"Lo tunggu di sini, gue beliin minum dulu."
Greha mengangguk kaku saat siswa yang ia ketahui bernama Dirga itu berjalan membelah kerumunan di kantin demi membelikannya sebotol air mineral. Greha mengerjapkan matanya perlahan guna mengembalikan fokusnya. Untuk saat ini, ia bisa selamat dari aksi pelecehan yang hampir saja dilakukan oleh Mike.
Dirga adalah alasan mengapa Greha bisa menarik dan menghembuskan napas lumayan lega sekarang.
Tak lama, Greha melihat sosok Dirga mendekat ke arahnya. Tangan Dirga terulur tepat di hadapan Greha. "Ambil, setelah itu mending lo kembali ke kelas. Gue mau balik ke kelas."
Dirga hendak melangkah pergi, tapi buru-buru Greha langsung bangkit dari duduknya. Tangannya yang tidak memegang botol air minum melingkar di pergelangan tangan Dirga. Dirga menaikkan kedua alisnya, wajahnya menunjukkan sorot kebingungan atas tingkah Greha.
"Gue nggak bisa balik ke kelas," cicit Greha pelan, tanpa melepaskan tangannya dari tangan Dirga. Bahkan cengkeramannya pada pergelangan tangan Dirga semakin erat. Dirga paham, Greha ketakutan, terbukti dengan tangannya yang gemetar.
"Oke, gue ikuti ke mana pun lo mau pergi. Tapi mending kita nggak di sini. Cari tempat lain, boleh, kan?", tanya Dirga.
Greha mengangguk setuju. Perlahan ia melepas tangannya dari Dirga. Ia bangkit dari duduknya dan menatap Dirga. "Ke mana pun gue , lo bakal ikuti, kan?", tanya Greha memastikan.
Dirga tidak menjawab dengan kata-kata, sebatas menganggukkan kepala untuk memberi jawaban pasti untuk pertanyaan yang Greha ajukan. "Lo jalan duluan, gue ngikutin di belakang." Dirga melangkah sedikit ke samping, memberi jalan pada Greha untuk melangkah lebih dulu.
Sederhana sekali.
Tapi Greha merasa jika Dirga berusaha menghargainya.
Greha melangkah lebih dulu, lalu disusul Dirga di belakang. Dirga memperhatikan sekitar, berusaha menajamkan indra penglihatannya guna memastikan sosok siswa yang menganggu gadis di hadapannya itu tak sedang memperhatikan gerak-gerik mereka. Setelah memastikan semuanya aman, Dirga mempercepat langkahnya.
***
Greha mengajak Dirga ke bagian taman dekat perpustakaan. Greha merasa di tempat itu ia bisa merasa lebih baik, dan bisa sedikit lupa akan perlakuan Mike padanya saat di toilet. Tanpa sadar Greha malah mencengkeram botol minuman itu, seolah botol itu adalah wajah Mike yang ingin sekali ia hancurkan.
"Mending lo minum dulu, tenangin diri lo. Gue liat-liat lo masih syok karena kejadian tadi."
Greha menatap Dirga yang matanya fokus memandang ke arah depan. Tak lama ia melihat botol air minum di tangannya. Ia perlahan hendak membuka tutup botol, tangan Greha gemetar saat membukanya.
Dirga kembali memandang tangan Greha yang gemetar, gadis itu benar-benar kesulitan melakukannya. Tanpa berpikir panjang Dirga mengambil alih botol minum itu dan membukanya. "Minum," ujar Dirga singkat.
"Makasih," kata Greha pelan. Gadis itu meneguk air dalam botol dalam kapasitas yang cukup banyak. Kerongkongannya sudah basah dengan air, membuat keadaan Greha sedikit lebih tenang.
"Gimana? Udah tenang?" Dirga menatap Greha lekat-lekat.
Kepala Greha mengangguk. "Iya. Terima kasih. Hari ini lo ngebantu gue. Kalau nggak ada lo, gue nggak tau gimana nasib gue di tangan cowok brengsek itu."
Dirga membasahi bibir bawahnya. "Udah lama dia ngelakuin hal itu ke lo?"
Wajah Greha berubah pias saat Dirga menanyakan itu. Jelas saja Dirga merasa sedikit panik, lalu setelahnya ia meralat ucapannya. "Maaf kalau nanyain hal itu ke lo. Gue cuma mau tahu, udah berapa lama dia ngelakuin itu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Things You Never Say To Me
Fiksi RemajaDirga hanyalah satu dari sekian banyak siswa yang punya masalah tersendiri dalam kehidupannya sebagai remaja. Dirga selalu memikirkan cara bagaimana ia bisa menemukan kebahagiaan versi dirinya sendiri. Kadang kala mengikuti pola bahagia versi orang...