Tara masih mengarahkan telunjuknya ke arah Greha. Tatapan Tara memicing. Sebab ia tidak pernah melihat gadis itu sebelumnya. Diantara Dirga, Dipa, Ayres, Hara, dan Elang, tidak ada seorang pun dari mereka yang punya teman perempuan yang dekat.
Lalu tiba-tiba hari ini Tara melihat gadis itu berbicara dengan Dirga, Ayres, Hara, Dipa, dan Elang. Tara penasaran sekaligus bingung, sebab tak ada satu pun dari mereka yang memberitahu jika salah satu dari mereka tengah dekat dengan seseorang. Tapi tak lama, Tara kepikiran sesuatu. Dirga, dia satu-satunya di dalam pertemanan mereka yang sempat punya desas-desus dekat dengan perempuan yang namanya Asa.
Apakah gadis di hadapannya itu adalah Asa?
Sebab, Tara masih ingat jika ia sempat mengirimkan pesan sarat dengan nada menyebalkan kepada akun dengan nama Asancaya Greha.
Greha mengerjap. Setelah sempat disuguhi pemandangan dua pemuda tampan yang tak jauh darinya, sekarang Greha malah was-was. Greha melirik Dirga, yang kebetulan juga memandang ke arahnya. Greha ingin bertanya, tetapi ia tidak bisa melakukannya.
"Lo yang namanya Asa?"
Greha melirik Dirga, lalu kembali memandang Tara. "Iya, Kak. Aku Asa."
"Ohhhhhh, jadi lo yang namanya Asa?" Tara berceletuk heboh. Wajahnya menunjukkan ekspresi yang membuat Dirga jadi siaga.
Greha melirik Dirga, tapi Dirga diam saja. Atau lebih tepatnya, Dirga sedang dilanda syok sekarang.
"Gue Tara, masih ingat 'kan gue pernah nge-DM lo?"
Kedua mata Greha melotot. Gadis itu bahkan tidak sadar jika ia masih berada di atas motor. Jadilah ia hendak bergerak, dan memekik keras karena tubuhnya beserta motor miliknya sudah bergerak oleng ke samping.
"MBAK ASA!", pekik Ayres, Dipa, Hara, dan Elang bersamaan. Greha hampir saja jatuh dari motor seandainya keempat pemuda itu tak kompak memegang tangan dan memperbaiki posisi motornya. Hidung Greha kembang kempis. Kakinya lemas, wajahnya mendadak pucat.
"Helleh, gitu aja lo udah takut," seloroh Tara dengan senyum miringnya.
Dirga mendengus. "Bang Tar..."
"Apa sih adekku?", balas Tara dengan wajah dramatis.
"Lo nggak kasihan liat dia? Udah pucat gitu, saking takutnya sama lo," mohon Dirga dengan wajah lelah.
"Gue bukan demit, kali. Orang ganteng gini ditakutin. Lebay, deh!" Tara mengibaskan tangannya dengan wajah jengah.
Dengan bantuan Ayres, Dipa, Hara, dan Elang, Greha berhasil turun dari motor dengan selamat. Di kepalanya masih bertengger helm. Greha sama sekali tidak menyangka akan berhadapan dengan Tara hari ini. Kalau tahu jika akan begini situasinya, Greha akan mempersiapkan diri dengan baik.
Harusnya Greha bersikap baik dan cantik dihadapan Tara, agar terlihat meyakinkan jika ia memang pantas untuk jadi pacarnya Dirga.
Namun segalanya buyar. Pertemuan pertama yang membuat citra Greha auto ambyar.
"Halo, Kak," kata Greha berusaha menormalkan ekspresi. Ia memasang senyum terbaiknya. Setidaknya, penilaian buruk Tara padanya bisa sedikit terkikis.
"Bang, gue boleh ngomong sesuatu?", kata Dirga sembari berdehem canggung.
"Iya, Dir. Ngomong aja," sahut Keanu kalem.
"Gini Bang, Asa sama teman-temannya pengen ikut bareng kita ke rumah Dafa."
Keanu mengangguk-angguk. "Boleh, kok. Nggak ada hak juga buat ngelarang Asa dan temannya buat ke rumah Dafa. Makin banyak yang ikut kan makin bagus. Tapi, kalau bawa satu mobil nggak mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Things You Never Say To Me
Teen FictionDirga hanyalah satu dari sekian banyak siswa yang punya masalah tersendiri dalam kehidupannya sebagai remaja. Dirga selalu memikirkan cara bagaimana ia bisa menemukan kebahagiaan versi dirinya sendiri. Kadang kala mengikuti pola bahagia versi orang...