My Future : Tanpa Status

1.6K 96 6
                                    

Suara tangis bayi memenuhi kamar Baekhyun, ini tengah malam, tapi bayi itu tak kunjung berhenti menangis. Baekhyun sampai bingung sendiri, mungkin bayinya sakit.

"Hao," panggilnya dengan sedih menatap bayi itu.

"Ada apa?" Lelaki dengan tubuh yang bertelanjang dada menghampirinya, mengambil si bayi ke dalam pangkuannya.

Dan benar, bayi itu terlihat nyaman dalam pelukannya. Baekhyun segera memberikan botol susu pada Chanyeol—lelaki tadi, agar Haowen bisa segera menyusui.

"Dia sepertinya sangat menyukaimu," kata Baekhyun menatap Chanyeol yang begitu telaten membantunya mengasuh bayi mungil itu.

"Baguslah, itu artinya kita memang di takdirkan untuk bersama." Chanyeol dengan jahil menaik turunkan alisnya.

"Kau selalu bergurau seperti itu," gumam Baekhyun dengan kesal, meski begitu hatinya di kelilingi oleh bunga-bunga saat mendengar ucapan Chanyeol tadi.

"Aku tidak bergurau, aku serius." Baekhyun tak mendengar, dia sibuk menyiapkan tempat tidur untuk Haowen. Berusaha menghindari Chanyeol, dia tak mau ketahuan bahwa diam - diam hatinya mulai menghangat lagi karena perhatian Chanyeol.

"Sudah tidur?" tanyanya tak menghiraukan ucapan Chanyeol sebelumnya, membuat Chanyeol mendesah jengkel.

Memberikan Haowen pada pelukan Baekhyun, membiarkan Baekhyun menidurkan dulu bayi itu di ranjangnya. Diam-diam mengamati, begitu senang saat melihat jiwa keibuan milik Baekhyun.

"Baekhyun, kita perlu bicara," pinta Chanyeol begitu Baekhyun selesai dengan Haowen.

Chanyeol mengajak Baekhyun untuk duduk di samping ranjang. Baekhyun berusaha mati-matian untuk tidak melihat ke arah perut kotak-kotak yang tercetak jelas di hadapannya.

"Baekhyun," panggilnya lembut. Membuat Baekhyun segera menatap mata pemuda itu, mereka saling menatap berusaha menyampaikan pikiran masing-masing.

"Mm?"

"Kita akan membesarkan Haowen bersama kan?" Baekhyun menganguk, membenarkan ucapan Chanyeol.

Lelaki tersenyum mendapatkan tanggapan yang dia inginkan, tangannya menyentuh rambut panjang Baekhyun. Mengusapnya dengan penuh perasaan, berakhir dengan mengusap pipinya yang begitu lembut.

"Kita tak bisa selamanya seperti ini terus," gumam Chanyeol, matanya menatap mata Baekhyun dengan yakin. Mata jernih yang sangat di sukainya, mata jernih yang akan menjadi masa depannya.

"Aku ingin kita menjadi pasangan yang sesungguhnya." Chanyeol menatap Baekhyun, terlihat keningnya berkerut pertanda bahwa saat itu dia sedang berpikir.

Dalam benak Baekhyun, tidak menyangka bahwa Chanyeol masih mengharapkannya. Dia sudah tua, sudah punya cucu, sedangkan Chanyeol masih muda, masih panjang perjalanannya.

"A-aku—" Baekhyun sudah menyiapkan penolakan lainnya, seperti yang sering dia lakukan. Tapi, kini Chanyeol menutup mulut itu dengan telunjuknya. Setelah Baekhyun berhenti bicara, dia berhenti mengoceh.

Satu kecupan Chanyeol sematkan di atas bibir perempuan mungil itu, "Jangan menolakku, tolong jangan jawab sekarang."

"Lagi pula itu sebuah pernyataan bukan pertanyaan," gumam Baekhyun agak kesal juga. Chanyeol terkekeh, Baekhyun, meski tidak muda, tapi setiap sikap yang ada di dirinya bagaikan jiwa muda bagi Chanyeol.

"Besok kerja?" Jelas, Baekhyun menganguk. Dia kembali memegang perusahaannya, Chanyeol juga kembali bekerja disana, dia menjadi manager di perusahaan pusat.

Haowen, Baekhyun menyewa pengasuh untuk mengurus cucunya itu. Dia tidak tega, tapi mau bagaimana lagi, dia tak punya pilihan.

"Kasian Haowen," gumam Chanyeol memandang ranjang si bayi.

Baekhyun tak bisa berkata lagi, dia juga merasakan hal yang sama dengan Chanyeol. Haowen kekurangan kasih sayang darinya, tapi dia berharap pengasuh Haowen memberikan banyak kasih sayang pada bayi mungil itu.

"Tidurlah!" Chanyeol menunjuk bantal, hari sudah larut, mereka tidak boleh berpikiran negatif akan bahaya. Lebih baik tidur agar besok bisa bugar, dan tidak loyo di tempat kerja.

"Eum." Jika Chanyeol bukan lelaki baik, mungkin Baekhyun sudah habis di terkam olehnya sekarang.

"Chanyeol," panggil Baekhyun ragu-ragu, membuat lelaki tinggi itu berhenti berjalan dan menatap penasaran pada si mungil.

"Terimakasih," gumamnya lirih. Chanyeol tersenyum, tak menjawab, berlalu begitu saja menyisakan Baekhyun dengan keheningan malam.

Hubungan mereka hanya sebatas mantan mertua dan menantu, kenyataanya Chanyeol tidak tinggal di rumahnya.

Lelaki itu hanya menginap, biasanya malam sabtu atau malam minggu. Mereka akan menghabiskan waktu itu untuk mengasuh Haowen.

Sudah sering Chanyeol mengajaknya untuk berganti status, tapi Baekhyun yang masih trauma dan ragu tak langsung mengiyakan. Baekhyun tahu, dia egois. Dia seperti perempuan yang mengikat Chanyeol untuknya, tapi tidak memberikan kejelasan status mereka.

Jujur, dia memang tak ingin kehilangan Chanyeol. Dia sudah sendiri sekarang, dia tak mau kehilangan lagi. Hanya Haowen dan Chanyeol yang dia punya. Tapi, otaknya. Akalnya yang tersisa menyuruh dia agar tidak benar-benar mengikat Chanyeol, untuk tidak membuat laki-laki itu terjebak menghabiskan sisa hidupnya dengan wanita tua macam dirinya.

Tidak, Chanyeol berhak dan pantas untuk bahagia. Otaknya yang so pintar itu mengatakan, bahwa Chanyeol berhak bebas, memilih wanita muda bukan dirinya yang kuno.

Terlebih dia sudah punya cucu, jika Chanyeol menikah dengannya itu artinya Chanyeol akan langsung menjadi kakek tanpa menjadi ayah.

Baekhyun agak geli mengingat itu, apalagi dengan omongan orang-orang, Baekhyun tidak yakin dia akan siap dengan fakta itu. Mereka semua pasti akan mengolok-ngolok Chanyeol seperti mereka melakukan itu juga pada Sehun dulu.

Mereka pasti mengira Chanyeol hanya mengincar hartanya, kekayaannya, dan tidak tulus padanya. Sebenarnya itu juga agak memperngaruhi Baekhyun, Baekhyun takut semua perkataan mereka itu ternyata memang benar.

Bagaimana jika memang itulah kenyataannya. Atau mungkin bukan cuma harta, tapi tubuhnya juga. Tapi, memang tubuhnya bagus? Tidak. Dia tidak memiliki kulit sekencang dulu, tidak seperti perawan karena dia sudah lebih dari sekali menjadi seorang janda.

Apa dia memang pantas untuk Chanyeol, selalu pemikiran itu yang membuat dia diam di tempat dan tak mau melangkah terlalu jauh lagi.

Sejujurnya, dia merasa tak pantas, bukan hanya untuk Chanyeol, tapi untuk siapapun.

Baekhyun menutup matanya, berharap sesak di dadanya sedikit berkurang, dia bahkan tak berharap bahwa air mata akan muncul dari matanya seperti sekarang.

"Aku merasa, benar-benar tak pantas."

To Be Continue

Hallo, jadi aku mutusin buat bikin sequel, kalian baca dulu cerita sebelumnya "Mama Mertua" ya :) jangan lupa vote dan komennya.

My Future (Sequel Mama Mertua)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang