03• ❤Kesal❤

969 106 9
                                    

Di hari pertama sekolah Jihan hanya menghabiskan waktunya seharian di UKS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di hari pertama sekolah Jihan hanya menghabiskan waktunya seharian di UKS. Sekarang ia sudah duduk di halte bus. Jarak SMA dan halte tidaklah jauh hanya tinggal menyebrang sudah sampai halte.

Namun bagi seorang Jihan yang kakinya sedang sakit ini termasuk perjalanan yang jauh. Sekolahnya sudah bubar 15 menit yang lalu.

“Ji bareng gue mau gak?” tawar seorang pemuda yang berada di depannya dengan motor sport hijaunya itu.

“Enggak mau!” tolak Jihan sambil mengalihkan pandangannya.

“Sebenarnya gue males nganterin lo.”

“Yaudah gak usah nganterin gue kalo gitu.”

“Pokoknya lo harus ikut gue.” ucap Tristan, kemudian pemuda itu turun dari motornya dan menarik tangan Jihan.

“Kan gue bilang gak mau.” kesal Jihan saat Tristan menyuruh naik motornya.

“Tinggal naik apa susahnya sih.” geram Tristan dengan sifat Jihan.

“Takut.” ujar Jihan.

“Maksudnya?”

“Itu,” Jihan menunjuk helm yang digunakan Tristan. “Cuma satu?”

“Yaiyalah,” balasnya. “Lo pikir gue tukang ojek yang kemana-mana bawa helm double.”

“Bahaya kalo naik motor gak pake helm.” peringat Jihan.

“Pokoknya lo harus ikut gak ada penolakan.” tegas Tristan.

“Mending gue naik bus. Lebih aman.” tolak Jihan sembari jalan ke arah halte.

Tapi saat Jihan mau balik, Tristan dengan cepat mencekal tangannya dan itu membuat Jihan menghadap ke arah Tristan. Saat Jihan hendak protes dengan cepat Tristan menggendong Jihan ala bridal style lalu membawanya ke jok belakang.

“Maksud—pelan-pelan dong.” protes Jihan saat motornya sudah di gas oleh Tristan. Lalu tanpa disadari gadis itu refleks memegang pinggang pemuda itu dengan erat. “Entar kalo gue jatuh gimana? Mau tanggung jawab?”

“Apa yang perlu di tanggung jawabkan? Emang lo hamil anak gue?” balas Tristan sambil tersenyum tipis dan melihat Jihan melalui spion motor.

“Hah, ngomong apa lo?” tanya Jihan tidak mendengarnya karena suara angin kencang membuatnya tuli sementara.

“Enggak.”

——&——

Sekarang Jeana dan Vanya sedang menunggu jemputan didepan gerbang sekolah. Baru beberapa menit menunggu Vanya sudah dijemput saja oleh supirnya. Sebelum pergi Vanya pamit dulu ke Jeana.

“Serius gak mau ikut?” tanya Vanya menawari Jeana ikut, sebelum pergi.

“Enggak usah, Vanya.” balas Jeana sambil tersenyum. “Bentar lagi Pak Fajar paling jemput gue.”

BEGIN AGAIN {✔}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang