CH-7

12 4 1
                                    

Melihat kejadian tadi membuat Leo semakin ingin menjaga Cici. Leo meminta agar Cici tak mengunci kamarnya karena jika terjadi sesuatu akan mudah untuknya masuk dan untungnya gadis itu setuju. Sedangkan Irfan lagi-lagi tidur dimobil dengan rasa sedih yang mendalam karena Cici benar-benar seperti membuangnya dan sekarang justru tidur dengan laki-laki lain meski itu saudaranya.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Tak hilang akal, Irfan mencari tangga di sekitar pekarangan rumah Cici. Ia ingin memastikan apakah Cici benar benar tidur satu kamar atau tidak. Sedangkan Cici dan Leo sedang sibuk dengan dunia mereka masing -masing, Cici sibuk dengan tugas kuliahnya di kamar sedangkan Leo sedang mengerjakan beberapa pekerjaan yang di kamar tamu yang bersebelahan dengan kamar Cici.

Irfan tak menyangka akan melakukan hal gila karena seorang gadis keras kepala itu. Bayangkan saja, dia mau repot repot mengambil tangga dan naik ke balkon yang terhubung langsung dengan kamar Cici. Sayangnya kamar itu tertutup gorden dan hanya menampakan sedikit celah namun cukup untuk melihat beberapa aktivitas yang seseorang lakukan jika berada didalam ruangan itu. 

Cici sama sekali tidak menyadari keberadaan Irfan dikarenakan suara mesin printer yang terus bekerja dan juga tak lupa ia menyalakan musik dari laptop kesayangannya. Irfan memperhatikan Cici dari pantulan cermin yang terlihat sedikit dari balik jendela yang tertutup gorden. Tak lama kemudian Leo masuk kedalam kamar Cici. Walau hanya di depan pintu sambil berdiri dan menyilangkan kedua tangan di depan dada, itu sudah cukup membuat Irfan cemburu tak karuan.

"kamu ga makan, Ci?" tanya Leo.

"eoh?!, iya Om, bentar lagi. ini lagi rapihin kertasnya dulu" jawab Cici sambil merapihkan kertas tugasnya.

"ok, Om Leo tunggu dibawah yah." kata Leo.

"iya, Om" jawab Cici.

Tak lama Cici pun menyusul ke ruang makan dan duduk berseberangan dengan Leo. Awalnya hanya terdengar suara dentingan sendok,garpu dan piring, tetapi Leo membuka suara agar tidak terlalu canggung dan sepi.

"Ci, temen kamu itu sering begitu?" tanya Leo sambil menatap Cici yang masih juga belum selesai makan.

"hmm, lum..ayan sering sih dia begitu" jawab Cici sambil mengunyah makanan didalam mulut secara perlahan.

"kira kira dia begitu kenapa? kalian pernah pacaran atau punya hubungan lebih dari sekedar temen atau apa? jujur kalo dia kayak begini Om jadi khawatir sama kamu" kata Leo dengan raut wajah yang teramat serius.

"entah, dia emang begitu dari SMA tapi waktu dulu dia ga separah ini. aku juga sebenernya pengen nanya sih maksud dia itu apa tapi ada aja halangannya entah aku yang terganggu sesuatu atau dia yang terganggu sesuatu" jawab Cici.

Setelah obrolan  singkat di meja makan selesai, Cici memutuskan untuk menonton TV dan disusul Leo yang duduk disampingnya. Setelah kurang lebih satu jam, Leo tersadar kalau Cici sama sekali tak bicara apapun yang ada hanya suara nafas yang teratur yang menandakan gadis kecilnya itu telah berada di alam mimpi. Leo menggendong Cici ke kamarnya, meletakan gadis itu sangat perlahan agar tidak mengganggu tidurnya. Sebelum keluar, ia sempatkan untuk menutupi tubuh mungil Cici dengan selimut sebatas bahu lalu duduk sambil memandangi setiap inchi wajah gadis kecilnya itu.

"selamat tidur gadis kecilku" kata Leo sambil menyentuh dan mencium pipi Cici dan tersenyum yang tanpa ia sadari kalau sedari dari mereka berdua diawasi dari balik jendela.

Siapa lagi pelakunya kalau bukan Irfan, ia menunggu di balkon sekitar 2 jam setelah Cici pergi meninggalkan kamarnya lalu kembali dalam keadaan tertidur dalam gendongan lelaki yang katanya itu adalah "om"nya. Irfan marah, sangat marah bahkan. Dia melihat sendiri kalau Leo mencium pipi gadisnya seakan akan gadis itu milik lelaki itu. Setelah Leo meninggalkan gadis itu, Irfan beraksi dengan membuka jendela balkon kamar Cici. Dengan segala cara ia berusaha membuka tanpa merusak jendela itu selama 2 jam sambil menunggu Cici kembali. 

STATUS KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang