My Future : Painkiller

369 42 0
                                    

If you like this story dont forget to vote and comment ya dear 💋

...

Hari itu Baekhyun merasa bodoh, bagaimana mungkin dia tak menyadarinya.

Chanyeol cemburu.

Tak sekalipun dalam hidupnya berpikir bahwa lelaki itu akan cemburu. Bagaimanapun Chanyeol termasuk lelaki sempurna terlepas dari status ekonominya.

Dan Baekhyun selalu merasa bahwa, bukan Chanyeol yang beruntung karena mendapatkannya, seperti yang sering orang katakan. Justru sebaliknya, dia yang beruntung dicintai sebegitu dalamnya.

Baekhyun keluar dari ruangannya, dan menemukan beberapa karyawan menatapnya, seperti sedang menunggu.

Baekhyun mengangguk tanda berpamitan.

Kakinya ia bawa melangkah keluar ruangan, Baekhyun merasa seseorang mengikutinya jadi dia berbalik dan menemukan Jaehyun ada di belakangnya.

Lelaki itu stagnan, kemudian tersenyum kecil, seakan keributan tadi bukan apa-apa baginya.

"Ada apa?" tanya Baekhyun dengan ketus, dia sedang tidak dalam suasana hati yang bagus.

"Biar saya antar," tawarnya.

Baekhyun terkekeh, menggelengkan kepalanya, "Tidak usah, saya ada urusan."

Lelaki itu terlihat enggan untuk menurut, Baekhyun tak peduli dan lekas meninggalkannya. Baekhyun harus menjemput Haowen, dengan beban yang menumpuk di pundaknya, hanya Haowen yang mampu membuatnya bangkit lagi.

Dalam perjalanan kesana, Baekhyun mendapatkan pesan, bahwa Chanyeol sudah menjemputnya, dan menunggunya di rumah.

Baekhyun segera bergegas untuk pulang, dia tak mau Chanyeol menunggu lama. Baekhyun dan Chanyeol itu serupa, obat mereka itu ya Haowen.

Begitu Baekhyun tiba, ruangan televisi sudah terang benderang. Tapi, tidak ada siapa-siapa disini. Baekhyun memutuskan untuk pergi ke kamar Haowen dan benar saja. Dua lelaki yang berbeda usia itu sedang tidur dengan nyenyak.

Baekhyun tersenyum.

Tanpa membangunkan salah satu dari mereka, Baekhyun memilih pergi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian.

Begitu selesai, Baekhyun menemukan Chanyeol sedang duduk di meja makan.
Dengan segelas air putih yang dia genggam dan rambut acak-acakan.

"Kenapa bangun?" tanya Baekhyun menghampiri Chanyeol.

Jika sebelumnya Baekhyun akan merapikan rambut Chanyeol seraya memberi pijatan, kini tidak.

"Maaf aku menganggumu," kata Chanyeol dengan lesu. Sepertinya dia masih mengumpulkan nyawa.

Baekhyun tidak merespon, tiba-tiba dia merasa sedih. Chanyeol tidak pernah secanggung ini sebelumnya, ini sama seperti saat pertama kali Chanyeol datang sebagai menantu di keluarganya.

"A-aku minta maaf," katanya. Baekhyun menggeleng ingin menyanggah, tapi Chanyeol memotongnya. "Aku berkata seakan akan meninggalkanmu, meskipun sebenarnya aku tidak ingin," ungkap Chanyeol.

"Dan disinilah aku," katanya seraya terkekeh.

"Setelah kupikir-pikir, kita memang tidak ditakdirkan bersama, meskipun aku bersikukuh. Selalu ada keraguan dalam diri kita, benar?" lanjutnya.

"Aku tak masalah," katanya tersenyum dengan pahit. "Hanya saja, biarkan aku bertemu dengan Haowen, a-aku —" Chanyeol tak bisa mengatakannya, rasanya dia ingin menangis.

Melepas Baekhyun dan Haowen tidak pernah ada dalam rencana hidupnya. Dia mempersiapkan diri untuk jadi suami dan ayah yang baik, dan tiba-tiba dia harus melepas semua itu.

My Future (Sequel Mama Mertua)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang