Mengingat jika beberapa bulan lagi ia akan segera menghadapi ujian sekolah dan ujian nasional, Dirga gencar mencari referensi materi berupa buku yang bisa ia pelajari. Ia lebih baik belajar jauh-jauh hari seperti ini, agar saat mendekati waktu ujian pikiran Dirga bisa jauh lebih tenang. Dirga tidak mau membuat dirinya dihimpit situasi menegangkan menjelang ujian.
Tangannya dengan lincah mencari buku yang akan ia pakai sebagai referensi belajar. Sesekali Dirga mengembalikan buku yang diambilnya karena tidak sesuai dengan materi yang dicarinya. "Eh?"
Tiba-tiba Dirga berjengit saat ia hendak mengambil sebuah buku, dan buku itu seolah tertahan sebab ikut ditahan oleh seseorang di seberang rak. Akhirnya Dirga melepaskan tangannya dari buku itu dan membiarkan siswa lain mengambilnya. Ia hendak menyusuri rak lain, tapi sosok yang berada di seberang rak itu membuat Dirga tersentak hingga buku yang sudah dibawanya hampir jatuh.
"Hai, Dirgantara!", sapa Greha yang sudah melambai-lambaikan tangannya di depan Dirga. "Lo nggak lupa sama gue, kan? Gue Greha. Eh, ralat, gue Asa."
Dirga hanya mengangguk singkat. Setelahnya ia memilih berlalu dan memutuskan untuk meminjam buku yang ia bawa. "Bu, saya mau pinjam empat buku ini," kata Dirga sembari menunjukkan empat buku materi soal pada penjaga perpustakaan.
"Iya. Saya catat dulu." Petugas perpustakaan mengeluarkan sebuah buku yang cukup tebal, yang didalamnya tertulis nama siswa yang meminjam buku, judul buku, dan waktu peminjaman buku. "Tulis nama lengkap kamu di sini."
Dirga mengangguk pelan. Ia meraih pulpen yang berada di atas buku. Tangannya bergerak cepat menuliskan nama beserta keterangan lainnya di kolom. "Ini, Bu. Terima kasih."
Dirga berlalu sembari membawa buku yang dipinjamnya. Sesekali ia menoleh ke belakang, dan ia tidak lagi mendapati sosok Greha di sana. Dengan cepat Dirga segera keluar dari pintu perpustakaan.
Saat hendak kembali ke kelas, Dirga melihat sosok yang membuat mengingat kejadian tak menyenangkan beberapa hari lalu. Dirga mengeratkan cengkeramannya pada buku yang dipinjamnya. Ia menoleh ke pintu perpustakaan. Entah Greha sudah keluar dari sana atau tidak, sementara Mike berjalan mendekat ke arah perpustakaan.
Ketika Mike mendapati Dirga belum juga beranjak dari tempatnya, pemuda tinggi besar itu tersenyum tipis. "Lo 'kan yang di toilet waktu itu?", tanyanya.
Tanpa ragu, Dirga mengangguk. "Iya, gue. Lo yang waktu itu ngantri buat masuk toilet."
Mike tertawa sumbang. "Ternyata lo masih ingat gue." Pandangan Mike tertuju pada buku yang dibawa Dirga. Tak lama ia membaca papan nama Dirga. "Oho, Dirgantara Wasupati. Nama lo keren," puji Mike.
Dirga merasakan atmosfir tidak menyenangkan, walau Mike tersenyum saat ini. Mengetahui kelakuan Mike pada Greha waktu itu, Dirga seolah memasang alarm tanda waspada di kepalanya. Dirga agaknya harus lebih waspada dengan sosok Mike itu.
"Michael Delovano, nama yang bagus." Dirga memberi pujian balik, tapi matanya menajam. Mike sadar atau tidak, Dirga tidak begitu memahaminya. "Oh iya, lo mau pinjam buku apa di perpustakaan?"
Pertanyaan yang diajukan oleh Dirga membuat Mike berdehem, seperti seseorang yang tertangkap basah sebab ingin melakukan sesuatu. "Ah, nggak. Gue cuma ..."
"Apa lo mau menemui seseorang di perpustakaan?"
Suara Dirga benar-benar terdengar dingin sekarang. Dengan tinggi badan yang berbeda, orang lain akan berpikir jika Mike berusaha mengintimidasi Dirga, padahal jika dicermati lebih jauh, Dirga-lah yang berusaha melakukan itu. Dirga juga bisa melihat jika Mike tidak bisa berkutik sekarang.
"Ya udah kalau mau ketemu seseorang, gue pamit." Dirga berjalan berlawanan arah dengan Mike, tapi ia tidak benar-benar pergi. Ia bersembunyi agar bisa memantau Mike.
KAMU SEDANG MEMBACA
Things You Never Say To Me
Genç KurguDirga hanyalah satu dari sekian banyak siswa yang punya masalah tersendiri dalam kehidupannya sebagai remaja. Dirga selalu memikirkan cara bagaimana ia bisa menemukan kebahagiaan versi dirinya sendiri. Kadang kala mengikuti pola bahagia versi orang...