"Ohh, yaudah pulang yuk, nanti kemaleman. Oh ya, temennya Cici... Siapa namanya?"
"Irfan, om" Jawab Irfan singkat.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"oh Irfan.. kita duluan" Kata Leo singkat, mengambil tas Cici dengan niat membawakan tas yang sebenarnya tidak berat sama sekali.
"Fan, duluan" Kata Cici menyusul di belakang Leo yang dihadiahi senyum pahit oleh Irfan.
Sampai dimobil, Leo hanya diam tanpa ada kata sedikitpun bahkan hanya suara nafas yang terdengar. Cici memberanikan diri untuk mengajak bicara sekedar mencairkan suasana yang tiba-tiba terasa canggung itu.
"Om Leo baru banget pulang kantor?" Kata Cici namun tak ada tanggapan dari yang ditanya.
"Om Leo kenapa ya? apa kalo lagi nyetir emang ga bisa diajak ngobrol?? tapi kok mukanya bete.." Kalimat dan pertanyaan itu mengelilingi seluruh sudut otaknya, mengira-ngira yang tidak jelas.
"cowo tadi, emang sering begitu?" Tanya Leo tiba-tiba yang membuyarkan pikirannya tadi.
"maksudnya?" Jawab Cici pura-pura bodoh.
"hemm... peluk sembarang" Jawab Leo sambil menghela nafas kasar.
"ka...dang" Jawab Cici ragu.
"udah berapa lama kenal dia?" Tanya Leo.
"dari SMA" Jawab Cici cepat.
"jangan deket deket cowo yang sembarangan begitu, bahaya!" Kata Leo dengan nada dingin namun tak dijawab oleh Cici.
Setelah ada sesi tanya jawab didalam mobil itu, Cici mulai masuk dunia mimpi. bukannya tidak sopan, tapi sedari tadi sudah ia tahan namun malah tertidur. Leo yang awalnya tak menyadari kalau Cici sudah tertidur sampai dia melihat ponsel digenggaman Cici jatuh dari tangan gadis itu. Sekilas tapi pasti, dia melirik sesekali Cici yang tertidur. Beruntung sedang lampu merah, Leo berniat untuk menurunkan sandaran kursi Cici agar bisa tidur lebih nyaman dan yang terjadi adalah jarak antara wajahnya dan Cici sangat dekat.
Dengan posisi sedekat itu membuat jantung Leo semakin tak beraturan, melihat gadis kecilnya yang tumbuh dewasa sudah berada didepannya dan tertidur pula. Ada rasa ingin menyentuh wajah Cici, namun mobil belakang sudah membunyikan klakson tanpa henti, dengan terpaksa Leo menjauhkan tubuhnya dari Cici dan fokus menyetir kembali.
Sampai dirumah Cici, Leo tak langsung membangunkannya melainkan memandanginya sangat dalam seakan-akan dunianya, harapannya tepat di depan matanya dan tentunya Cici pun terbangun karena mungkin merasa terus ditatap. Leo langsung tersenyum dan mengatakan kalau mereka sudah sampai dirumah Cici.
"eeunnggh... dimana ini??" Tanya Cici.
"eung.. u..udah dirumah." Jawab Leo gugup.
"kenapa gak bangunin?" Tanya Cici lagi sambil menggosok-gosok mata.
"aku lagi pengen mandangin kamu lebih lama" Kata Leo dalam hati.
"Om Leo, makasih yah udah nganterin sampe rumah, aku masuk dulu yah" Kata Cici sambil tersenyum manis dengan mata sedikit terlihat lelah namun tetap terlihat cantik dan manis bagi Leo.
"hmm.. iya" Kata Leo dengan sedikit senyum karena ditinggal gadis kecilnya itu.
KEESOKAN HARINYA....
Sudah jam 7 pagi tetapi Cici masih mengobrak-abrik kamarnya. Ia mencari benda persegi kesayangannya itu, apalagi kalau bukan ponsel. ia bukanlah orang yang teledor dan ceroboh tapi kenapa bisa ponsel yang begitu mahal dan dibeli hasil jerih payahnya sendiri itu bisa tidak ada dimanapun, bahkan dia lupa kapan terakhir menggenggam ponselnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
STATUS KITA
Fiksi RemajaDua orang yang secara garis keturunan adalah seorang paman dan keponakannya. si paman yang berusia 32 tahun dan keponakannya yang berusia 22 tahun. 10 tahun, memang cukup jauh tapi si paman tidak menyerah demi gadis kesayangannya sejak 9 tahun lalu...