Ch-1

34 3 0
                                    

Cici yang terbiasa hidup tanpa seorang kekasih menjalani hidupnya seperti biasa. Bukannya tidak ingin pacaran, namun hatinya sudah dikuasai orang lain, lebih tepatnya teman SMAnya dulu. Irfan, itulah nama laki-laki yang berhasil membuat dia tak berpaling pada siapapun. Entah mantra apa yang digunakan Laki-laki itu agar Cici sulit move on darinya padahal sudah bertahun-tahun tidak bertemu ataupun komunikasi lewat chat atau telpon sekalipun. 

Seperti biasa dihari tertentu dia harus pergi mengajar sebagai tutor untuk anak anak SD disekitar rumahnya. tak banyak memang, namun setidaknya cukup untuk jajannya begitu pikirnya. Sebuah pesan masuk melalui instagramnya atau direct message (DM) berasal dari akun yang tidak dia follow mengirim pesan berisi....

"ini Cici anaknya Om Haru kan? Ini Leo" Begitu isi pesannya.

"iya, oh ini Om Leo ya?" Balas Cici.

"iya, apa kabar?" Jawab Leo Cepat.

"baik, Om Leo sendiri?" Balas Cici.

"baik kok, Cici lagi dimana?" Jawab Leo.

"dijalan, mau ketempat ngajar" Balas Cici.

"ngajar? ngajar apa? dimana?" Tanya Leo cepat.

"di deket rumah, tapi ga deket deket banget sih. ngajar bimbel gitu buat SD" Jawab Cici.

"oh kamu ngajar bimbel SD, boleh minta nomer kamu, Ci? jadi kalo ada ngumpul keluarga bisa saling kabarin" Tanya Leo.

Sayangnya pesan terakhir yang Leo kirimkan tak dijawab bahkan tak dibaca oleh Cici. Maklum saja, waktu mengajarnya sudah dimulai dan dia tidak ingin mengganggu proses mengajarnya. disisi lain, Leo terus memandangi layar ponselnya untuk menunggu balasan Cici, namun tak kunjung ada respon dari orang yang ditunggu. 

1 jam...

2 jam...

TIING...

Sebuah notifikasi masuk yang membuat ponselnya bergetar dan berbunyi, awalnya Leo pikir itu adalah Cici namun sayang, itu bukan Cici tetapi seorang teman yang sekaligus menjadi tetangga dirumahnya. Berselang 15 menit setelah pesan dari temannya itu masuk, orang yang ditunggu akhirnya membalas pesannya secara singkat.

"08128294857, maaf baru bales ya, Om" Jawab Cici

"ok makasih, Ci" Jawab singkat Leo.

KEESOKAN HARINYA....

Pagi yang terang menembus gorden kamar Cici membuatnya terbangun, lagi pula sudah memang saatnya ia bangun. Cici beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi, lalu ke kamar lagi sambil bermain ponsel dengan birunya. Mahasiswa tingkat akhir yang berpenghasilan, itu mungkin sebutan yang cocok untuk Cici sekarang ini. Meski tak punya banyak uang, Cici terus berusaha untuk mencari tambahan lain untuk sekedar tambahan uang jajannya.

Hari ini rencananya ia akan pergi jalan-jalan ke sebuah Mall di daerah kuningan, lebih tepatnya adalah tempat ngumpul ngumpul dan ia memang berencana bertemu temannya disana sekitar jam 5 setelah shift magang temannya selesai. Lama tak bertemu membuat mereka membicarakan banyak hal, mulai dari masalah pribadi, pekerjaan, keadaan mereka masing-masing dan lainnya. Sampai akhirnya seorang laki-laki sebaya mereka menghampiri meja mereka berdua dan WOW ternyata yang menghampiri meja mereka adalah Irfan. Cici yang melihat Irfan perlahan menuju meja mereka, berusaha sekuat tenaga untuk menahan rasa gugup yang menghadapinya. 

Irfan menyapa Cici dan meminta izin untuk duduk ditempat mereka dengan alasan menunggu temannya yang belum sampai. Cici dengan terpaksa mengenalkan temannya itu kepada Irfan. Bukannya cemburu, tapi suasana hening begitu saja dimeja itu dan ia hanya berusaha untuk mencairkan suasana dengan mengenalkan temannya. Diam-diam Cici, saling berbalas pesan dengan teman yang duduk persis disampingnya, mereka saling berkomunikasi dan membicarakan lelaki yang ada dihadapan mereka sekarang. 

STATUS KITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang