah Irfan, ia langsung bertemu paman dan bibi serta adik Irfan namun tak menemukan orang yang ia cari.
Jadilah saat ini ia pergi ke sebuah danau, Tante Farah mengatakan bahwa lelaki itu sudah pergi ke danau sejak pagi tadi. Adik Irfan yaitu Fira juga mengatakan kakaknya terlihat suram tak bernyawa saat pergi. Dari kejauhan Hadi dapat menemukan posisi Irfan yang sedang duduk diam di salah satu bangku pinggir taman.
"Lo apain Cici?" tanya Hadi saat sampai di belakang Irfan.
Irfan hanya diam tak menanggapi pertanyaan Hadi. Ia masih terus memandang ke arah danau dengan tatapan kosongnya. Tak lama Hadi berjalan hingga ke depan Irfan yang membuatnya menatap sepupunya yang dari tadi ia abaikan.
"Lo tau tindakan yang Lo lakuin itu berakibat apa ke Cici?" tanya Hadi namun tak ada tanggapan dari Irfan.
"Dia terlihat tertekan, terlihat dari tatapannya dia sedih, kecewa tapi juga marah" sambung Hadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STATUS KITA
Teen FictionDua orang yang secara garis keturunan adalah seorang paman dan keponakannya. si paman yang berusia 32 tahun dan keponakannya yang berusia 22 tahun. 10 tahun, memang cukup jauh tapi si paman tidak menyerah demi gadis kesayangannya sejak 9 tahun lalu...