"Mama!"
Greha tersenyum lebar saat Mama sudah ada di rumah. Langkah kakinya begitu cepat sampai-sampai ia hampir tersandung dan terjatuh sebab menginjak tali sepatunya sendiri. Perasaan lega dirasakan Greha kini, karena melihat sosok Mama di rumah, segala pikiran buruk dan kekhawatiran Greha sirna.
Ketika Greha sudah semakin dekat, Mama mengangkat sebelah tangannya. Reflek Greha mendadak menghentikan langkah, senyum diwajah Greha perlahan menghilang. Ditambah lagi wajah Mama yang terlihat gusar.
Padahal Greha merindukan Mama. Ia ingin memeluk Mama untuk melepas rindu dan mengemukakan betapa leganya dia. Sayang, melihat Mama tampak menahan marah membuat Greha yakin jika ada sesuatu yang tidak beres.
Emira dan Abel tampak bingung. Sebelumnya, Mama terlihat senang dan baik-baik saja. Sekarang, Mama tampak menahan amarah saat sosok Greha telah kembali ke rumah.
"Kenapa, Ma?", tanya Greha dengan wajah sedikit cemas.
Mama menatap Greha lama, tatapannya jauh lebih dingin. Greha merasa terintimidasi. Sementara Greha sendiri tidak tahu, apa yang membuat Mama tampak geram.
"Mama nggak nyangka selama ini kamu tega bohongi Mama."
Jantung Greha serasa mencelos. "Mama, Greha nggak ngerti Mama mau ngomongin apa. Bisa kasih tau Greha, Greha bohongin Mama soal apa?"
"Kamu benar-benar mau tau? Oke, Mama akan kasih tau. Tapi sebelumnya, jelaskan apa maksud dari ini!"
Mama meraih tas kerjanya, dan mengeluarkan beberapa lembar foto yang menunjukkan interaksi antara Greha dan Dirga. Kedua mata gadis itu membulat, bersamaan dengan tangan kanannya yang meraih beberapa lembar foto itu. "I-ini ..."
"Bisa kamu jelaskan siapa dia?", kata Mama menunjuk-nunjuk foto yang ada ditangan Greha sekarang.
Greha tercekat. "Darimana Mama dapat foto-foto ini?", lirih Greha.
"Tidak penting Mama dapat dari siapa, jelaskan dulu, kenapa kamu bohongi Mama, Greha?"
Kepala Greha menggeleng pelan. "Aku nggak merasa membohongi Mama."
"Terus laki-laki yang sama kamu ini siapa, Greha?!"
Greha membanting beberapa lembar foto itu di meja. "Dia pacarnya Greha, Ma. Tapi ..."
"Oh, pacar kamu rupanya." Mama berkata sinis. "Lupa kalau dulu Mama selalu mengingatkan, jangan terlalu dekat dengan laki-laki! Mama juga ingatkan kalau anak-anak Mama nggak boleh ada yang pacaran. Dan nyatanya? Kamu membangkang, Greha. Apa susahnya kamu menuruti Mama? Selama ini Mama kerja buat kalian, terus ini yang Mama terima? Perlakuan kalian yang membangkang dan tidak bisa menurut?"
Kejadian saat Mama memarahi Emira yang diantar pulang oleh teman sekelasnya terulang kembali pada Greha. Permasalahan bukan cuma sebatas antar mengantar pulang, situasi Greha berbeda. Greha sudah buka mulut jika ia dan Dirga berpacaran.
Tapi, Mama hanya tahu setengah kebenarannya.
"Ma, dengerin Greha dulu!"
"Mama mau dengar apa lagi? Semuanya sudah jelas, 'kan?"
"Ya Allah, Ma! Mama cuma tau setengah kebenarannya! Biarin aku kekasih dulu Ma, sebentar aja."
Senyum sinis Mama semakin terlihat. Perasaan was-was Greha semakin menjadi. "Setengah kebenaran? Kebenaran apa lagi yang nggak Mama tau? Soal kamu yang pernah ke diskotik bareng teman kamu? Alasan kerja kelompok tapi semuanya bohong?"
Mulut Greha sampai terbuka sedikit karena Mama mengatakan hal yang sebenarnya ingin dikatakan Greha jika ia sudah siap mengatakannya. Fakta itu terbuka dengan cara yang tidak seharusnya. Greha tidak sangka jika Mama mengetahuinya sejauh ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/272952950-288-k465796.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Things You Never Say To Me
Teen FictionDirga hanyalah satu dari sekian banyak siswa yang punya masalah tersendiri dalam kehidupannya sebagai remaja. Dirga selalu memikirkan cara bagaimana ia bisa menemukan kebahagiaan versi dirinya sendiri. Kadang kala mengikuti pola bahagia versi orang...